Wisata

Ada Panser Jenderal Ahmad Yani di Museum Angkut Kota Batu

Senin, 10 Agustus 2020 - 15:00 | 179.87k
Panser Saracen yang dibeli Jenderal Ahmad Yani untuk merebut kembali Irian Barat, namun akhirnya dipergunakan untuk mengusung Jenazah Ahmad Yani ke Taman Makam Pahlawan. (Muhammad Dhani Rahman/TIMESINDONESIA) 
Panser Saracen yang dibeli Jenderal Ahmad Yani untuk merebut kembali Irian Barat, namun akhirnya dipergunakan untuk mengusung Jenazah Ahmad Yani ke Taman Makam Pahlawan. (Muhammad Dhani Rahman/TIMESINDONESIA) 
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BATU – Menyambut HUT ke-75 RI, Museum Angkut di Kota Batu secara khusus mendatangkan Panser Jenderal Ahmad Yani, Pahlawan Revolusi yang meninggal dunia akibat kekejaman pemberontak G30S-PKI.

Pengunjung Museum Angkut tidak hanya bisa melihat sosok sangar Panser buatan Alvis Inggris pada 1952 ini, namun juga bisa mengetahui ironi di balik pembelian Panser oleh Jenderal Ahmad Yani yang saat itu menjabat sebagai sebagai Deputi Operasi KSAD. 

Advertisement

Panser-Saracen-2.jpg

Panser ini dibeli untuk merebut Irian Barat (Papua) lewat Operasi Trikora. Saat itu, Indonesia yang diwakili Ahmad Yani memesan 179 Panser, dengan rincian 55 Armoured Personel Carrier (APC) Alvis FVC603 Saracen, 69 Armoured Car Alvis FV601 Saladin dan 55 unit APV Ferret.

Panser FVC603 Saracen ini, memakai mesin Rolls-Royce B80 MK 6A dengan kekuatan 160 tenaga kuda, dilengkapi dengan senapan mesin asli Inggris Browning M1919. Berat Panser ini sekitar 11 ton, beroda enam yang bisa mengakut 10 tentara infanteri. 

Panser ini selain untuk mengangkut personel, juga difungsikan sebagai ambulan. Tentu sangat cocok untuk dipergunakan merebut Papua kembali.  Namun sayang, Panser ini tidak jadi dikirim ke Papua.

Sebaliknya Panser Saracen ini digunakan TNI AD untuk mengepung Pangkalan TNI AU di Halim Perdana Kusuma pada 2 Oktober 1965. Panser Saracen ini juga mendapat tugas khusus pada 5 Oktober 1965, beberapa hari setelah peristiwa G30S PKI. 

Di HUT ABRI saat itu, Panser Saracen tidak diturunkan dalam parade atau defile, namun justru mengusung tujuh para Pahlawan Revolusi, di antaranya tiga pahlawan yang telah berjasa membeli Panser ini dalam misi yang diberi nama misi Yani, yakni Jenderal TNI Ahmad Yani, Brigjend TNI DI Panjaitan dan Brigjend TNI Sutoyo Siswomiharjo.

Panser-Saracen-3.jpg

"Hari kemerdekaan ini kita terapkan konsep thematic Army. Ada Panser Saracen, Unimog, Helicopter, hingga Panser KNIL," ujar Operational Manager Museum Angkut, Endang A Shobirin. 

Tidak mudah untuk mendapatkan barang koleksi ini, pasalnya semua alat transportasi ini keberadaannya terbatas. Selain Panser Yani, Truk Unimog mendapatkannya cukup susah, karena di Indonesia hanya ada satu saja yang kini ada di Museum Angkut.

"Unimog ini beda dengan truk Unimog yang banyak di Indonesia, ukurannya kecil, special, barang langka, mendapatkannya susah banget," ujar Endang.

Unimog S404 ini diproduksi setelah perang dunia kedua, memiliki bobot kurang lebih 1,5 ton. Sama seperti Panser Jenderal Ahmad Yani dan Unimog, Panser KNIL yang didatangkan Museum Angkut juga istimewa, karena dahulu dipergunakan oleh pasukan KNIL. (*)

Edisi-Selasa-11-Agustus-2020-Museum-Angkut.jpg

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ronny Wicaksono
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES