Miris, Curahan Hati Anak Ketika Orang Tua Bekerja

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Minggu ini, semua orang telah kembali pada rutinitasnya masing-masing bersamaan dengan usainya liburan akhir tahun. Anak-anak kembali bersekolah, dan orang tua akan kembali sibuk dengan berbagai pekerjaannya.
Bekerja keras, apalagi untuk anak tentu saja bukanlah hal yang salah dan sebagai anak mereka pasti sangat berterima kasih kepada orang tuanya, namun satu hal yang sering terlupakan adalah; sibuk dengan pekerjaan akan membuat anak menjadi kesepian.
Advertisement
Orang tua manapun pastinya akan bekerja keras agar untuk menafkahi anaknya dan sehingga anaknya dapat menikmati hidup yang layak dan menyenangkan, supaya mereka dapat memberikan apapun yang anaknya butuhkan dan ingingkan.
Namun, terkadang orang tua bekerja hingga larut malam, sampai mereka tidak punya waktu untuk mengurus anaknya dan membiarkan mereka di asuh oleh penjaga rumah. Lalu, Ketika sang buah hati telah menjadi dewasa, hubungannya dengan orang tua menjadi renggang karena tidak pernah menghabiskan waktu bersama.
Yang sebenarnya dirasakan anak
Hal ini terjadi pada MI, seorang mahasiswi yang saat ini sedang berkuliah di salah satu universitas bergengsi, Jakarta. MI mengaku bahwa Ia selalu merasa kesepian sedari kecil. Selain Ia tidak memiliki saudara, dan orang tuanya bercerai sedari Ia kecil, sehingga sang ibu harus menjadi single fighter untuk menghidupi keluarga kecil mereka. Hal itu menyebabkan ia selalu di tinggal sendirian di rumah.
“Karena mama ku kerja, aku tidak punya waktu yang cukup untuk bertemu dan ngobrol sama mama. Jangankan untuk ngobrol, untuk ketemu aja susah karena waktu aku tidur mama belum pulang, dan ketika aku bangun mama sudah berangkat kerja. Padahal, aku ingin banget cerita-cerita sama mama tentang banyak hal,” ujar MI.
“Disekolah mungkin aku punya banyak teman, tapi ketika sampai rumah aku pasti akan merasa kesepian lagi,” lanjutnya.
Segala cara untuk menghalau rasa kesepian sudah dia coba mulai dari menonton tv, mengikuti les pelajaran, bermain ke rumah teman hingga tempat yang jauh dari rumah, sampai Ia juga pernah membuat teman khayalan yang membuatnya sering berbicara sendiri.
“Aku berusaha ngerti kalau mama bekerja keras juga untuk aku. Tapi disisi lain, aku butuh banget orang untuk diajak ngobrol. Tapi, aku nggak tahu harus cerita sama siapa. Mau cerita sama teman dekat juga ada rasa nggak enak, karena dia nggak mungkin pegang handphone 24 jam. Saat itu aku benar-benar merasa sendirian dan kesepian. Gara-gara itu aku jadi sedih sendiri, dan overthinking yang jadinya negative. Kayak, kenapa sih aku harus lahir di keluarga ini?, aku jadi nggak bersyukur.”
Tidak sampai disitu, Ia juga mengaku pernah terpikirkan untuk melakukan hal buruk seperti ingin membuka situs-situs terlarang. “Yang penting ini semua bisa nge-distract otak aku dari pikiran I pikiran negative,” ujarnya.
Namun untungnya, MI berani untuk bangkit, dan mencari cara untuk keluar dari rasa kesepian tersebut. “Waktu aku sudah masuk SMA, aku mencoba untuk speak up, dan untungnya di umur itu aku punya banyak teman teman yang mengerti keadaanku. Awalnya aku takut akan diejek atau dianggap pencari perhatian, namun untungnya mereka perduli dan mau menemaniku,” pungkasnya.
Cerita dari MI menunjukkan bahwa kesepian yang dialami anak bukanlah hal yang sepele. Menurut survey kecil yang dilakukan di kampus tempat MI berkuliah, 80%nya mengalami kesepian walaupun mereka dapat kuliah di universitas ternama dan dianggap memiliki segalanya.
Anak-anak sangat butuh waktu orang tua mereka
Karena orang tua terlalu sibuk, kebanyakan anak lebih memilih untuk menghabiskan waktunya di luar rumah dan orang tua pun tidak tahu apa yang anak-anaknya lakukan di luar sana karena mereka terlalu sibuk. Orang tua jadi tidak bisa melihat anak berkembang dan memberitahukan kepada anaknya mengenai mana yang baik dan buruk untuk melindungi mereka. Pada beberapa kasus, anak yang tidak mendapat kepedulian yang cukup dari orang tua nya berpotensi besar untuk terjerumus pada masalah yang buruk. Dan pada saat hal itu terjadi, yang tersisa hanya penyesalan karena kurang peduli terhadap mereka.
Waktu yang di sisihkan oleh orang tua untuk anak sangat penting. Apabila terpaksa bekerja hingga larut malam, setidaknya sempatkan waktu untuk sekadar makan pagi bersama. Ketika makan bersama pun, nikmatilah waktu yang ada bersama keluarga. Ketika weekend tiba, sebisa mungkin coba habiskan waktu dengan anak seperti jalan-jalan bersama. Atau sekedar mengobrol sambil bersantai dirumah.
Memang uang butuh dicari, namun waktu yang dihabiskan bersama anak juga penting. Jangan sampai karena sibuk bekerja, kehidupan anak dan hubungan dengan anak dikorbankan. (*)
Oleh: Graciella Novenia, Mahasiswa London School of Public Relations.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rochmat Shobirin |