
TIMESINDONESIA, WONOSOBO – Di balik tenangnya alam Desa Gondang, Kecamatan Watumalang, Kabupaten Wonosobo, mengalir sebuah mata air yang tak biasa yakni Tuk Banyu Asem. Terletak di Dusun Kaliasem, sumber air ini telah menjadi bagian penting dari kehidupan warga, tidak hanya sebagai sumber air, tetapi juga sebagai simpul tradisi, harapan, dan identitas lokal.
Dinamakan “Banyu Asem” karena airnya memiliki rasa asam yang khas, berbeda dari sumber-sumber air lain di sekitarnya. Hal ini juga yang kemudian menjadi nama dari tempat tersebut, yaitu Dusun Kaliasem.
Advertisement
Berkat inisiasi dari Pemdes dan Pemuda Desa, Tuk Banyu Asem menjadi salah satu destinasi wisata di Wonosobo. (FOTO: wonosobo.go.id)
Hingga kini, belum ada penelitian ilmiah yang dapat menjelaskan penyebab pasti rasa tersebut. Namun, beberapa pendapat menyebut bahwa rasa asam itu bisa jadi berasal dari kandungan mineral yang unik atau proses geologis tertentu di bawah permukaan tanah.
“Pastinya saya kurang tau, tapi yang jelas mata air dan keasaman rasanya sudah dari dulu, sejak nenek moyang kami,” kata Imam Turmudi, Kepala Dusun Kaliasem, Jumat (9/5/2025).
Terlepas dari penjelasan ilmiah, warga meyakini bahwa air ini memiliki khasiat, salah satunya untuk menyembuhkan penyakit kulit. Pada awalnya, Tuk Banyu Asem hanya digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan mandi warga sekitar. Namun, perlahan kesadaran akan potensi wisata dan nilai budayanya tumbuh.
"Banyak yang pakai buat nyuci, mandi, minum. Banyak yang punya penyakit gatal pada mandi ke sini, bahkan sakit gigi. Kebanyakan mereka orang luar," tutur Trimo, salah satu warga dusun Kaliasem.
Berkat inisiatif para pemuda desa, lokasi ini kini ditata ulang secara sederhana dengan tetap mempertahankan nuansa alaminya. Terdapat saung bambu, tempat duduk kayu, dan beberapa titik foto yang menambah daya tarik tempat tersebut.
Di sekeliling mata air terdapat pepohonan rindang, dan salah satu yang paling mencolok adalah pohon beringin tua. Keberadaan pohon ini memberi nuansa magis tersendiri, namun masyarakat Kaliasem tetap memegang teguh nilai religius. Dusun ini dikenal taat dalam ajaran agama dan menolak segala bentuk praktik menyimpang, termasuk penyembahan pohon atau benda-benda yang dianggap keramat.
Tak hanya digunakan sehari-hari, Tuk Banyu Asem juga menjadi bagian penting dalam perayaan tradisi tahunan. Setiap tahun, mata air ini menjadi salah satu dari tujuh mata air yang diambil dalam prosesi pengambilan air suci untuk memperingati Hari Jadi Kabupaten Wonosobo.
Kini, dengan dukungan pemerintah desa dan gotong royong masyarakat, Tuk Banyu Asem perlahan dikenal lebih luas sebagai destinasi wisata alam dan budaya. Namun, bagi warga Kaliasem, tempat ini bukan sekadar objek wisata. Ia adalah saksi bisu perjalanan hidup mereka, yang mengalir dari generasi ke generasi, membawa kesejukan, keberkahan, dan nilai yang tak lekang oleh zaman. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |