Indonesia Positif Universitas Islam Malang

Tadabur Alam Digelar KKN Unisma Malang Kelompok 33

Kamis, 27 Februari 2020 - 12:59 | 132.61k
Kegiatan Tadabbur Alam Desa Sumber Sewu Ampelgading. (FOTO: AJP TIMES Indonesia)
Kegiatan Tadabbur Alam Desa Sumber Sewu Ampelgading. (FOTO: AJP TIMES Indonesia)
FOKUS

Universitas Islam Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Peserta KKN-PPM Tematik Unisma Malang telah melaksanakan salah satu program kerja yakni Kesehatan Berbasis Masjid salah satunya yaitu Tadabur Alam dan Senam.

Kegiatan ini diikuti oleh 3 TPQ yang ada di Dusun Sumber Sewu Desa Tirtomoyo Kecamatan Ampel Gading, Kabupaten Malang. Acara ini dilakukan mulai pukul 06.00 – 09.00 WIB.

Kegiatan Tadabur Alam bertujuan untuk mengenalkan anak-anak TPQ untuk senantiasa menjaga lingkungan sekitar. Sembari melakukan Tadabur Alam, anak-anak juga diberikan pembelajaran mengenai kosa kata arah mata angin dalam Bahasa Arab.

Kegiatan ini dilakukan dilingkungan sekitar masjid karena selain untuk kepentingan ibadah, masjid juga dimanfaatkan untuk kepentingan duniawi.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Maulidul-Diba.jpg

Pada malam harinya dilanjutkan dengan kegiatan Maulidul Diba’ yang dihadiri oleh anak-anak dari 3 TPQ. Istilah diba’an mengacu pada kitab berisi syair pujian karya al-Imam al-Jaliil as-Sayyid as-Syaikh Abu Muhammad Abdurrahman ad-Diba’iy asy-Syaibani az-Zubaidi al-Hasaniy. Kitab tersebut secara populer dikenal dengan nama kitab Maulid Diba’.

Tradisi membaca syair pujian dari kitab Maulid Diba’ ini (selain al-Barzanji dan al-Burdah) adalah salah satu tradisi yang menjadi sasaran kritik kaum puritan.

Kaum puritan menolak peringatan Maulid apalagi disertai dengan ritual-ritual pembacaan pujian-puijan. Mereka menganggap peringatan Maulid yang dilakukan dengan membaca kitab-kitab tersebut adalah perbuatan bid’ah.

Selain dianggap tidak dicontohkan oleh Nabi. Kaum puritan juga menganggap isi atau apa yang dibaca dalam tradisi diba’an adalah kisah-kisah palsu dan pujian berlebihan sehingga merupakan syirik.

Di tengah acara diba’an ada sebuah ritual berdiri atau yang populer disebut dengan istilah “srakalan” atau “marhabanan” yakni ketika pembacaan kitab sampai pada kalimat “Asyraqal badru ‘alaina”.

senam.jpg

Pada saat ini semua hadirin berdiri. Perkara berdiri pada saat seperti ini pernah dibahas dalam Muktamar NU, yakni pada Muktamar NU ke-5 tahun 1930 di Pekalongan. Bathsul masa’il pada muktamar ini memutuskan bahwa berdiri ketika berzanjen/diba’an hukumnya sunnah, termasuk ‘uruf syar’i.

Maka dari itu Dibaan merupakan salah satu tradisi dari Nahdlatul Ulama’ yang mana tradisi tersebut tidak dapat dihilangkan.

Oleh karena itu KKN Unisma Kelompok 33 yang bertemakan masjid mengajak para generasi milenial untuk tidak sampai melupakan tradisi yang telah dilakukan oleh para Ulama’ terdahulu.

Kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa kecintaan terhadap Nabi Muhammad SAW. Agar menjaga tradisi yang ada. Program-program di atas, menjadi salah satu usaha untuk memakmurkan masjid yang ada di Dusun Sumber Sewu Desa Tirtomoyo Kecamatan Ampel Gading, kab Malang. (*)

INFORMASI SEPUTAR UNISMA MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Advertisement



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES