4 Tradisi di Sumba yang Masih Dipertahankan Saat Ini, Hingga Dijadikan Kunjungan Wisatawan
TIMESINDONESIA, SUMBA TIMUR – Ada tradisi di pulau Sumba NTT yang masih dipertahankan hingga tradisi itu dijadikan tempat kunjungan wisatawan karena keunikannya.
Hal itu diungkapkan salah seorang Budayawan Sumba Melkianus Umbu, Sabtu (14/9/2024).
Advertisement
Ia mengatakan, pulau Sumba yang terdiri dari empat Kabupaten yaitu, Kabupaten Sumba Timur, Sumba Barat, Sumba Tengah dan Sumba Barat Daya memiliki beragam tradisi turun temurun. Selumlah tradisi menjadi daya tarik pariwisata untuk berkunjung di Sumba.
Dari empat tradisi itu, masih berhubungan dengan kepercayaan Marapu atau pemujaan kepada Sang Pencipta melalui perantara arwah leluhur yang hingga saat ini masih dilaksanakan. “Kepercayaan Marapu ini masih berada di Desa-desa atau pedalaman pulau Sumba. Biasanya mereka masih anut kepercayaan ini,” ungkapnya.
Adapun empat tradisi unik orang Sumba yang hingga saat ini masih dipertahankan hingga mendatangkan para wisatawan untuk berkunjung di pulau Sumba yang antara lain tradisi itu adalah:
Pertama. Upacara kematian. Menurut adat Sumba, upacara ini sangat berkaitan erat dengan adat kepercayaan Marapu. Sebagai masyarakat yang menganut kepercayaan Marapu, upacara itu dianggap keramat.
“Baik dari segi tempat, waktu, benda, alat maupun orang-orang yang menjalankan upacara tersebut,” tuturnya.
Makna dari upacara kematian itu adalah penghormatan terakhir bagi yang meninggal dunia. Sedangkan hewan kurban dimaknai sebagai penjalin hubungan yang harmonis dengan arwah lelulur.
Kedua, Tarik Batu Kubur. Tradisi ini sangat terkenal di pulau Sumba. Tradisi leluhur ini diwariskan secara turun temurun. Tarik batu kubur memilki memiliki nilai sejarah dan budaya yang mendalam bagi masyarakat Sumba.
“Tradisi tarik batu kubur ini masih berkaitan dengan zaman megalitik atau zaman batu besar. Yang menarik batu kubur itu melibatkan ribuan orang yang biasanya ada pemotongan hewan sebanyak-banyaknya,” jelasnya.
Ketiga, Tradisi Belis. Tradisi ini merupakan tradisi seserahan dalam pernikahan adat mayarakat Sumba. Bahwa pria yang ingin meminang wanita Sumba wajib memberikan sejumlah hewan ternak sebagai seserahan mulai dari kerbau, sapi, babi hingga kuda.
Sedangkan jumlah hewan atau ternak yang menjadi persyaratan seserahan untuk melaksanakan pernikahan ditentukan oleh keluarga calon mempelai wanita. Keluarga calon mempelai pria wajib memenuhinya.
“Jadi semakin terpandang keluarga calon mempelai wanita semakin banyak jumlah hewan yang harus diberikan dari pihak pria. Jika wanita itu dari keluarga bangsawan, minimal yang harus dibawa oleh keluarga pria 40 ekor ternak,” ujarnya.
Dan keempat lanjut Umbu Melki, adalah Tradisi Pasola. Tradisi yang setiap tahun digelar di Sumba ini adalah permainan ketangkasan saling melempar lembing kayu dari atas kuda yang bagian dari upacara Marapu.
Tardisi ini menarik perhatian banyak wisatawan yang berkunjung di pulau Sumba. Tepatnya di Kabupaten Sumba Barat. Karena keunikannya, pelaksanaannya hanya sekali dalam setahun. Tentunya para wisatawan yang datang setahun sekali untuk menyaksikan atraksi ini.
“Pasola merupakan bagian dari serangkaian upacara tradisional yang digelar oleh orang Sumba yang masih menganut kepecayaan Marapu. Tradisi Pasola ini banyak wisatawan yang datang untuk menyaksikan atraksi ini,” tutup Umbu Melki. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |