Menilik Situs Watu Lumpang Cilongok Banyumas yang Konon Dipindah Mahkluk Gaib
TIMESINDONESIA, BANYUMAS – Situs Watu Lumpang adalah salah satu situs megalitik yang ditemukan di Indonesia. Bentuknya biasanya terdiri dari batu-batu berbentuk lumpang yaitu sejenis lesung besar yang digunakan untuk menumbuk padi atau bahan lainnya.
Situs watu lumpang ini biasanya dianggap memiliki fungsi ritual atau upacara pada masa lampau, seringkali terkait dengan kegiatan keagamaan atau kehidupan sosial masyarakat megalitik dan biasany berada di dataran tinggi.
Advertisement
Di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah juga terdapat situs watu lumpang yang terletak di wilayah Kecamatan Cilongok berbatasan dekat dengan lereng Gunung Slamet. Bahkan beberapa situs juga tersebar di beberapa desa antara lain Desa Sokawera, Gununglurah, Sambirata, Karangtengah, Penambangan, dan Karanglo.
Watu lumpang, selain sebagai alat untuk menumbuk, juga diyakini memiliki makna simbolis yang berkaitan dengan pemujaan roh nenek moyang, atau bahkan dianggap sebagai bagian dari sistem agraris masyarakat kuno yang sangat erat dengan ritus kesuburan.
Situs watu lumpang Cilongok, begitu masyarakat Banyumas menyebutnya dianggap memberikan wawasan tentang kehidupan masyarakat zaman dahulu yang sudah mengenal sistem sosial yang kompleks.
"Salah satu situs yang masih terpelihara adalah Situs Cilongok yang terletak di Grumbul Ragung Desa Sambirata Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas," kata Parsito tokoh kehumasan di Pemkab Banyumas, Minggu (29/9/2024).
Walaupun tertulis Situs Cilongok masyarakat sekitar lebih mengenal dengan nama Situs Sambirata atau Situs Watu Lunmpang karena bentuknya seperti lumpang.
Pemelihara situs watu lumpang cilongok bernama Parwati mengatakan dirinya mendapat tugas dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BPPP) Jawa Tengah untuk memelihara Situs Cilongok sejak tahun 2011.
"Saya inginnya disebut pemelihara situs bukan juru kunci, dan saya mengantikan tugas Ayah saya Sudiro yang saat itu masih menjadi perangkat desa dan sekarang sudah pensiun,"jelasnya.
Parwati menjelaskan saat itu ayahnya sejak tahun 1981 memulai timuhas memelihara sejak diadakan penelusuran benda purbakala oleh bppp jateng.
“Dalam penelusuran tersebut ada upaya pelestarian dan pembinaan peninggalan arkeologis (benda purbakala) salah satunya Situs Cilongok,” katanya
Disebutkan ada cerita mistis Watu Lumpang berada dekat lereng Gunung Slamet. Lumpang itu dipinjam oleh kerabat di Ragung untuk hajatan, saat akan mengembalikan ternyata waktu sudah mendekati subuh.
"Karena pembawa lumpang makluk gaib, mereka takut dengan sinar matahari, sehingga lumpang ditinggal di tempat yang sekarang. Menurutnya ada penunggu yang menjaga Situs Watu Lumpang bernama Rantansari," ucapnya.
Ragung menurut Sudiro yang disampaikan oleh parwati menjelaskan berasal dari kata Alur Agung, karena daerah ini pernah menjadi perlintasan Syech Abdul Qodir Jaelani. Hal ini juga terlihat diatas Situs Watu Lumpang (kurang lebih 30 meter) ada penginggalan petilasan itu.
Walaupun sudah ditetapkan sebagai situs peninggalan purbakala, keberadaannya berada di tanah perorangan, sampai saat ini belum ada penelitian lebih lanjut, tetapi upaya untuk mempertahankan masih ada. Hal ini terlihat dari papan nama maupun papan imbauan disekitar situs yang dikeluarkan oleh Dinas Pemuda Olah Raga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyumas.
Tanda-tanda situs masih sering dikunjungi seseorang, menurut Parwati, terbukti dengan adanya barang yang tertinggal seperti bunga maupun menyan pada hari Jumat dan Selasa.
“Biasanya malam Jumat atau Malam Selasa Kliwon saya menemukan bunga maupun menyan disekitar Watu Lumpang, itu menandakan ada orang yang berkunjung disini pada malam hari,” katanya
Menurutnya dia jarang menanyakan maksud tujuan ke situs, kerana itu sifatnya pribadi. Dan pengunjungpun bukan orang sekitar, mereka orang luar desa.
“Kalau dulu kebanyakan untuk meramaikan grup kesenian, seperti kelompok kesenian ebeg dan group lengger mereka melakukan ritual disitu agar laris katanya,” jelas Parwati. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |