Belajar Al-Quran, Investasi Masa Depan untuk Diri Serta Orang Tua

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Anjuran mempelajari Al-Quran terdapat dalam salah satu hadits Nabi SAW, yg berbunyi :
خيركم من تعلم القرآن وعلمه
Advertisement
Sebaik-baik orang diantara kamu ialah seseorang yang belajar Al-Quran dan mengamalkannya. (HR. Bukhori)
Mempelajari Al-Quran memiliki banyak tingkatan. Mulai dari belajar membaca dengan baik dan benar, hingga mempelajari tafsir Al-Quran. Sebagai santri yang masih awam alangkah baiknya memprioritaskan dahulu belajar membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Karena hal tersebut menjadi pintu awal untuk menuju mempelajari Al-Quran lebih dalam.
Al-Quran sendiri memiliki pengertian firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril dengan menggunakan bahasa Arab, diturunkan secara berangsur-angsur dan apabila membacanya bernilai ibadah. Membaca Al-Quran bernilai ibadah jika dilakukan dengan teknik yang benar, dengan memperhatikan ilmu tajwidnya. Tanpa ilmu tajwid membaca Al-Quran akan dengan sembarangan dan didengarkan tidak enak.
Belajar membaca Al-Quran dengan baik dan benar sangat penting karena berkaitan dengan sahnya sholat yang kita lakukan. Karena didalam rukun sholat yang qauli ialah membaca surah Al-Fatihah dan doa tahiyat. Jika membaca surah Al-Fatihahnya tidak benar, patut diduga sholatnya tidak sah. Karena membaca Al-Quran dengan tidak memperhatikan ilmu tajwid bisa berakibat fatal dengan berubahnya makna ayat.
Selain berguna sebagai pemenuhan dalam rukun sholat, membaca Al-Quran dengan baik dan benar mampu memberikan efek positif bagi psikis seseorang. Kita ketahui salah satu faidah dari membaca Al-Quran yakni surah Yasiin, bisa menghilangkan rasa lapar apabila kita membacanya. Saat hati gundah, galau, gabut saat kita membaca Al-Quran mampu memberikan sensasi rasa tenang dalam hati. Salah satu faidah diturunkannya Al-Quran ialah bisa menjadi obat bagi orang yang sakit, entah sakit dhohir ataupun sakit batin.
Pemberian pahala bagi pembaca Al-Quran juga cukup fantastis, bagaimana tidak dalam setiap hurufnya mengandung sepuluh kebaikan. Bagaimana jika kita membaca satu ayat, satu surah ataupun satu juz. Perolehan pahala yang akan didapat akan sangat melimpah, tapi dengan catatan membacanya dengan baik dan benar. Namun tidak perlu khawatir jika kita masih belum bisa membacanya dengan baik dan benar, dengan niat belajar kita akan mendapatkan pahala dalam konteks belajar.
Selain berguna untuk diri sendiri, membaca Al-Quran juga memberikan pahala bagi orang lain yang kita kirimi pahala membacanya. Terlebih orang tua baik yang masih hidup atau yang sudah meninggal. Pahala membaca Al-Quran yang luar biasa tersebut akan sampai kepada yang kita kirimi.
Dalam salah satu hadits Nabi SAW,
عن أبي هريرة رضي الله عنه: أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: إذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلاَّ مِنْ ثَلاَثَةِ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah bersabda: "Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakan kepadanya." (HR Muslim).
Salah satu amal seseorang yang telah meninggal yang tidak akan putus ialah anak soleh yang mendoakan orang tuanya. Pahala doanya akan sampai kepada orang tuanya tanpa berkurang sedikitpun. Dan akan terus mengalir karena jasa dari orang tuanya menjadikan anak bisa membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Terlebih jika anak tersebut menghadiahkan pahala membaca Al-Qurannya untuk orang tuanya.
Para orang tua sejatinya memberikan perhatian khusus bagi putra putrinya dalam belajar Al-Quran sebagai investasi masa depan anak dan juga bagi orang tuanya kelak. Salah satu terjaganya agama islam ialah tetap lestarinya Al-Quran dan orang yang membacanya.
Salam Ta'dzhim. (*)
***
*) Oleh: Muhammad Najihul Huda, S.Pd, M.Pd; Dosen Universitas Darul 'Ulum Jombang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |