Destinasi Wisata Sejarah Dunia, Morotai Masih Sepi Kunjungan

TIMESINDONESIA, MOROTAI – Morotai adalah salah satu pulau di bibir Pasifik yang berbatasan langsung dengan Filipina dan Palao. Morotai memiliki segudang destinasi wisata yang mendunia. Namun sayang, potensi tersebut belum dikelola secara baik dan maksimal oleh pemerintah pusat maupun daerah, sehingga Morotai masih sepi dari kunjungan wisatawan nusantara maupun mancanegara.
Padahal, Morotai telah ditetapkan oleh pemerintah pusat, masuk dalam 10 Bali baru yang diprioritaskan untuk pengembangan sektor pariwisata melalui program Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Morotai masuk Bali Baru bersama dengan Danau Toba Sumut, Candi Borobudur Jateng, Labuan Bajo NTT, Pantai Mandalika NTB, Tanjung Kelayang Belitung, Tanjung Lesung Banten, dan Kepulauan Seribu Jakarta.
Advertisement
Bukan hanya itu, kedudukan Pulau Morotai dipandang amat strategis karena berada di tengah samudra Pasifik dan dekat dengan negara-negara ASEAN dan Asia Timur, sehingga pemerintah pusat melalui Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2014 menetapkan Morotai sebagai zona Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) demi mendukung program pembangunan KSPN.
Namun hingga saat ini, belum ada tanda tanda yang menggembirakan dari program KSPN maupun KEK, malah Morotai masih sepi dari kunjungan wisatawan. Bahkan, sejumlah fasilitas penunjang sektor pariwisata yang di bangun pemerintah pusat dibiarkan terbengkalai, ada yang telah rusak, dan mirisnya jangankan perbaikan, perawatan pun tidak dilakukan sama sekali oleh pemerintah.
Pulau yang berbatasan langsung dengan negara-negara Pasifik ini menyimpan cerita sejarah perang Dunia II yang amat termasyhur, sehingga butuh perhatian serius pemerintah pusat untuk dikembangkan sektor pariwisatanya. Morotai yang dijuluki pulau tiga matahari karena terkenal teriknya, juga dipandang sangat strategis oleh negara Jepang dan Amerika Serikat bersama sekutunya pada masa silam, sehingga dijadikan sebagai basis pangkalan militer untuk memenangkan pertempuran di Asia Pasifik Timur.
Bukti historis Perang Dunia II di Morotai merupakan saksi bisu yang hanya bisa dikenang melalui puing puing yang dibiarkan tercecer begitu saja di darat maupun di bawah laut hingga terus terkikis oleh waktu. Lokasi ini sangat penting pada tahun 1944, seperti Army Dock dan Navy Base merupakan markas militer AD-AL tentara sekutu dalam perang Pasifik di Morotai. Ditempat tersebut dibangun instalasi militer infantri, semi tempur dan rumah sakit serta lima dermaga laut untuk pendaratan pasukan dan logistik.
Salah satu pulau gugusan terluar Indonesia, Morotai juga memiliki destinasi wisata perang Dunia II bawah laut, serta objek wisata alam, pulau, pantai dan wisata bahari yang mendunia. Tempat ini pengunjung temukan di perairan Pulau Mitita, pulau Galo-Galo dan teristimewa di perairan laut Desa Wawama pada kedalaman 40-45 meter. Bagi para diver (penyelam), menyelam untuk melihat berbagai bangkai peninggalan Perang Dunia II (World War II Wreck), berupa mobil Jeep, kapal laut, pesawat tempur dan lainnya, tentu saja ini menjadi destinasiwisata yang paling unik serta menakjubkan.
Namun semua fakta yang memiliki historis yang amat bernilai itu, belum dilirik pemerintah, untuk dijadikan destinasi wisata unggulan demi meningkatkan pendapatan daerah maupun negara. Rakyat Morotai menunggu wujud nyata dari program Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) yang telah ditetapkan pemerintah pusat, sebagaimana janji Presiden Jokowi membangun Indonesia dari pinggiran, apakah program ini bakal dilanjutkan presiden terpilih Prabowo Subianto? Atau Morotai yang mulai berkembang kembali menjadi daerah tertinggal? (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |