Menyusuri Jejak Sejarah Raja Kertanegara di Candi Singasari

TIMESINDONESIA, MALANG – Candi Singasari yang terletak di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur bisa tempat untuk berwisata bersama keluarga. Selain lokasinya yang tidak terlalu jauh dari Kota Malang dan berada di pinggir jalan besar, Candi Singasari menawarkan wisata edukasi mengenai sejarah kerajaan Singasari di era Raja Kartanegara.
Candi Singasari ditemukan pada tahun 1803 oleh Gubernur Pantai Timur Laut Jawa. Selanjutnya dilakukan pemugaran mulai tahun 1834 sampai 1937 pada saat pemerintahan Belanda. Candi Singosari memiliki ketinggian 17 meter dengan luas bangunan 14 kali 14 meter. Relief candi Singosari berjumlah delapan buah yang disebut mukakala.
Advertisement
Berdasarkan catatan Perpusatakaan Nasional RI, yang dikutip dari laman Perpusnas.go.id, Candi Singasari diperkirakan dibangun pada tahun 1300 an pada masa raja Singasari yang kelima atau raja terakhir, yaitu Kertanegara.
Candi Singasari terdiri atas empat bagian. Pertama, teras candi (batur) yang merupakan bangunan pondasi yang digunakan untuk berjalan di depan ruang-ruang candi.
Kedua, kaki candi yang merupakan bangunan dari teras candi sampai mukakala bawah atau patung kepala yang disebut juga burloka. Ketiga, badan candi yang merupakan bangunan dari mukakala bawah sampai mukakala atas yang disebut dengan dwaloka yang menggambarkan kehidupan di antara langit dan bumi. Keempat, puncak candi yang disebut swaloka yang menggambarkan kehidupan kahyangan.
Candi Singasari memiliki enam ruangan (relung). Ruang pertama disebut garba graha yang digunakan sebagai tempat upacara keagamaan Hindu dan Budha Tantrayana. Selain itu juga merupakan tempat pendarmaan abu jenazah Raja Kertanegara. Terdapat pula patung Yoni dan Lingga yang merupakan lambang Dewa Siwa. Namun sayangnya, patung Lingga tidak berada di sini, tetapi di Belanda. Ini karena pada masa itu Indonesia masih di bawah kekuasaan Belanda.
Ruang kedua yang berada di sebelah kanan ruang pertama merupakan tempat arca Maharala. Ruang ketiga yang menghadap ke utara merupakan tempat arca Dewi Durga Mahisauramardhini. Ruang keempat menghadap ke timur yang merupakan tempat arca Ganesha. Ruang kelima menghadap ke selatan yang merupakan tempat arca Mahaguru Siwa atau Resi Agastya.
Ruang keenam terletak di sebelah kiri ruang pertama yang merupakan tempat arca Nandiswara. Namun arca yang terdapat di candi SIngosari hanya bersisa satu, yaitu arca Resi Agastya. Arca-arca lainnya dibawa pemerintahan Belanda pada saat itu dan sampai kini masih berada di Leiden, Belanda.
Sekitar 300 meter ke arah barat dari Candi Singasari, setelah melalui permukiman yang cukup padat, terdapat dua arca Dwarapala, raksasa penjaga gerbang, dalam ukuran yang sangat besar. Konon berat masing-masing arca mencapai berat 40 ton, tingginya mencapai 3,7 m, sedangkan lingkar tubuh terbesar mencapai 3,8 m. Letak kedua patung tersebut terpisah sekitar 20 meter (sekarang dipisahkan oleh jalan raya).
Untuk saat ini, candi Singasari masih ditutup sejak 16 Maret 2020 dikarenakan pandemi. Namun, Anda masih bisa menikmati kemegahan candi dari luar pagar dan masih bisa melihat dua arca Dwarapala, dan sisa-sisa batu candi yang tersisa di sekitar arca. Waktu tempuh dari kota Malang hanya sekitar 35 menit, jadi tak ada salahnya menikmati wisata sejarah mengenang jejak Raja Kartanegara di Candi Singasari. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |
Sumber | : TIMES Malang |