Wisata

Kampung Kolecer Cisayong Tasikmalaya Penguat Ekonomi Masyarakat

Kamis, 17 Desember 2020 - 19:12 | 151.40k
Kampung Kolecer Cisayong Tasikmalaya (FOTO: Sukri/TIMES Indonesia)
Kampung Kolecer Cisayong Tasikmalaya (FOTO: Sukri/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, TASIKMALAYATasikmalaya terkenal dengan keindahan alamnya. Tak sedikit Desa yang merintis Desa Wisata untuk mendongkrak ekonomi masyarakat. Salah satunya adalah Kampung Kolecer (baling-baling) di Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya.

"Kampung Kolecer dirintis pada bulan Juli 2020 dan terletak di kampung Wangun RT 2 dan 3 RW 5 Dusun Cisayong Kaler Desa Cisayong Kecamatan Cisayong," jelas Egi Supriadi Kepala Dusun (Kadus) Cisayong Kaler kepada TIMES Indonesia Priangan Timur pada Kamis (17/12/2020).

Advertisement

"Ide kreatif Kampung Kolecer ini berasal dari Kepala Desa (Yudi Cahyudin, S.AP) kami. Beliau menginginkan ada 1.000 kolecer di kampung ini," lanjutnya.

Secara filosofi, kolecer punya makna bagi masyarakat Cisayong. Kolecer itu komposisinya ada baling-baling, stabilizer dan tiang pancang. Baling-baling adalah simbol perputaran pikiran untuk masa depan (visioner).

Stabilizer berarti pemikiran masyarakat itu tetap harus tertata dan stabil sesuai aturan yang diyakini. Terakhir, tiang pancang adalah fondasi yang kokoh untuk menjaga kolecer tetap ada. Tiang itu dipasang harus bersama-sama atau gotong royong. “Jadi fondasi hidup disini harus menguatkan gotong royong. Filosofi itu menjadi harapan bagi kami," jelas Egi.

Semua kolecer yang terpasang adalah karya masyarakat se-Desa Cisayong. Setiap RT (Rukun Tetangga) membuat kolecer sebanyak 10 buah.

"Bulan Juli kami mengadakan lomba kolecer antar RT se-Desa Cisayong dan dipasang di lahan pesawahan milik warga Wangun. Itu strategi kami dan alhamdulillah semua masyarakat mendukung dengan perintisan Kampung Kolecer ini," lanjut Egi.

Sebagai informasi, jumlah RT di Deda Cisayong adalah sebanyak 39 RT, 13 RW (Rukun Warga) dan 4 Dusun.

Juri yang hadir waktu itu adalah tim dari Kecamatan, Dinas Pariwisata dan juga Dinas Pendidikan sekaligus pembukaan wisata Kampung Kolecer.

"Dampak positif secara ekonomi bagi masyarakat terutama kampung Wangun adalah dari mengelola tiket masuk, parkir serta dagang dilokasi wisata. warung disini tidak menerima orang luar daerah, hanya warga sini saja," Jelas Egi.

etiap warung membayar Rp7.000 per hari buka. Artinya ketika tutup, warga tidak perlu membayar. Rp7.000 itu peruntukannya adalah Rp3.000 untuk kebersihan dan sisanya masuk ke Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai pengelola.

Di waktu yang berbeda ketika diwawancarai, Yudi menegaskan bahwa semua yang dirintis di Desa Cisayong tidak lain hanya untuk mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat sehingga masyarakat dapat hidup makmur dan sejahtera.

"Ke depannya, sawah masyarakat yang terpasang kolecer akan didukung benih per musim oleh BUMDes dari pendapatan wisata. Ini bentuk komitmen Desa kepada masyarakat demi terwujudnya masyarakat yang mandiri," jelas Yudi.

Dari pantauan TIMES, Kampung Kolecer juga memiliki fasilitas gazebo untuk pertemuan dengan kapasitas 50 orang.

"Dinas atau pun komunitas suka mengadakan pertemuan di sini. Minggu depan saja komunitas driver ojek online akan melakukan pertemuan di sini. Pokoknya, akhir pekan pasti ramai," pungkasnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES