TIMESINDONESIA, WONOGIRI – Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan terhadap bencana alam. Bahkan, ada yang menyebut Indonesia sebagai laboratorium becana karena saking banyaknya kejadian dan jenis bencana alam yang ada di Indonesia. Berdasarkan data BNPB selama tahun 2022 telah terjadi 3.531 bencana alam yang terdiri dari 1524 bencana alam banjir, 1.062 cuaca ekstrem, 634 longsor, 252 kebakaran hutan, 28 gempa bumi, 26 abrasi dan 4 kejadian kekeringan.
Dari ribuan kejadian bencana di Indonesia yang terjadi selama tahun 2022 terdapat 844 korban jiwa meninggal dunia. Korban meninggal dunia selama tahun 2022 didominasi oleh bencana alam gempa bumi. Dengan tingginya angka kematian akibat bencana di Indonesia ini bagaimana dengan kapasitas kebencanaan masyarakat di Indonesia?
Melihat tingginya kejadian bencana dan korban bencana di Indonesia, maka kapasitas kebencaan di Indonesia menjadi hal penting yang harus diwujudkan agar masyarakat tangguh dalam menghadapi bencana. Salah satu wahana yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas kebencanaan di Indonesia adalah melalui pendidikan di sekolah.
Sayangnya saat ini pendidikan kebencanaan belum menjadi prioritas kurikulum di sekolah. Saat ini sangat minim sekali pembelajaran kebencanaan di sekolah, sehingga keterampilan dan pengetahuan untuk mewujudkan kapasitas kebencanaan peserta didik belum sepenuhnya tercapai dengan baik.
Kapasitas kebencanaan peserta didik merujuk pada kemampuan peserta didik untuk bertindak secara efektif dan aman saat terjadi bencana. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas kebencanaan peserta didik diantaranya;
Pertama, memberikan pengetahuan bencana. Pengetahuan mengenai bencana merupakan hal yang penting dikuasai oleh peserta didik. Pengetahuan bencana ini meliputi cara menyikapi ketika terjadi bencana serta sumber informasi resmi yang aktual dan terpercaya mengenai bencana.
Kedua, keterampilan bertahan hidup. Keterampilan bertahan hidup wajib dimiliki oleh peserta didik ketika mengalami bencana. Keterampilan bertahan hidup sederhana yang wajib dimiliki oleh peserta didik diantaranya mendirikan tenda darurat, memasak darurat, mencari alternatif sumber makanan dari alam dan air bersih.
Ketiga, keterampilan merencakan keamanan mandiri. Keterampilan keamanan mandiri merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki peserta didik. Keterampilan ini meliputi perencanaan titik kumpul saat keluarga terpisah karena bencana, memiliki kontak darurat, memiliki tas bencana, dan cara mengamankan harta benda yang dimiliki saat terjadi bencana.
Keempat, membangun mental. Mental adalah salah satu bagian yang perlu diberikan penguatan, karena dengan mental yang telah siap, maka saat terjadi bencana para peserta didik mampu mengambil tindakan yang cepat dan tepat.
Kelima, memberikan pelatihan dan simulasi. Pelatihan yang diserta simulasi akan memberikan gambaran sesungguhnya ketika terjadi bencana sehingga mereka tidak panik dan siap untuk menyelamatkan diri.
Untuk meningkatkan kapasitas kebencanaan ini sekolah perlu memiliki kepekaan untuk menyelenggarakan berbagai aksi untuk meningkatkan kapasitas kebencanaan peserta didik. Dalam dalam pelaksanaannya diperlukan kerjasama dengan orangtua untuk mempersiapkan peserta didik siap menghadapi bencana. Dengan memperkuat kapasitas bencana peserta didik, mereka akan bertindak secara efisien, efektif, dan aman dalam menghadapi bencana.
***
*) Oleh: Dony Purnomo, Guru Geografi SMAN 1 Purwantoro.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: opini@timesindonesia.co.id
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Gubernur Khofifah Resmikan SPAM, Warga Singosari Terbebas Krisis Air Bersih Kala Kemarau
Sakralnya Peringatan Hari Waisak 2025 di Maha Vihara Mojokerto
Lagu Tema 7 Kebiasaan Anak Indonesia Karya Siswa Gresik Masuk 30 Besar Nasional
Cegah Aksi Premanisme Lewat Patroli Skala Besar Polres Mojokerto Kota
Perkuat Peran Paralegal Santri, LPBH NU Kota Malang Audiensi dengan Gubernur Jatim
ITB Apresiasi Presiden Prabowo dan Kapolri atas Penangguhan Mahasiswinya
Mahasiswa Tunisia Terpesona Pesona Budaya Nusantara di Zaitunah
7 Jam di BTR Ultra 2025, Taklukkan Medan Ekstrem Gunung Batur
Mengenal Murai Batu, Burung dengan Keindahan Menawan dan Harga Fantastis
Program Beasiswa Santri Berprestasi dalam Lintasan Sejarah