Wisata

Umrah Bareng Tombo Ati (2): Mendapat Pahala Umrah Sebelum Umrah

Sabtu, 21 Januari 2023 - 15:01 | 95.56k
Rombongan ibadah umrah Tombo Ati mengunjungi Masjid Quba, masjid yang didirikan Nabi Muhammad SAW di Madinah. (foto: Wahyu Nurdiyanto/TIMES Indonesia)
Rombongan ibadah umrah Tombo Ati mengunjungi Masjid Quba, masjid yang didirikan Nabi Muhammad SAW di Madinah. (foto: Wahyu Nurdiyanto/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MALANGIbadah umrah membuat jemaah berkesempatan menelusuri jejak perjalanan Nabi Muhammad SAW. Napak tilas perjuangan Rasulullah secara langsung membuat jemaah memahami beratnya penyebaran Islam sekaligus memunculkan sikap syukur hidup dalam era penuh kemudahan dan kenikmatan.

Setelah sehari penuh istirahat dan fokus ibadah di Masjid Nabawi, hari kedua di Madinah (4 Januari 2023) diisi dengan city tour menelusuri jejak penyebaran islam oleh Nabi Muhammad SAW setelah hijrah. TIMES Indonesia bersama rombongan ibadah umrah dari biro perjalanan umrah dan haji plus Tombo Ati diajak ke Masjid Quba

Berdasarkan situs kemenag.go.id, Masjid Quba dibangun pada tahun 1 Hijriyah ini berada di pinggiran kota Madinah. Jaraknya kurang lebih 5 kilometer dari Masjid Nabawi.

Kabar berziarah ke Masjid Kuba membuat semua orang bersemangat. Maklum, sejak awal kami sudah mendapatkan "pengetahuan" mengenai keistimewaan dari masjid dengan empat menara menjulang ini. Saya dan juga rombongan masih ingat betul mengenai keistimewaan Masjid Quba saat melakukan manasik di tanah air.

Umrah-Bareng-Tombo-Ati-2.jpgMasjid Quba di Madinah menjadi tempat istimewa bagi umat Islam. Shalat di tempat ini akan mendapatkan pahala sebesar menjalankan ibadah umrah di Makkah. (foto: TIMES Indonesia)

Imam Safii, pimpinan biro perjalanan umrah dan muslim tour Tombo Ati saat manasik teori mengatakan, masjid ini memiliki keutamaan bagi orang yang shalat di dalamnya. "Shalat di Masjid Quba nilai pahalanya sama seperti pahala umrah," ucapnya.

Mas Imam, begitu biasa saya menyapa juga mengutip Sabda Rasulullah “Barangsiapa yang keluar dari rumahnya kemudian mendatangi masjid ini, yakni Masjid Quba kemudian shalat di dalamnya, maka pahalanya seperti ia menjalankan umrah,” (Ibnu Majah).

Iming-iming pahala (yang besar) memang kerap menjadi penggugah untuk jemaah melaksanakan ibadah ke tanah suci. Hal Wajar kata Mas Imam. "Bisa membuat orang semangat beribadah," imbuhnya.

Hal yang sama juga disampaikan oleh muthawif (orang yang menemani/membimbig jemaah selama di tanah suci) kami saat di bus. Ustaz Zaefullah Zein juga menceritakan sejarah dan keistimewaan shalat dan berdoa di Masjid Quba.

Umrah-Bareng-Tombo-Ati-3.jpgJemaah melaksanakan shalat di Masjid Quba. (foto: Wahyu Nurdiyanto/TIMES Indonesia)

Penjelasan ini semakin membuat kami tidak sabar untuk segera melihat masjid yang dibangun Nabi Muhammad SAW. Sayangnya, tidak semua anggota rombongan program umrah 12 hari ikut serta. Ada yang terpaksa tinggal di hotel karena sakit atau harus menemani kerabat yang sakit.

Pagi-pagi kami sudah berangkat, dan tidak sampai 60 menit tibalah kami di kompleks masjid bercat putih ini yang luas ini. Menjadi situs sejarah Islam plus jaminan pahala yang besar membuat Masjid Quba didatangi ribuan orang jemaah. 

Begitu juga saat kami datang. Ribuan orang sudah berjejal, berebut masuk ke masjid.

Setelah taklimat sebentar oleh muthawif dan tour leader terkait di titik temu rombongan setelah keluar masjid, kami mengambil wudhu dan dengan mantab melangkah ke masjid. Jemaah pun bebas memilih tempat untuk melaksanakan shalat tahiyatul masjid dan shalat dhuha karena kebutulan kami datang sekitar pukul 09.00 pagi waktu Arab Saudi. Tak lupa, kami juga berdoa bagi kesembuhan jemaah yang sakit dan istirahat di hotel.

"Alhamdulillah... belum juga umrah sudah dapat pahala sebesar pahala umrah," ucap penulis yang disambut "aminn" panjang  dan senyum lebar sebagian jemaah Tombo Ati yang sudah menunggu di luar.

tombo-ati.jpgRombongan Umrah Tombo Ati berfoto bersama di Masjid Quba Madinah. (foto: Pinardi/Tombo Ati)

Hal yang hampir sama juga terlontar dari beberapa mulut jemaah Indonesia yang saya jumpai di sana. Jemaah asal Mojokerto, Jawa Timur yang saya temui juga berkata sama. Ia merasa senang bisa sujud di salah satu tempat mustajab untuk berdoa. 

Sebelum meninggalkan Masjid Quba, tak lupa kami melakukan foto-foto. Baik foto bersama, maupun foto dengan sesama anggota keluarga. Rombongan juga bersama-sama membuat video berlatar Masjid Quba dengan melantunkan shalawat. 

Lantunan shalawat secara bersama-sama ternyata menarik perhatian beberapa jemaah dari luar negeri. Banyak dari mereka mengeluarkan ponsel lalu merekam nyanyian shalawat yang dilantunkan. 

Ziarah ke Jabal Uhud

Selanjutnya rombongan menuju Jabal Uhud, tempat perang Uhud sekaligus tempat para syuhada dimakamkan. Perang Uhud terjadi pada 15 Syawal 3 Hijrah atau Maret 625 Masehi.

Umrah-Bareng-Tombo-Ati-4.jpgRombongan umrah Tombo Ati berziarah ke makam syuhada yang meninggal saat perang Uhud. (foto: Wahyu Nurdiyanto/TIMES Indonesia)

Muthawif menerangkan Jabal Uhud bukan gunung biasa. Selain memiliki nilai sejarah bagi umat islam, Jabal Uhud juga memiliki keistimewaan tersendiri. Bahkan Jabal Uhud adalah salah satu gunung yang dijanjikan kelak ada di surga.

“Jika kita hendak melihat gunung yang terdapat di surga, maka ziarahlah ke Gunung Uhud. Nabi Muhammad SAW bersabda, ‘Gunung Uhud ialah salah satu dari bukit-bukit yang terdapat di surga’,” demikian hadis yang diriwayatkan HR Bukhari.

Kami banyak mendapat penjelasan mengenai kronologis perang Uhud. Termasuk bagaimana kemenangan kaum muslimin terkikis dengan cepat karena ketidakpatuhan pasukan menjalankan perintah.

Di lokasi ini, kami berziarah ke makam 70 syuhada yang meninggal di Perang Uhud termasuk paman Nabi Muhammad SAW, Hamzah bin Abdul Mutholib.

Bersebelahan dengan komplesk makam terdapat Masjid Sayyid Al-Shuhada. Masjid bercat putih dengan satu kubah dan dua menara ini juga menjadi tempat favorit jemaah untuk berdoa dan shalat jika bertepatan dengan waktu shalat. Dari Jabal Uhud kami menuju ke perkebunan kurma, dan tentunya belanja aneka jenis kurma.

"Umrah atau haji tidak melulu pulang dengan oleh-oleh barang, tapi juga bisa juga dengan cerita jejak Nabi Muhammad, seperti di Masjid Quba dan Jabal Uhud sekaligus mencoba membayangkan beratnya perjuangan Islam waktu itu. Cerita ini membuat kita bisa lebih bersyukur tak lagi mengalami masa-masa sulit seperti zaman Rasulullah dan juga mungkin menggugah hati pendengarnya untuk datang ke tanah suci," kata ustaz Saifullah Zein menutup acara ziarah ke Jabal Uhud. (bersambung)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES