TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pasien Covid-19 saat ini membanjiri banyak rumah sakit di China karena kasus Covid-19 melonjak di negara itu setelah kebijakan 'nol-Covid' nya yang kontroversial dicabut bulan lalu.
China juga mengakui kematian akibat Covid-nya 'besar' dan 70% dari 25 juta penduduk Shanghai telah terinfeksi.
China juga menanam dendam, mengancam akan membalas negara-negara yang memberlakukan pembatasan penumpang udara dari China karena kekhawatiran infeksi itu menyebar lagi.
Beijing tiba-tiba melonggarkan pendekatan nol-Covid yang dinilai sangat kejam itu sejak bulan lalu. Sejak itu lonjakan kasus Covid dengan cepat membuat rumah sakit dan krematorium di China kewalahan
Sekarang para pejabat akhirnya mulai mengakui jumlah kasus yang tinggi, sementara para ahli di Barat memperkirakan negara itu mengalami 9.000 kematian setiap hari.
Pejabat China seperti dilansir Daily Mail, juga telah mengakui bahwa jumlah total kematian terkait Covid di negara itu 'besar'. Bahkan seorang dokter mengatakan sebanyak 70 persen dari 25 juta penduduk Shanghai diperkirakan telah terinfeksi.
Rumah sakit Tongren di Shanghai, dalam foto, telah kewalahan oleh pasien setelah pendekatan garis keras 'nol-Covid' Beijing tiba-tiba dilonggarkan bulan lalu.(FOTO: Daily Mail/AFP/Getty Image)
Peningkatan tajam infeksi terjadi setelah pendekatan 'nol-Covid' garis keras Beijing tiba-tiba diakhiri bulan lalu, karena desakan demonstrasi rakyat China yang terkekang karena kebijakan itu.
Dalam pengakuan yang jarang terjadi, pejabat kesehatan China mengatakan di TV bahwa negara itu melihat peningkatan 'dalam kasus kritis atau kematian'.
Namun, dalam upaya untuk mengecilkan situasi, mereka mengklaim bahwa lonjakan itu seperti yang terjadi di negara lain.
China juga mengkritik negara-negara yang sekarang mewajibkan penumpang dari China untuk menunjukkan tes negatif Covid sebelum masuk, termasuk Inggris dan Amerika Serikat.
China memperingatkan bahwa mereka akan mengambil 'tindakan balasan' atas kebijakan mereka itu sebagai tanggapan.
Kemarin, Presiden China, Xi Jinping akhirnya mengakui kesalahan atas kebijakan nol-Covid-nya yang kejam yang gagal membendung virus dan memicu protes massa pertama yang meluas di negara itu dalam beberapa dekade .
Perdana menteri China pada pidato Malam Tahun Baru juga mengakui 'kesulitan dan tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya'. Iapun mengatakan 'wajar saja' bahwa tindakan pengunciannya yang keras mendapat perlawanan.
Xi Jinping membatalkan langkah-langkah nol-Covid pada 7 Desember tetapi strategi barunya untuk hidup dengan virus telah menyebabkan infeksi meroket, dengan infeksi saat ini memuncak di Beijing.
Dalam 20 hari pertama bulan Desember, otoritas kesehatan tertinggi pemerintah memperkirakan 248 juta orang - setara dengan 18 persen populasi tertular virus.
China menyatakan bahwa sekitar 5.000 warganya telah meninggal karena virus Covid-19 tersebut sejak pertama kali mewabah di negara itu pada akhir 2019. Namun para ahli memperkirakan ada 9.000 kematian per hari dalam gelombang yang sedang melanda negara itu. (*)
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ronny Wicaksono |
Perdana, Pemkab Probolinggo Terapkan Kolaborasi Anggaran Perbaikan Infrastruktur
Beri Penghormatan Terakhir, Prabowo Sebut Eddie Nalapraya Patriot Sejati
Bapenda Kota Malang Bakal Pungut Pajak Warung yang Buka Malam Hari
PM Australia Albanese Akan Kunjungi Indonesia Usai Menang Pemilu
Menko Pangan: Kapolri Kunci Sukses Swasembada
Guru Besar Unair: Kebebasan Berpendapat Dilindungi Konstitusi, Tapi Harus Bertanggung Jawab
Mengagumkan, Batik Saji Pacitan Tembus hingga Pasar Ekspor Swiss
Bupati Probolinggo Tinjau Proyek Pemulihan Pasca-Bencana, Warga Ucapkan Terima Kasih
Dollar Menguat, Bagaimana Nasib Bank Syariah?
Audisi Putri Hijabfluencer Jabar 2025, Wadah Muslimah Gali Potensi dan Inspirasi