Wisata

Jejak Spiritual dan Sejarah Candi Arjuna, dan Hangatnya Mie Ongklok Dieng

Selasa, 24 Juni 2025 - 12:16 | 9.57k
Candi Arjuna situs warisan Dinasti Sanjaya dari abad ke-8 Masehi. (Foto: Kurniawan Saputra/TIMES Indonesia)
Candi Arjuna situs warisan Dinasti Sanjaya dari abad ke-8 Masehi. (Foto: Kurniawan Saputra/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Embun masih menggantung di atas rerumputan Bukit Skoter Dieng, ketika pagi hari kedua menyapa tim Ekspedisi TIMES Indonesia. Udara dingin yang membekukan perlahan disapu cahaya matahari, menyingkap lanskap pegunungan yang megah di kejauhan.

Setelah sarapan sederhana, kami mulai berkemas. Waktunya melanjutkan petualangan hari kedua: menelusuri jejak sejarah dan budaya kuno di dataran tinggi Dieng. Namun, sebelum itu, ada satu momen penting yang kami sempatkan: salat Jumat.

Advertisement

Kami menuju Masjid Jami Baiturrahman Dieng, salah satu pusat keagamaan utama masyarakat setempat. Masjid ini berdiri dengan arsitektur khas pegunungan: sederhana, kuat, dan menyatu dengan lanskap sekitarnya. Salat Jumat di tengah dinginnya udara Dieng memberi ruang refleksi di tengah perjalanan fisik yang padat—sebuah spiritual pit stop yang bermakna.

Hangatnya Mie Ongklok dan Tempe Kemul

Usai salat, hawa makin menggigit. Kami sepakat untuk mencari kehangatan—bukan sekadar dari cuaca, tapi dari kuliner. Pilihan jatuh pada sajian khas Wonosobo: mie ongklok. Disajikan dalam mangkuk uap panas, mie kuning ini direbus bersama kol dan kucai, lalu disiram kuah kental dari tepung kanji—disebut loh.

Candi-2.jpg

Yang membuatnya istimewa adalah pelengkapnya: sate sapi empuk dan tempe kemul gurih, camilan goreng berbalut tepung khas Dieng. Di tengah suhu belasan derajat, sajian ini jadi penghangat yang bukan cuma lezat, tapi juga menyatukan kami di satu meja makan sederhana. Beberapa anggota tim bahkan tak segan menambah porsi.

Jejak Hindu Candi Arjuna di Dataran Tinggi

Perut kenyang, langkah kembali ringan. Kami tiba di Kompleks Candi Arjuna, situs warisan Dinasti Sanjaya dari abad ke-8 Masehi. Terletak di tengah hamparan rumput dan latar pegunungan, kawasan ini menyimpan jejak spiritual dan arsitektur Hindu yang menakjubkan.

Candi Arjuna, candi utama, berdiri tegak berhadapan langsung dengan Candi Semar. Di sekitarnya, berjajar Candi Srikandi, Puntadewa, dan Sembadra—semuanya dinamai berdasarkan tokoh dalam epos Mahabharata. Kombinasi mitologi, sejarah, dan keagungan arsitektur membuat kami sejenak terdiam, membayangkan ribuan tahun silam ketika tempat ini menjadi pusat ritual.

Ketika Alam Bersuara di Kawah Sikidang

Masih dalam satu kawasan, kami lanjut ke Kawah Sikidang. Di area seluas sekitar 4 hektare ini, alam benar-benar menunjukkan kekuatannya. Uap panas naik dari telaga kecil mendidih, dan semburan gas muncul dari celah-celah tanah.

Meski bau belerang cukup menyengat, jalur wisata yang tertata memastikan keamanan pengunjung. Nama “Sikidang” sendiri berasal dari kata “kidang” (kijang), menggambarkan aktivitas kawah yang berpindah-pindah—seolah melompat seperti kijang yang lincah dan tak bisa ditebak.

Oleh-Oleh dari Langit Dieng

Sebelum meninggalkan kawasan ini, kami membeli oleh-oleh khas: carica. Buah yang mirip pepaya mini ini tumbuh subur di dataran tinggi Dieng. Rasanya segar—perpaduan asam dan manis—cocok sebagai camilan maupun buah tangan untuk keluarga di rumah.

Candi-3.jpg

Hari kedua ekspedisi bukan sekadar kunjungan ke tempat wisata. Ia adalah pengalaman menyentuh dimensi spiritual, sejarah, dan cita rasa lokal. Dari sunyi Bukit Skoter hingga megahnya Candi Arjuna, dari hangatnya mie ongklok hingga lincahnya Kawah Sikidang, semua menyatu dalam harmoni.

Malam mulai turun, tapi semangat masih menyala. Kami pun melanjutkan perjalanan ke Telaga Cebong untuk bermalam. Di sana, langit Dieng kembali akan menjadi atap kami—sebelum besok pagi menyambut dengan tantangan baru: Dieng Caldera Race. (Bersambung)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Imadudin Muhammad
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES