TIMESINDONESIA, JAKARTA – Penyakit Alzheimer adalah bentuk lazim dari dementia di Amerika Utara dan sekarang ini lebih dari 4 juta manusia menderita karenanya. Penelitian memperkirakan ada 5 sampai 10 pasien orang tua diatas 65 tahun dapat terpengaruh.Jumlah penderita diatas 80 tahun dapat meningkat menjadi 1/3-nya.
Penyakit Alzheimer diikuti oleh penyakit jantung, kanker dan stroke yang menempati urutan ke-4 sebagai penyebab kematian. Alzheimer adalah penyakit neurodegeneratif yang disertai penurunan (deteorisasi) secara progresif dari ingatan, daya pemahaman fungsi intelektual dan perilaku.
Gejala awal mungkin tidak jelas kemunduran perkembangan setelah lebih dari 20 tahun atau pasien mungkin lebih buruk dengan kemunduran menetap pada jangka waktu peiode singkat lamanya rata-rata sekitar 7 tahun.
Bukan hal yang aneh bila alzheimer disertai dengan kehilangan fungsi memori, perubahan suasana hati(mood) secara dramatis, emosi yang meledak-ledak, perilaku kekanak-kanakan, ketidak mampuan menyimpan informasi baru dan kekacauan umum atau disorientasi khususnya pada malam hari. Kemunduran kesehatan dan kemampuan sampai seseorang tidak mampu untuk merawat dirinya sendiri dan kematian pada akhirnya.
Penyakit alzheimer adalah penyakit karakteristik yang disertai dengan degenerasi sel saraf otak dan penyusutan massa otak. Meskipun penyebab pasti belum diketahui, perubahan pasti pada otak telah dapat diidentifikasi.
Pasien menunjukan penurunan atau perubahan kadar ditentukan oleh neurotransmiter seperti Ach dan GABA yang menyampaikan pesan dari neuron ke neuron.
Dua ciri-ciri penemuan lainnya adalah kekacauan neurofibrillary dan pembentukan plak pada saraf. Beberapa teori mencoba menerangkan perubahan ini Alzheimer pernah dianggap sebagai proses penuaan normal yang lain dari biasanya. Ini biasa disebut “Senile Dementia”.
Sekarang telah diketahui bahwa Alzheimer adalah suatu kondisi abnormal tetapi mempunyai sejumlah faktor yang paling sedikit menunda atau memperlambat proses progresi penyakit ini. Penelitian baru-baru ini telah mengidentifikasi protein darah yang disebut : Apo E yang menunjukan perubahan pada pasien Alzheimer dan berperan penting.
Penelitian lain yang menitikberatkan pada interaksi protein dengan logam berat seperti : Alumunium dan Merkuri serta element seperti besi, seng dan calcium berperanan penting dalam pembentukan plak. Alasan kuat telah diberikan untuk menunjukan peran stress oksidatif dan formasi radikal bebas dalam meningkatkan kerusakan jaringan ini.
Bagaimana dan dimana GSH patut digambarkan ,jika logam berat terlibat dalam proses progresif Alzheimer, GSH dapat berperanan penting dalam proses eliminasi dan detoksifikasi. Hasil studi baru-baru ini menunjukan bahwa ketika alumunium ditarik keluar dari sel dengan chelators, simptom Alzheimer dapat dikurangi atau ditunda. (*)
Editor | : Dhina Chahyanti |
Dosen dalam Jebakan Simulakra
Menjelajah Lereng Gunung Merapi dari Bunker Kaliadem: Wisata Sejuk, Seru, Sarat Cerita
Dewan Penerbangan Sipil PBB: Rusia Bertanggung Jawab atas Jatuhnya MH17
INFO GRAFIK: Aplikasi Satu Haji untuk Kemudahan Beribadah
Taekwondo Probolinggo Raih 21 Medali Kejurprov 2025, Pemanasan Jelang Porprov Jatim
Keren! Minyak Sawit Merah UMM Tangkal Mikroplastik
Gandeng Brand Fashion Lokal, Le Minerale Tunjukan Botol Bekas Bisa Dikelola Jadi Keren
Aristoteles Mengkritik UKT Mahal
Real Madrid Kebut Resmikan Xabi Alonso Sebagai Pelatih Anyar
Nasi Pecel Tumpang Mak Rah, Kenikmatan Legendaris Khas Desa dari Wonotengah Kediri