Ekonomi

Mengenal Kerajinan Clay Karya UMKM Malang yang Terjual hingga Mancanegara 

Minggu, 21 Juli 2024 - 15:25 | 50.35k
Narita Tyas dari Clay Garden Studio (kiri) dan Lila Syarif dari LullaClay, pada Festival Heritage Nusantara, di Matos, Kota Malang. (FOTO: Nadya Shafira Putri/TIMES Indonesia)
Narita Tyas dari Clay Garden Studio (kiri) dan Lila Syarif dari LullaClay, pada Festival Heritage Nusantara, di Matos, Kota Malang. (FOTO: Nadya Shafira Putri/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Lullaclay dan Clay Garden Studio berkolaborasi dalam demonstrasi pembuatan kerajinan ‘Clay’ yang sedang hype di kalangan anak muda di Festival Nusantara Heritage yang digelar di Malang Town Square, Minggu (21/7/2024). 

Mengawali clay sekitar 10 tahun yang lalu secara bersama-sama, Lullaclay dan Clay Garden Studio memiliki keahlian pada jenis dan produk clay yang berbeda.

Advertisement

Jika Lullaclay yang digawangi Lila Syarif berfokus pada Polymer Clay yang produknya berupa aksesoris, maka Clay Garden Studio yang dikomandoi oleh Narita Tyas berfokus pada Air Dry Clay yang produknya berupa boneka setengah jadi.

Demonstrasi-Clay.jpgProduk Clay yang ditampilkan dalam Demonstrasi Clay, di Festival Nusantara Heritage. (FOTO: Nadya Shafira Putri/TIMES Indonesia)

Kerajinan yang sedang viral di kalangan anak muda ini biasanya dibuat menggunakan tanah liat, akan tetapi seiring berkembangnya zaman terdapat banyak jenis clay yang ada, sebagai contohnya Air Dry Clay dan Polymer Clay.

Narita Tyas menjelaskan perbedaan tentang dua jenis Clay tersebut. Perbedaan tersebut juga dapat dilihat dari bahan dasarnya.

“Air Dry Clay biasanya terbuat dari tepung, tapi kalau di Clay Garden biasanya terbuat dari bahan yang berbeda untuk mengejar kualitasnya,” ujarnya. 

Dalam pengeringannya, clay tersebut bisa kering jika didiamkan di udara biasa. Sedangkan untuk Polymer Clay, terbuat dari bahan kimiawi dan pengeringannya diperlukan perhatian khusus.

“Untuk pengeringannya, polymer clay tidak akan kering jika didiamkan di suhu ruang, perlu di oven,” paparnya.

Hal tersebut menjadikan Polymer Clay sendiri jarang ada yang membuatnya di rumah atau secara homemade.

Lila Syarif, pemilik LullaClay menambahkan aksesoris yang sering digunakan sehari-hari ini memiliki konsumennya sendiri.

Untuk anak-anak muda, kedua toko tersebut menyediakan strap handphone, gelang, kalung, gantungan kunci.

"Selain produk tersebut, ada juga bros yang cocok untuk dipakai oleh ibu ibu," kata Lila.

Untuk kisaran harga, kerajinan clay oleh Clay Garden Studio dan Lullaclay ini dijual dengan harga yang cukup murah.

“Produk kita berada di kisaran 40-70 ribu saja, tergantung bahan dan kerumitan pembuatannya” ujarnya.

Produk kustom juga disediakan oleh kedua toko tersebut, kustom dapat dibuat sesuai desain karakter yang diinginkan oleh pembeli. 

LullaClay dan Clay Garden Studio ini juga sudah berhasil memproduksi kerajinan clay sebanyak 2000 per bulan dan juga memiliki konsumen dari mancanegara. 

“Kalau ekspor kami sudah pernah kirim ke Amerika Serikat, UK, Belanda, Romania, Australia, China, dan paling jauh itu Islandia,” terangnya.

Selain kerajinan, mereka juga menjual bahan mentah yang dapat dikreasikan sendiri, dan juga membuka kelas untuk yang tertarik untuk memperdalam pengetahuannya tentang clay.

“Kalau kelas itu biasanya kita reguler, tapi sekarang kita ada program buat holidays yang bekerjasama dengan batik sundari dan pelaksanaannya setiap minggu, untuk anak kecil hingga dewasa,” ujarnya.
Untuk informasi lebih lanjut, pembaca dapat mengunjungi laman Instagram Clay Garden Studio di @claygardenstudio77, dan LullaClay di @lila_lullaclay. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES