Ekonomi

Sensasi Gula Semut Organik 'Tetes Seludang' di Kaki Gunung Ijen

Senin, 05 Februari 2024 - 10:01 | 36.27k
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, mengunjungi rumah produksi Gula Semut Organik Tetes Seludang. (FOTO: Laila Yasmin/TIMES Indonesia)
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, mengunjungi rumah produksi Gula Semut Organik Tetes Seludang. (FOTO: Laila Yasmin/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Dusun Wonokusumo, Desa Telemung, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi, mengenalkan produksi unggulan mereka, Gula Semut Organik "Tetes Seludang." Terletak di kaki Gunung Ijen, produk ini tidak hanya mengunggulkan rasa manisnya yang alami, tetapi juga menawarkan sejumlah manfaat kesehatan.

Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan di masyarakat, Gula Semut semakin populer. Produk yang juga dikenal sebagai gula kelapa (nira) ini memiliki banyak manfaat, termasuk mencegah anemia, diabetes, kolesterol, meningkatkan daya tubuh, serta melancarkan peredaran darah.

Advertisement

Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, memberikan pujian pada produk unggulan dari Dusun Wonokusumo ini.

Ipuk-Fiestiandani-7.jpgBupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, mengunjungi rumah produksi Gula Semut Organik Tetes Seludang. (FOTO: Laila Yasmin/TIMES Indonesia)

"Saya sudah mencoba, rasanya enak, manisnya terasa, dan yang penting, banyak manfaat untuk kesehatan. Ada banyak varian rasanya, seperti original, jahe merah, jahe putih, dan lainnya," ujarnya dengan antusias, Senin (5/2/2024).

Bupati Ipuk juga menyoroti kemasan menarik dan harga yang terjangkau. Proses produksinya dilakukan secara organik dan higienis, dengan sertifikat halal dan PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) yang telah diperoleh.

Bupati Ipuk secara langsung telah menyaksikan proses produksi ini dan bahkan turut memborong Gula Semut di dusun tersebut di sela program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa).

Di samping Gula Semut, Dusun Wonokusumo juga menawarkan produk gula jawa dan beragam gula organik lainnya. Bupati Ipuk sangat mengapresiasi kreativitas warga dalam menghasilkan olahan kelapa atau aren yang meningkatkan nilai ekonomi mereka.

Untuk mendukung industri kreatif para petani dan pengrajin di dusun ini, Pemkab Banyuwangi memberikan pelatihan-pelatihan, serta memfasilitasi sertifikasi halal dan PIRT. Selain itu, Pemkab juga membantu mereka menjadi anggota BPJS Ketenagakerjaan.

Produksi Gula Semut di Dusun Wonokusumo merupakan industri rumahan yang melibatkan sekitar 20 petani nira dan 15 pengrajin yang tergabung dalam kelompok tani Makmur Bersama.

Proses pembuatan Gula Semut di dusun ini dilakukan sepenuhnya secara organik, mengikuti Standard Operating Procedure (SOP) dari persiapan bahan baku hingga pengemasan. Salah satu perajin, Ahmad Fauzan, menjelaskan bahwa proses tersebut tidak melibatkan bahan kimia atau non sodium metabisulfit.

Rata-rata, setiap pengrajin mampu menghasilkan sekitar 5 kg Gula Semut per hari, sehingga sehari rata-rata dusun ini memproduksi sekitar 75 kg Gula Semut. Jumlah produksi dapat meningkat saat ada pesanan lebih banyak.

Peminat Gula Semut dari dusun ini tidak hanya berasal dari Banyuwangi, tetapi juga dari luar daerah.

"Peminatnya banyak dari kalangan menengah ke atas. Ada yang datang langsung ke outlet, pesan online, dan lainnya," ungkap Ahmad Fauzan.

Pemuda berusia 24 tahun tersebut menjelaskan bahwa produksi Gula Semut melibatkan anggota keluarga di rumah. Ayahnya bertanggung jawab mengambil nira, sementara Fauzan dan ibunya membuat gula.

Tak hanya Gula Semut, Fauzan juga memproduksi gula jawa dengan jumlah produksi mencapai 20-30 kilogram per hari. Sebagai langkah selanjutnya, mereka tengah mengembangkan produk turunannya, yakni susu gula semut, dengan harapan dapat diterima oleh masyarakat luas.(*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Ferry Agusta Satrio
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES