TIMESINDONESIA, DENPASAR – Berbagai lomba berbasis bahasa Bali digelar dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-39 yang berrtempat di Art Center Denpasar, Selasa (20/06/2017).
Beberapa lomba dengan bahasa Bali antara lain Lomba Macecimpedan, Lomba Mesatua Bali, Lomba Nyurat, Lomba Pidarta, Lomba Mengarang Cerpen, Lomba Membaca Berita, Lomba Penulisan Puisi dan Lomba Desain Poster,
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Dewa Putu Bratha menjelaskan, lomba berbasa Bali digelar sebagai wujud nyata pelestarian Kebudayaan Bal. Selain itu, dalam berbagai jenis penciptaan karya seni baru, peranan bahasa Bali sangatlah dominan.
Salah satu stand kuliner di PKB yang di sidak untuk di ambil sampel makanan untuk di uji oleh BBPOM. Selasa (20/06/2017).(Foto Khadafi/Times Indonesia)
"Hal inilah alasan mengapa melestarikan bahasa Bali itu sangat penting. Dengan menyasar berbagai kalangan, baik dari tingkat SD hingga SMA adalah cara yang produktif dalam pelestarian budaya," ucapnya
Ketua Panitia Lomba, I Ketut Jirnaya menjelaskan, lomba yang berbasis bahasa Bali merupakan kegiatan tahunan dalam gelaran PKB. Pada tahun ini terdapat delapan jenis lomba, yaitu Lomba Macecimpedan, Lomba Mesatua Bali. Lomba Nyurat, Lomba Pidarta, Lomba Mengarang Cerpen, Lomba Membaca Berita, Lomba Penulisan Puisi dan Lomba Desain Poster.
"Yang paling penting adalah semua lomba menggunakan Bahasa Bali sebagai dasarnya," ujar Jirnaya.
Dalam pelaksanaan lomba ini, menurutnya telah mengalami peningkatan dari segi kualitas dan kuantitas jika dibanding tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari keikutsertaan semua kabupaten/kota di Bali, hanya saja khusus untuk lomba desain poster paribahasa Bali Kabupaten Karangasem tidak mengirim peserta.
"Kita tidak bisa menyalahkan, karena memang SDM nya belum ada, semoga kedepannya bisa ikut," imbuhnya
Terkait dengan adanya beberapa lomba yang sepi penonton, seperti halnya yang terlihat pada lomba membaca berita bahasa Bali, Jirnaya mengakui hal itu. Menurutnya, beberapa cabang perlombaan kurang diminati masyarakat. walaupun demikian tidak harus berkecil hati, karena ini adalah ajang pelestarian, bukan berlomba-lomba mencari penonton.
"Iya nanti kalau punah kan kebudayaan Bali ada yang hilang, kalau pelestarian harus tetap berjalan walaupun sepi peminat," jelasnya
Salah seoarang peserta lomba cerpen, Agus Ade asal SMA 2 Tabanan mengaku sangat bangga bisa mengikuti kegiatan ini. "Karena selain sebagai pelestarian, juga dapat memberikan pengalaman bagi generasi muda dalam pelestarian Budaya," ujarnya sembari berharap kegiatan seperti ini dilaksanakan berkelanjutan. (*)
Pewarta | : Muhammad Khadafi |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Langkah Kecil Amal Besar di Jalan Profesi
Kisah Imas Tarisa, Lulusan Pertanian Jadi Pramugari Kereta Cepat
Internet Cepat tapi Streaming Buffering? Ini Empat Penyebabnya!
Delegasi ZEEA Zanzibar Belajar Pemberdayaan Ekonomi dari PNM, Menyalakan Asa untuk Dunia yang Lebih Mandiri
Kantong Jual Beli Idealisme Organisasi Kemahasiswaan
Smurfs 4 Siap Ajak Penonton Berpetualang Sambil Bernyanyi
Sayur Lodeh Tak Sekadar Panganan Rumahan, Tapi juga Sebagai Penolak Bala
Ravel Entertainment Hadirkan Thy Art Is Murder di Hammersonic Convention
Palu Ternoda, Ekonomi Tergerus
Ahmad Dhani Ajak Santri Tebuireng Siapkan Diri Sambut Indonesia Emas Lewat Industri Kreatif