Gunung Bromo Jadi Populasi Jip Hardtop Terbesar Dunia
TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Selain menyajikan keindahan alam, wisata Gunung Bromo juga tercatat memiliki populasi kendaraan jip hartop terbesar di dunia. Kehadiran ratusan Toyota FJ-40 hardtop yang terkonsentrasi di area wisata Tengger itu merupakan tempat dengan populasi jip terbanyak.
Anggota DPRD Kabupaten Probolinggo, Supoyo, menerangkan jika populasi jip hardtop di kawasan Gunung Bromo termasuk yang terbesar, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia. Ini didukung oleh beberapa referensi dan hasil studi dari warga asing saat dia menjabat sebagai Kepala Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura.
Advertisement
Menurutnya, jumlah jip hardtop di Kabupaten Probolinggo saja mencapai sekitar 400-an unit lebih, belum termasuk di daerah lain. Jadi, total populasi jip FJ-40 bisa mencapai sekitar 2000-an lebih, termasuk dari Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Malang, dan Lumajang.
Tak sedikit juga penggemar barang antik yang tertarik untuk mencari atau membeli di kawasan Tengger. Meskipun mobil-mobil tersebut sudah tua, harganya tetap tinggi, bahkan mencapai Rp 100 juta hingga hampir mendekati Rp 200 juta jika kondisinya bagus.
Mayoritas penduduk Tengger memiliki setidaknya satu unit jip. Unit tersebut digunakan untuk membuka jasa angkutan wisatawan, sehingga penduduk suku Tengger bisa mendapatkan penghasilan tambahan.
“Untuk mencari unit ini cukup sulit. Makanya, meski ditawar harga mahal atau di atas pasaran, pemilik sulit untuk melepasya. Apalagi pemiliknya cuman punya satu unit. Besar kemungkinan tidak dilepas," katanya.
Sebab lanjut Supoyo, pemiliknya belum tentu bisa memperoleh jip lagi. Terlebih jip tersebut juga digunakan untuk mencari nafkah.
Sementara itu, Iwandoyo, salah satu operator jip asal Palang Besi-Lumbang, juga mengalami kesulitan mendapatkan jip. Sebelumnya, ia hanya bekerja sebagai sopir jip. Jip tersebut milik orang lain atau yang kian disebut juragan. Setelah mengumpulkan uang, ia kesulitan mendapatkan jip sendiri.
“Mulanya saya menjadi sopir. Jip yang saya gunakan milik juragan atau orang lain. Setelah menabung dan terkumpul. Saya kesulitan untuk mencari jip," tutur Iwandoyo.
"Bahkan harus mengunggu 6 bulan baru dapat. Jip tahun 1976 ini kini saya pakai untuk bekerja. Karena hanya punya satu dan untuk mendapatkanya saja sulit. Jadi meski ditawar dua kali lipat dari harga awal beli, tidak saya lepas,” ucap Iwandoyo, soal jip di wisata Gunung Bromo. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Muhammad Iqbal |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |