Soal Pengangguran di Indonesia, Ini Provinsi dengan Jumlah Tertinggi

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pengangguran masih jadi problem yang harus terus ditekan oleh pemerintah Indonesia. Laporan Agustus 2021 kemarin, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia masih sebesar 6,49%.
Dari Badan Pusat Statistik (BPS) seperti yang juga dikutip Katadata melaporkan, ada delapan provinsi yang memiliki TPT di atas rata-rata nasional.
Advertisement
Angka pengangguran tertinggi terdapat di Kepualauan Riau sebesar 9,91%. Namun, tingkat pengangguran ini masih lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu sebesar10,34%.
Tiga provinsi selanjutnya berasal dari wilayah yang menerapkan PPKM Darurat. Jawa Barat memiliki TPT 9,82%, lebih rendah dari 10,46% pada Agustus 2020.
TPT Banten menurun dari 10,64% pada Agustus 2020 menjadi 8,98%. Jakarta memiliki angka pengangguran sebesar 8,5%, turun dari Agustus 2020 yang sebesar 10,95%.
Selanjutnya adalah Sulawesi Utara sebesar 7,06% dan Maluku 6,93%. Lalu, Kalimantan Timur 6,83%, dan Sumatera Barat 6,52%.
Diproyeksikan Menurun
Sementara itu, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memproyeksikan TPT di berbagai negara dunia akan menurun pada 2021 dan 2022 nanti.
Itu karena dengan pulihnya ekonomi setelah terdampak pandemi Covid-19. Di Indonesia, IMF memperkirakan TPT turun menjadi sebesar 6,6% pada 2021. Penurunan itu pun berlanjut menjadi 6% pada tahun depan.
Akan tetapi, TPT Indonesia masih menjadi yang tertinggi kedua di antara lima negara Asia Tenggara lainnya. Filipina berada di peringkat pertama dengan proyeksi TPT sebesar 7,8% pada 2021 dan 6,8% pada 2022.
Malaysia di bawah Indonesia dengan proyeksi TPT sebesar 4,7% pada 2021 dan 4,5% pada 2022. Kemudian, TPT Vietnam diperkirakan sebesar 2,7% pada 2021 dan 2,4% pada 2022.
Adapun, TPT di Thailand menjadi yang paling rendah di antara negara Asia Tenggara lainnya. Pada 2021, IMF memproyeksikan TPT di Negeri Gajah Putih itu sebesar 1,5%. Angkanya kembali menurun menjadi 1% pada tahun depan.
Program Pemagangan
Kemnaker mengaku terus berupaya menekan pengangguran melalui program pemagangan. Bulan lalu, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengatakan, pemagangan merupakan bagian dari proses pelatihan dengan menempatkan peserta di perusahaan sehingga mereka bisa merasakan situasi dan suasana bekerja.
"Jadi pemagangan itu bagian dari pelatihan. Pemagangan bukan untuk mendapatkan tenaga kerja murah secara terselubung, bukan. Pemagangan adalah bagian dari proses pelatihan. Kita punya keinginan pengangguran bisa kita tekan salah satu alternatifnya adalah melalui pemagangan," katanya dalam keterangan resminya.
Politisi PKB itu menyampaikan, banyak mantan peserta yang mengikuti pemagangan di Jepang kemudian menjadi pengusaha sukses atau diterima dunia usaha, baik di Jepang sendiri maupun di dalam negeri.
Pemagangan luar negeri, khususnya ke Jepang sudah berlangsung sejak tahun 1993 dan hingga saat ini peserta yang sudah dikirim ke Negeri Sakura tersebut mencapai 85.415 orang peserta.
"Ada yang miliki pekerja sampai 500. Banyak sekali dari usaha kecil sampai skala menengah," jelasnya. Tetapi, selama pandemi Covid-19 ini, pemagangan di Jepang dihentikan sementara.
Jepang membatasi kehadiran warga negara asing, termasuk peserta pemagangan. Namun, kini pihaknya sudah berkirim surat ke Pemerintah Jepang agar kembali membuka diri untuk pemagangan dari Indonesia
"Kita sampaikan pandemi bisa kita kendalikan, positivity rate turun, kita sampaikan kondisi ini ke Pemerintah Jepang, sehingga kesempatan pemagangan ini bisa dibuka kembali," ujarnya terkait solusi pengangguran di Indonesia. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Rizal Dani |