TIMESINDONESIA, MALANG – Di bawah langit cerah yang membumbung di Kota Malang, Selasa (17/9/2023), kota yang dikenal dengan keindahan alamnya itu terasa berbeda. Gedung Graha Cakrawala, Universitas Negeri Malang (UM), dipenuhi oleh ribuan Aparatur Sipil Negara (ASN).
Mereka mengenakan seragam batik biru kopri. Ribuan ASN itu berkerumun untuk memberikan penghormatan terakhir kepada pemimpin di Pemkot Malang, Wali Kota Sutiaji dan Wawali Sofyan Edi Jarwoko.
Dalam lantunan hening, terasa getaran emosi yang mengisi ruangan tersebut. Seiring waktu berjalan menuju akhir hari, kedalamannya semakin terasa. Seakan menunjukkan betapa mendalam rasa hormat dan cinta mereka. Cinta kepada duet pemimpin yang telah berdedikasi penuh dalam membangun Kota Malang selama satu periode.
Sejak matahari masih bersinar terang di langit pagi, suasana haru sudah mulai menggantung di udara. Raut muka yang bersemangat pun berubah menjadi tampak gundah. Seakan berhenti mengingat sebentar lagi akan datang waktu untuk berpisah dengan kedua pucuk pimpinan pemkot ini.
Pagi itu dimulai dengan persiapan. ASN berkumpul. Mereka membicarakan kenangan yang telah mereka bagikan dengan wali kota dandan wawali yang mereka segani.
Ada cerita tawa. Ada juga cerita perjuangan bersama. Namun, hari ini, mereka semua berkumpul. Bersama menghormati perjuangannya yang luar biasa dalam membangun Kota Malang.
Saat matahari berada di puncak tertingginya, Sutiaji bersama istri dan Sofyan Edi bersama istri, berdiri di depan ribuan ASN.
Dalam pidatonya, Sutiaji menekankan pentingnya menjaga kekompakan dan persatuan. Pula menyingkirkan ego sektoral untuk menciptakan Kota Malang yang lebih harmonis dan bermartabat.
Sentuhan personal Sutiaji terasa dalam setiap kata-katanya. Ia membawa pesan-pesan yang mendalam dan menggugah.
Di sela memberi sambutan, Sutiaji dan Sofyan Edi berhenti. Mata keduanya tampak berkaca-kaca. Pun begitu dengan kedua istri mereka.
Lama berhenti tangis pun tak terbendung. Air mata mengalir deras dari Sutiaji dan Sofyan Edi.
"Maafkan jika ada salah kami dalam memerintah bapak ibu semua," ucap Sutiaji lirih.
Beberapa ASN pun tak kuasa menahan air mata. Buliran bening itu pun banyak yang jatuh. Suara isak pun terdengar.
"Kami bukan manusia sempurna. Sekali lagi kami mohon maaf," tambah Sutiaji seraya kembali menitikkan air mata.
Sebuah air mata yang merefleksikan cintanya yang mendalam terhadap Kota Malang dan ASN-nya. Kedalamannya menunjukkan kecintaan tak terhingga kepada kota ini. Mencerminkan kehilangan besar yang dirasakan oleh ASN. Di sisi Sutiaji, Widayati terus mendukung, menjadi pilar kekuatan dalam momen emosional ini.
Usai memberi sambutan perpisahan, seakan ada harapan dan janji yang mengisi hati ASN. Mereka mengevaluasi perjalanan mereka. Merenungkan pesan yang ditinggalkan oleh pemimpin Sutiaji dan wawali.
Ada janji tidak terucapkan yang menggema di ruangan itu. Sebuah janji untuk melanjutkan perjuangan dan menghargai pengorbanan Sutiaji dan Sofyan Edi demi Kota Malang yang lebih baik.
Acara pun diakhiri dengan pamitan. Tangis peluk menyelimuti gedung itu. Air mata tumpah. Sebuah air mata dedikasi mengiringi perjalanan Sutiaji dan Sofyan Edi keluar gedung.
"Terima kasih Pak Wali dan Pak Wawali," sapa ASN seraya menangkupkan kedua tangan. (*)
Pewarta | : Rizky Kurniawan Pratama |
Editor | : Khoirul Anwar |
Resmi Dilantik, DMI Gresik Siap Optimalkan Pemberdayaan Masjid dan Perkuat Layanan Mualaf
Pesan Gus Nasrul di Masjid Agung Jepara: Indonesia Sedang Darurat Introspeksi Diri
Kemenag: Layanan Bus Shalawat Gratis, Jemaah Haji Diimbau Tak Beri Tip
Jemaah Haji Kota Banjar, Tertua 99 Tahun dan Termuda 18 Tahun
Polres Magetan Ungkap 3 Kasus Premanisme, Warga Diminta Tidak Takut Melapor
DPMPTSP Bontang Dukung UMKM Melalui Diseminasi dan Pendampingan Penerbitan NIB
Persewangi Banyuwangi Optimistis Amankan Tiket 8 Besar Liga 4 Nasional
Polres Pemalang Amankan Remaja Bawa Senjata Tajam
Pria di Banyuwangi Bacok Tetangga, Dipicu Serempetan Motor
DPMPTSP Kota Bontang Hadir di Munas VII APEKSI 2025, Dorong Promosi Daerah dan Perkuat Jejaring Investasi