Warga Dusun Karanggeneng Lereng Gunung Merapi Luncurkan Pasar Majapahit

TIMESINDONESIA, SLEMAN – Pandemi Covid-19 yang melanda berbagai sektor ekonomi di Indonesia tak membuat masyarakat menyerah begitu saja. Buktinya, di tengah wabah virus asal Wuhan China ini, warga RT 02 Dusun Karanggeneng, Kalurahan Umbulharjo, Kapanewon Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta justru meluncurkan destinasi wisata baru yaitu obyek wisata edukasi bernama Pasar Majapahit.
Di pasar edukasi ini, wisatawan akan merasakan sensasi berbelanja berbeda dibandingkan dengan pasar pada umumnya. Sebab, pengunjung akan merasakan seolah berbelanja di pasar tradisional jaman dahulu. Ya, itu karena para pengunjung dan pedagang di larang menggunakan uang rupiah ketika bertransaksi. Dalam bertransksi, yang berlaku di pasar ini adalah uang dhono, sebuah mata uang berupa keping bulat dari kayu yang dihargai senilai @ Rp 2 ribu.
Advertisement
“Pengunjung yang mau berbelanja di Pasar Majapahit, mereka terlebih dahulu harus menukarkan uang rupiahnya dengan uang dhono. Setelah itu pengunjung baru bisa berlanja di pasar yang menjual beragam makanan dan produk olahan warga,” kata Konseptor Pasar Majapahit, Naryono kepada TIMES Indonesia, Senin (30/11/2020).
Tak hanya itu, para pedagang dilarang menggunakan plastik untuk membungkus barang dagangan yang dibeli oleh pengunjung. Begitu pula pengunjung dilarang membawa plastik ketika akan bertransaksi di area pasar tersebut. “Wisatawan juga dapat menikmati sensi naik jeep keliling kampung sekitar dengan tarif terjangkau,” terang Naryono.
Seorang pedagang, Lia menerangkan, Pasar Majapahit ini telah diuji cobakan pada Minggu (29/11/2020). Rencananya, pasar ini akan buka mula pukul 08.00. Ia berharap, pemerintah daerah dapat ikut serta mempublikasikan keberadaan Pasar Majapahit secara luas.
“Sehingga, dapat menarik wisatawan dari luar Yogyakarta bahkan luar negeri,” terang Lia.
Ketua RT 02 Karanggeneng, Umbulharjo, Isminar mengatakan, keberadaan Pasar Majapahit bermula dari banyaknya warga yang nganggur karena pandemi Covid-19. Sehingga, warga perlu kegiatan positif sekaligus mendapatkan pamasukan untuk mencukup kebutuhan keluarga. Pasar ini menempati lahan sekitar 2.000 meter per segi diatas lahan milik pribadi Isminar.
“Para penjual saat ini dibatasi warga RT 02. Dari 50 an KK, yang aktif ikut kegiatan ini sebanyak 45 KK. Kedepan akan dikembangkan lagi, ada pasar pohon bambu, fasilitas pendukung maupun sarana edukasi lainnya. Menggunakan Tanah Kas Desa. Sehingga kegiatan ini dapat merambah tetangga dusun, untuk ikut bergabung,” jelasnya.
Dengan adanya Pasar Majapahit, ia berharap ada peningkatan ekonomi masyarakat karena bisa menampung hasil bumi masyarakat. Warga bisa menjual sendiri secara langsung tidak hanya dalam kondisi mentah namun dalam kondisi matang. Sifatnya pasar Majapahit untuk menyangga destinasi wisata lain yang telah ada sebelumnya. Sebab, Pasar Majapahit lokasinya masih masuk dalam zona aman yaitu berjarak 11 km dari puncak Gunung Merapi. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |