TIMESINDONESIA, MAGELANG – Candi Borobudur diperkirakan dibangun pada abad ke-8 atau awal abad ke-9 selama masa pemerintahan dinasti Sailendra yang berkuasa di Pulau Jawa. Candi ini dibangun dengan gaya Mandala yang mencerminkan alam semesta dalam kepercayaan Buddha.
Candi ini memiliki sepuluh tingkatan yang dipresentasikan menajadi tiga tingkatan. Tingkatan demi tingkatan itu menggambarkan perjalanan menuju pencerahan dalam ajaran Buddha. Setiap tingkatan memiliki cerita yang terukir dalam reliefnya.
Merangkum dari beberapa sumber, peninggalan bersejarah ini ditemukan lagi oleh Pasukan Inggris pada, 1814 dibawah pimpinan Sir Thomas Stanford Raffles. Area candi berhasil dibersihkan seluruhnya pada tahun 1835.
Relief Karmawibhangga, panil 20 bercerita tentang, kewajiban berbagi makanan serta tidak berlebihan saat makan dan minum. (FOTO: Kemendikbud)
Candi ini memiliki 3 tingkatan yang biasa disebut dengan teras atau zona. Setiap tingkatan dihiasi dengan relief yang menggambarkan alur perjalanan kehidupan manusia.
Pada tingkat pertama ini terdapat 160 panel relief. Menggambarkan kisah yang terkait dengan dunia nafsu dan hewaniah. Penuh godaan dan hambatan. Cerita ini mewakili langkah awal dalam pemahaman ajaran Buddha, mengenai pembebasan dari ikatan dunia material.
Berikut beberapa contoh kisah yang ada pada panel-panel tersebut.
Relief pada tingkatan ini menceritakan tentang upaya manusia untuk melepaskan diri dari ikatan nafsu dan mewujudkan kedamaian batin, pencarian harmonisasi dalam kehidupan. Di tingkataan ini terdapat 328 relief yang menggambarkan kisah-kisah dari epik Ramayana dan beberapa cerita Buddha.
Berikut beberapa contoh cerita yang diabadikan dalam relief yang ada di Rupadhatu.
Tingkatan ini melambangkan dunia non-material, di mana manusia mulai melepaskan konsep fisik dan meraih pemahaman yang lebih dalam tentang realitas yang abstrak dan universal.
Pada tingkatan paling atas ini terdapat 72 stupa yang melambangkan pencapaian spiritual tertinggi. Setiap stupa berisi patung Buddha yang ditempatkan di dalamnya. Tingkatan ini mewakili dunia tanpa bentuk atau kesucian, mencerminkan pencapaian arahan atau individu yang mencapai pencerahan.
Meskipun tidak ada relief yang mengisahkan cerita secara rinci di tingkatan ini, namun stupa yang ada melambangkan tingkatan spiritual yang lebih tinggi dan tujuan akhir dalam agama Buddha. Mereka mencerminkan pencapaian pencerahan dan kebebasan dari segala keinginan dan penderitaan duniawi.
Sebagai keseluruhan, tingkatan Arupadhatu Candi Borobudur mengajak orang untuk merenungkan esensi keberadaan, mencapai pemahaman mendalam tentang kesucian, dan melampaui keterikatan dunia materi dan nafsu. (*)
Pewarta | : Hermanto |
Editor | : Ronny Wicaksono |
Kebijakan Militeristik untuk Siswa
PPIH Sediakan Bus Antarkota Berspesifikasi Khusus Demi Kenyamanan Jemaah Haji
Ancelotti Sebut El Clasico menjadi Momen Penentuan Juara Liga Spanyol
BMKG: Hujan Lebat Diprediksi Landa Sebagian Besar Wilayah Indonesia pada Minggu
Yogyakarta Siap Wujudkan Sekolah Rakyat untuk Anak Miskin, Taman Siswa Jadi Lokasi Prioritas
Juara Olimpiade Nasional IPS Tingkat SMP, Ada Kabupaten Probolinggo!
Renungan Minggu: Kala Taat Menjadi Titik Balik
Ferel Rizki, Aktivis Kampus dari Cimahi yang Harumkan Indonesia di Panggung Internasional
PLN Mobile Proliga 2025, Pertamina Enduro Raih Gelar Juara
Ini Waktu dan Cara yang Tepat Supaya Dapat Manfaat Air MawarÂ