TIMESINDONESIA, PROBOLINGGO – Kawasan Tengger sejauh ini identik dengan Hindu, dengan adat istiadat yang unik. Tapi, sejak 22 tahun terakhir, muncul Kampung Muslim di daerah kaki Gunung Bromo tersebut. Yang menjadi pusat pendidikan Al-quran.
Kampung ini terletak di Dusun Krajan, Desa Wonokerto, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Yang secara geografis, diapit Desa Ngadas dan Desa Ngadirejo yang mayoritas Hindu Tengger.
Akan halnya kampung muslim secara umum, di kampung ini berdiri sebuah musala. Namanya, Musala Al-Ikhlas Wal Barokah. Ukurannya hanya sekitar 4x4 meter. Berdinding kayu, yang dilapisi anyaman bambu.
Musala ini dibangun 2010 silam. Di atas lahan milik mendiang Sumarjono, warga setempat. Musala dengan dominasi warna coklat ini, selama ini menjadi pusat pendidikan Al-quran. Karenanya, tak heran bila ada yang menyebut kawasan ini sebagai Kampung Quran.
Kamis (21/4/2022), TIMES Indonesia berkunjung ke kampung tersebut. Menikmati suasana Ramadan di Kawasan Tengger. Merasakan semangat toleransi beragama di kawasan yang dihuni Suku Tengger tersebut.
“Anak-anak di sini sangat antusias. Dari pukul 16.00 WIB, mereka selalu berkumpul di masjid kecil ini untuk mengikuti kegiatan Taman Pembelajaran Al-qur’an (TPQ) bersama, hingga nanti menjelang berbuka puasa,” kata Muhammad Muhidin.
Anak-anak dari usia SD hingga SMP ini bertadarus. Bersama-sama melantunkan ayat-ayat suci Al-quran di bawah bimbingan Muhidin yang menetap dan mengajar di kampung tersebut sejak 2014 lalu.
Ustadz asal Kota Pasuruan ini, mengaku sangat senang mengemban amanah beberapa warga setempat, yang menitipkan anak-anaknya untuk belajar ilmu agama bersama di kampung muslim tersebut.
“Alhamdulillah selama saya melakukan syiar islam di sini, ada dua warga yang menjadi mualaf, atau masuk Islam,” sebut alumni Pondok Pesantren Sidogiri tersebut.
“Saya sendiri sebagai dai, juga terus menjaga keharmonisan antar umat beragama. Agar Islam ini dapat dikenal oleh masyarakat sebagai agama yang baik, Islam Rahmatan Lil Alamin,” tambahnya.
Toleransi Beragama di Kawasan Tengger
Musala Al-Ikhlas Wal Barokah di Kampung Muslim Tengger, tampak dari luar (foto: Rapel/TIMES Indonesia)
Ya, Pegunungan Tengger yang meliputi Kecamatan Sukapura di dalamnya, dihuni penduduk dengan agama yang beragam. Ada Islam, Protestan, Katolik, Hindu, juga Budha.
Merujuk pada publikasi Kecamatan Sukapura Dalam Angka 2021 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Probolinggo, terdapat 12.731 penduduk muslim, 141 Protestan, 25 Katolik, 6.526 Hindu, dan 5 penganut Budha yang tersebar di 12 desa di kecamatan tersebut.
Meski berbeda keyakinan, penduduk di kaki Gunung Bromo ini hidup rukun dan saling menghormati satu sama lain. Saat umat Islam menjalani puasa Ramadan, penganut Hindu menghormatinya. Begitu pun sebaliknya.
“Begitupun ketika Hari Raya Idul Fitri, mereka (umat Hindu) juga kerap melakukan silaturahmi pada kita warga muslim,” kata Sugeng Leksono, salah satu warga Kampung Muslim di Desa Wonokerto.
Tak heran bila tempat peribadatan dari agama-agama tersebut, berdiri berdampingan di kawasan ini. Mulai dari Masjid, Musala, Gereja, hingga Pura. Tercatat ada 24 masjid, 51 musala, 1 geraja, dan 18 musala di Kecamatan Sukapura.
Meskipun dengan perbedaan agama, adat istiadat Suku Tengger tetap dapat dijalankan dan terjalin secara harmonis. Tak terkecuali di Kampung Muslim atau Kampung Quran ini. (*)
Pewarta | : Ryan H |
Editor | : Muhammad Iqbal |
Prabowo Akan Luncurkan Program Strategis di Hardiknas 2025
Bupati Bondowoso Libatkan Guru Edukasi Tujuh Kebiasaan Anak Hebat
Scents of Beauty, Festival Parfum & Kecantikan di Malang City Point
Transformasi Kepemimpinan TNI
INFO GRAFIK: Layanan untuk Jemaah Haji Indonesia
Jemaah Haji Embarkasi Surabaya Berangkat ke Tanah Suci
May Day 2025, Kolaborasi Demi Kesejahteraan Pekerja dan Peningkatan Produktivitas Nasional
WHO Sebut Pendanaan Kesehatan Global Alami Gangguan
Hujan dan Kabut Tebal, Pendaki Jatuh di Gunung Saeng Belum Ditemukan
Putri Anju Aini, Merangkai Mimpi sebagai Communication Enthusiast dan Terjun ke Dunia Pageant