Wisata

Jejak Sejarah Kampung Tua Foramadiahi: Tempat Kelahiran Kerajaan Kesultanan Ternate

Jumat, 01 September 2023 - 07:32 | 300.95k
Kampung Foramadiahi yang terletak di Kecamatan Ternate Pulau, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. (Foto: Ruslan Zainuddin for TIMES Indonesia)
Kampung Foramadiahi yang terletak di Kecamatan Ternate Pulau, Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara. (Foto: Ruslan Zainuddin for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, TERNATE – Kelurahan Foramadiahi, Kecamatan Ternate Pulau, merupakan salah satu kampung tua di Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara, yang memiliki jejak sejarah bagi perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah.  .

Kampung Foramadiahi  terletak di puncak bagian selatan Gunung Gamalama, Ternate. Foramadiahi sendiri memiliki banyak sejarah, tidak hanya tercatat sebagai kampung tua di Ternate. Di kampung ini pula, Sultan atau Raja Baabullah yang sekaligus sebagai pejuang yang berhasil melakukan perlawanan mengsusir Portugis dari tanah Ternate.

Advertisement

Dari beberapa catatan, Foramadiahi disebut mulai eksis pada tahun 1254. Beberapa sumber menyebutkan Foramadiahi adalah sebagai kampung tertua di Kota Ternate.

Terbentuknya Foramadihi dimulai dari masuknya masyarakat Jailolo yang melarikan diri dari Kerajaan Jailolo. Pelarian ini imbas dari situasi politik yang melibatkan raja dengan kelompok politik lokal saat itu.

Memilih Foramadiahi sebagai tempat pelarian karena letaknya yang berada di puncak Gunung Gamalama dan jauh dari laut. Lantas bagaimana sejarah kampung tua Foramadiahi bagi Kerajaan Kesultanan Kota Ternate?

Wartawan TIMES Indonesia yang menggali informasi dari dalam Kerajaan Kesultanan Ternate yang kini  terletak di Kelurahan Salero diberikan petunjuk untuk mewancarai langsung Jou Hukum Soa Sion, Gunawan Rajim.

Gunawan Rajim, yang menjabat sebagai Jou Hukum Soa Sio Kesultanan Kota Ternate menjelaskan, Foramadiahi tidak hanya menjadi kampung tua di Kota Ternate, tetapi sebagai pusat kerajaan pertama Kesultanan Ternate.

Ia menjelaskan, Foramadiahi adalah kampung yang menjadi awal mula kerajaan kesultanan Ternate terbentuk. Di saat itu, masyarakat yang mendiami Ternate masih dalam bentuk kelompok-kelompok.

Kelompok ini mendiami sejumlah kampung yang saat itu sudah terbentuk di Ternate. Pada saat itu, kelompok ini dipimpin oleh seseorang yang disebut sebagai Momole atau Tomole yang artinya orang yang memiliki kesaktian.

Setiap orang yang diberi gelar momole saat itu, akan mendapatkan posisi yang baik, yakni mejadi pemimpin pada kelompok setempat.

Sejumlah momole yang dikenal saat itu yakni Momole Tubo, Momole Tabanga, Momole Tobona, dan Momole Fora atau disebut Foramadiahi. Keempat momole saat itu hidup dalam persaingan dan mendiami satu daratan Ternate.

Persaingan momole ini berlangsung sebelum hadirnya Kerajaan Kesultanan Ternate. Kampung yang dipimpin oleh momole ini terus menunjukkan permusuhan dengan mengklaim kekuatan wilayah.

“Jadi, kampung yang dipimpin oleh momole ini disaat itu terus menebar kekuatan, saling klaim kekuatan antara keempat kampung ini. Mereka itu saling bermusuhan,” jelas Gunawan Rajim kepada TIMES Indonesia.

Lanjut Gunawan Rajim, hingga tiba suatu masa keempat momole ini berpikir untuk bagaimana mereka bersatu, menyatukan kekuatan. Diceritakan, bersatu mereka ini pada tahun 1250 dan dibangunlah sebuah permukiman, yang kemudian dikenal dengan sebutan Kota Sampalo.

Kota Sampalo saat ini berada di Kelurahan Rua Kota Ternate. Saat Sampalo terbentuk dan menjadi sebuah wilayah permukiman, kemudian ada datang  seorang asing dari negeri jauh, yang dikenal dengan nama Maulana Syekh Jafar Sadik.

Berjalannya waktu, keempat momole ini bersepakat dan membentuk sebuah kesepakatan dan mengangkat satu dari empat momole ini untuk menjadi raja. Kesepakatan ini menghasilkan keputusan untuk memilih momole Foramadiahi sebagai pemimpin atau raja di kala itu.

Raja pertama ini kemudian diberi gelar sebagai kolano dan memimpin keempat kelompok yang sebelumnya terpisah. Setelah dipimpin oleh kolano, mereka lantas menerima Maulana Syekh Jafar Sadik ke dalam perhimpunan mereka.

Gunawan Rajim melanjutkan, dari legenda cerita yang didapat, diceritakan bahwa Syekh Jafar Sadik ini lantas menikah dengan seorang gadis pribumi dari Ternate.

“Jadi setelah Raja baru terpilih, lantas mereka juga bersepakat untuk menerima Syekh Jafar Sadik bergabung dengan mereka. Jadi dari cerita yang didapat syekh ini lantas dinikahkan dengan seorang gadis asli Ternate saat itu,” ucap Gunawan Rajim.

Dari pernikahan Syekh Jafar Sadik dengan gadis Ternate, keturunannya lantas diangkat menjadi raja menggantikan Kolano yang berasal dari Momole Foramadiahi. Raja kedua dari keturunan Syekh Jafar Sadik ini bernama Cico.

Setelah raja kedua ini, gelar Kolano kembali berubah menjadi Kolano Babmasur Malamo atau dikenal sebagai sultan. Setelah menjadi sultan, dia lantas menetapkan Foramadia sebagai lokasi  kerajaan pertama Kesultanan Ternate.

Foramdiahi lantas berkembang menjadi permukiman atau wilayah yang memiliki pusat pemerintahan atau kerajaan yang saat itu disebut sebagai pemerintahan Gapi.  “Jauh sebelum bernama Ternate, kerajaan ini disebut Gapi,” kata Gunawan.

Hingga pada saat datang bangsa Eropa, Kerajaan Gapi ini dipimpin oleh Sultan Baabullah. Jejak dari Kerajaan Gapi yang masih terlihat utuh atau nyata adalah makam dari Sultan Baabullah yang terletak di Kampung Foramadiahi. Tidak hanya dikenal sebagai sultan atau raja, Baabullah adalah sultan yang berhasil mengusir Portugis. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hendarmono Al Sidarto
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES