Kolam Segaran Mojokerto, Sejarah dan Cerita Rakyat di Dalamnya

TIMESINDONESIA, MOJOKERTO – Kolam segaran yang terletak di Dusun Unggahan, Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto memiliki sejarah panjang dan cerita-cerita rakyat yang menarik di dalamnya. Hingga kini kolam ini menjadi tempat berwisata yang menarik banyak pengunjung dan menjadi dijadikan olahraga. Pemandangan hamparan air dan nuansa pedesaan dapat ditemui di objek wisata ini.
Dikutip dari situs Kemdikbud, Kolam Segaran merupakan jenis petirtaan yang berbentuk kolam buatan. Kolam ini menjadi salah satu dari 32 kolam kuno Masa Majapahit yang masih dapat disaksikan hingga saat ini. Nama segaran dalam bahasa Jawa berarti laut, yang disematkan pada kolam luas seperti lautan. Dalam peta rekonstruksi Ibukota Majapahit karya Maclain Pont, Kolam Segaran berada di depan Keraton Majapahit. Kolam ini menjadi simbol Samudramantana (pengadukan lautan susu) yang merupakan landasan kosmologi Hindu-Buddha yang terkenal di Asia Selatan hingga Asia Tenggara. Konsep pembangunan Ibukota yang berlandaskan filsafat Samudramantana ditemukan juga pada reruntuhan Ibukota Angkor di Kamboja.
Advertisement
Kolam Segaran ditemukan pertama kali oleh Ir. Henry Maclain Pont pada tahun 1926. Kolam berdenah persegi panjang berukuran panjang 375 m, lebar 125 m, tinggi dinding 3,16 m dan lebar dinding 1,6 m. Kolam ini menghadap ke barat berdasarkan posisi satu-satunya tangga sebagai pintu masuk di sisi barat. Sisi panjangnya berorientasi ke arah Utara – Selatan dengan azimut 5˚.
Kolam memiliki luas 6 hektar dan mampu menampung air maksimal 223.125 m³. Pada sudut timur laut dinding sisi luar terdapat dua kolam kecil yang saling berhimpitan, sedangkan di sebelah barat dan sudut timur laut terdapat saluran air yang menembus dinding sisi utara.
Kolam ini disusun dari material bata merah yang direkatkan satu sama lain dengan teknik menggosok. Terdapat saluran yang mengalirkan air ke kolam pada bagian tenggara, sementara di sisi barat laut terdapat saluran pembuangan air. Saluran pembuangan tersebut berhubungan dengan Balong Bunder (kolam bulat) yang terletak di sebelah selatan Kolam Segaran dan Balong Dowo (kolam panjang) yang terdapat di depan Pengelolaan Informasi Majapahit (PIM). Kedua balong mengalami pendangkalan dan tidak lagi berfungsi seperti dahulu.
Kolam Segaran pada waktu ditemukan tertimbu tanah dan rerumputan seluas 65.448 m². Dinas Purbakala Pemerintah Hindia Belanda melakukan ekskavasi pada kolam tersebut dan berhasil menampakkan strukturnya. Pada tahun 1966 diadakan pemugaran selama satu tahun. Selanjutnya Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Timur melakukan pemugaran pada situs ini tahun 1975/1976 dan 1982/1983.
Cerita Rakyat tentang Kolam Segaran
Dalam catatan kitab Negarakertagama, disebutkan adanya Segaran, yang berarti adalah telaga. Para ahli memperkirakan jika Kolam Segaran inilah yang disebutkan dalam kitab Negarakertagama.
"Kalau secara fungsi, ini menjadi waduk atau irigasi dan upaya penanggulangan banjir. Memang, Kerajaan Majapahit memiliki peradaban yang tinggi dalam penataan irigasi," ungkapnya.
Sementara dikutip dari buku "Perang Bubat 1279 Saka, Membongkar Fakta Kerajaan Sunda vs Kerajaan Majapahit" karya Sri Wintala Achmad. Kolam Dikutip dari Sindonews, Segaran pada era Kerajaan Majapahit memiliki nama asli Citra Wulan, Trawulan, atau Trowulan. Pada masanya, kolam ini dibangun untuk kebutuhan penampungan air di musim hujan. Sebagai persediaan air di musim kemarau. Pemberian nama Citra Wulan untuk kolam tersebut belum diketahui secara pasti.
Dikisahkan, keindahan kolam tersebut menjadi alasan mengapa diberi nama Citra Wulan. Pada malam hari, cahaya bulan akan terbayang di permukaan air kolam. Saat bulan purnama, semua orang di yang berada di sekitar kolam akan mengakui suasananya yang indah. Semasa Majapahit, keindahan memukau kolam tersebut diperkirakan lebih terasa. Sebab, kala itu belum ada cahaya listrik di sekitar kolam.
Kolam Citra Wulan semasa Majapahit dapat disebut sebagai tempat rekreasi di kala purnama, bagi kaum bangsawan, keluarga raja, bahkan raja sendiri. Sebuah pemberitaan China menyebutkan, setiap purnama penduduk Majapahit bersuka cita di sekitar Kolam Citra Wulan. Bahkan, kaum perempuan membentuk barisan di sekitar kolam sambil bernyanyi.
Nama Kolam segaran atau Citra Wulan, berdasarkan namanya merupakan tempat ideal untuk menikmati cahaya purnama. Lokasi ini menjadi tempat ideal untuk melakukan pemujaan kepada Dewa Candra. Kekuatan dan keindahan Candra terbayang di permukaan air kolam. Bayangan bulan purnama pasti terpantul di permukaan air. Artinya, air kolam pada masa itu dipenuhi oleh kekuatan indahnya Sang Candra. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Irfan Anshori |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |