Kopi TIMES Universitas Islam Malang

Ramadhan dan Spirit Pengamalan Pancasila

Minggu, 02 Juni 2019 - 18:26 | 79.95k
Abdul Halim Fathani.
Abdul Halim Fathani.
FOKUS

Universitas Islam Malang

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Sabtu, tanggal 01 Juni 2019, bangsa Indonesia patut bersyukur kepada Allah swt, karena masih diberikan nikmat dan anugerah dari-Nya, sehingga berkesempatan untuk memperingati hari kelahiran Pancasila 1 Juni 2019. Sebagaimana yang tercantum dalam sambutan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) pada peringatan hari kelahiran Pancasila, ditegaskan bahwa, sudah terbukti kalau Pancasila mampu menyatukan kita semua sebagai suatu sebagai satu bangsa dan hidup dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Tentang pancasila, mengingatkan saya terhadap pelbagai pendapat para kiai tentang itu. Di antaranya: KH. As’ad Syamsul Arifin (Mustasyar PBNU), mengatakan bahwa “Pancasila sebagai dasar dan filsafah Negara Indonesia harus ditaati, harus diamalkan, harus tetap dipertahankan, dan harus dijaga kelestariannya”. Ada pendapat dari KH. Bisri Syansuri (Rais Aam PBNU): “Sekarang saya sudah mengerti apa itu Pancasila. Sekarang, bila ada orang Indonesia, bila ada orang Islam, orang NU, yang anti-Pancasila, itu berarti anti padaku”.

Advertisement

Lalu, pendapat KH. Achmad Shiddiq (Rais Aam PBNU 1984-1991), menyatakan bahwa “Pancasila dan Islam adalah hal yang dapat sejalan dan saling menunjang. Keduanya tidak bertentangan dan jangan dipertentangkan.”  

Sedangkan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur (Ketua Umum PBNU) menegaskan bahwa “Tanpa Pancasila Negara akan bubar. Pancasila adaah seperangkat asas, dan ia aka nada selamanya. Ia adalah gagasan tentang Negara yang harus kita miliki dan kita perjuangkan. Dan Pancasila ini akan saya pertahankan dengan nyawa saya”.

Sementara, Hadratus Syaikh KH Hasyim Asyari (Pendiri NU) mengisahkan bahwa “Ketika Pancasila datang kepadaku… Aku meminta petunjuk Allah swt dengan puasa 3 hari, mengkhatamkan al-Qur’an dan membaca surat al-Fatihah sampai pada ayat ‘Iyyaka Na’budu wa iyyaka nastain’ (aku baca 350 ribu kali).

Setelah puasa 3 hari, aku lanjutkan shalat istikharah 2 rakaat. Pada rakaat pertama, aku baca surat at-Taubah 4 kali dan rakaat kedua surat al-Kahfi 41 kali. Sebelum tidur, aku membaca ayat terakhir surat al-Kahfi 11 kali. Maka, aku ridha Pancasila sebagai dasar perekat bangsa dan menjadi ideologi Negara Indonesia”.

Pendapat para Kiai tersebut semakin meneguhkan posisi Pancasila, semakin meyakinkan kita semua. Jadi, memperingati dan merayakan hari kelahiran Pancasila setiap tanggal 1 Juni merupakan suatu keniscayaan. Paling tidak, ada dua alasan  yang mendasari perlu dan pentingnya memperingati dan merayakan hari kelahiran Pancasila, sebagaimana pesan yang terkandung dalam sambutan kepala BPIP.

Pertama, kita berusaha mengenang dan merefleksikan momentum sejarah dimana pendiri bangsa berhasil menggali nilai-nilai fundamental bangsa Indonesia sebagai dasar negara sehingga bangsa nusantara yang beragam dapat bersatu dan menyatu sebagai satu bangsa.

Kedua, dengan merayakan hari kelahiran Pancasila tidak paham kebersamaan dan harapan untuk menyongsong kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik. Pancasila sudah terbukti, tidak perlu dilakukan lagi mampu menjadi wasilah untuk  menyatukan kita dari berbagai perspektif Pancasila harus dijadikan sebagai referensi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Spirit Ramadhan

Peringatan Hari Pancasila pada tahun 2019 ini bertepatan dengan 27 Ramadhan 1440 Hijriyah. Oleh karena itu, penting kiranya mencari benang merah kaitan antara Pancasila dengan Ramadhan. Sungguh, tidak sedikit nilai-nilai Pancasila yang dapat diterapkan (diamalkan) dalam kehidupan sehari-hari selama –terutama- menjalani ibadah bulan Ramadhan. Kita perlu melakukan internalisasi diri amalan-amalan pancasila selama menjalani ibdaha Ramadhan dan Pasca Ramadhan. “Mengikuti Pancasila berarti mengikuti al-Qur’an”, sebagaimana yang ditegaskan Imam besar Masjid Istiqlal, Prof. KH. Nasaruddin Umar, MA, Ph.D, bahwa: “Mengikuti Pancasila berarti ikut al-Quran.” Senada dengan itu, Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saefudin menegaskan bahwa; Pancasila merupakan wujud pengamalan nilai-nilai agama.”

Banyak nilai-nilai pancasila yang relevan dengan spirit Ramadhan. Paling tidak- tetapi tidak terbatas- sebagaimana yang diurai sebagai berikut:

Sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Sebagai umat Islam yang melaksanakan ibadah Ramadhan harus senantiasa mampu menjadikan Ramadhan sebagai bulan yang menjadi media untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah swt. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 183, bulan Ramadan harus menjadi media strategis dalam mengantarkan umat Islam dalam meningkatkan derajat ketakwaan di sisi Allah swt.

Sila kedua, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila ini berhubungan dengan kemanusiaan (habluminannas). Kita senantiasa wajib berlomba-lomba dalam kebaikan untuk beramal salih, menyantuni anak yatim, fakir miskin, membantu sesama bagi yang membutuhkan. Melalui ibadah bulan Ramadhan, diharapkan dapat menjadi media untuk meningkatkan jiwa kemanusiaan kita.

Sila ketiga, yakni persatuan Indonesia. Perlu kita ketahui Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku, agama, ras, dan golongan. Oleh karena itu, melalui bulan Ramadhan, kita perlu meningkatkan rasa persaudaraan sesama umat manusia, kita harus menjadi bangsa yang saling menghargai. Karena, sejatinya antara muslim satu dengan muslim lainnya ibarat satu bangunan, yang saling mendukung, saling menguatkan. Dengan kokohnya persatuan, maka bangsa Indonesia akan tetap jaya.

Sila keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan. Nilai yang terkandung dalam sila keempat ini terkandung dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada saat menjelang bulan Ramadan tiba dan pada saat menjelang Idul Fitri. Sebagai umat Islam, kita selalu menunggu kapan tepatnya tanggal 1 Ramadhan dan 1 Syawal. Untuk itu, Pemerintah melalui Kementerian Agama menggelar musyawarah atau yang sering dikenal dengan sidang Itsbat, untuk membahasa hasil pengamatan terkait kapan jatuhnya 1 Ramadhan dan 1 Syawal.

Sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Nilai yang terkandung dalam sila kelima adalah kewajiban untuk melaksanakan zakat fitrah diharapkan dapat meingkatkan nilai dan jiwa solidaritas sosial kita terhadap sesama.

Dengan demikian, bulan Ramadhan merupakan waktu yang tepat untuk menumbuhkan kembali spirit dalam menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Bulan Ramadhan harus mampu menjadi refleksi bersama, bahwa Pancasila tidak sekedar untuk dihafal, tidak sekedar itu diujikan, tetapi Pancasila harus menjadi pedoman dasar bagi bangsa Indonesia. Sila-sila dalam Pancasila sangat Selaras yang tidak ada sedikitpun pertentangannya dengan al-Qur’an; Sila Pertama (QS. al-Ikhlas: 1), sila kedua (QS. An-Nisa: 135), sila ketiga (QS. Al-Hujurat: 13), sila keempat (QS. As-Syuro: 38), dan sila kelima (QS. An-Nahl: 90).

Karena itu, mari kita semua bangsa Indonesia, setiap warga negara untuk lebih memahami dan mengamalkan nilai-nilai pada sila-sila Pancasila yang juga terkandung dalam nilai-nilai dalam al-Qur’an. Dengan Pancasila, umat Islam bangsa Indonesia memiliki kesempatan seluas-luasnya untuk mengekspresikan dan mengamalkan ajaran Islam secara kaffah.***

 

ABDUL HALIM FATHANI

Dosen Pendidikan Matematika FKIP Universitas Islam Malang.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : AJP-5 Editor Team
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES