
TIMESINDONESIA, PAMULANG – Pada tanggal 14 Februari 2024 pesta demokrasi lima tahunan untuk memilih presiden akan dilakukan. Sementara tahapan pemilu sudah berjalan dari beberapa bulan sebelumnya, termasuk jadwal kampanye dari masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden. Pesta demokrasi lima tahunan ini merupakan bagian dari proses pendewasaan rakyat Indonesia dalam memilih presiden dan wakilnya.
Walaupun pemilihan umum secara langsung sudah dilakukan sejak tahun 2004, ternyata masyarakat kita belum dewasa dalam menjalani proses demokrasi yang berjalan setiap lima tahun ini. Di buktikan dengan banyaknya ujaran kebencian yang berseliweran di media sosial yang bisa diakses oleh masyarakat secara bebas.
Advertisement
Terkadang para elite politik selama kampanye masih menggunakan narasi yang kurang baik dan cenderung subjektif didepan umum, sehingga memicu simpatisan mereka ikut serta menyebarkan narasi yang tidak baik yang bisa memicu terjadinya gesekan sosial ditengah masyarakat. Bagi mereka yang memiliki tingkat pemahaman diatas rata–rata bisa memilah mana yang baik dengan tidak baik dengan logika dan akal sehat mereka. Bagaimana dengan masyarakat awam?
Terbukti di beberapa daerah terjadi gesekan sosial yang menimbulkan konflik sosial antar simpatisan tertentu. Kejadian ini seharusnya bisa dihindari dengan cara melakukan kampanya yang mendidik kepada masyarakat terutama akar rumput yang menjadi basis suara mereka, sudah saatnya pemilihan umum dijalani dengan riang gembira bukan dengan permusuhan. Artinya membangun kesadaran akar rumput tidak bisa dilakukan dengan menyebarkan narasi negatif. Namun dengan cara menyapa calon pemilih melalui diskusi positif secara berkesinambungan.
Bagi masyarakat menengah dengan tingkat status sosial yang lebih baik dengan mudah bisa memilah dan menyaring informasi yang diterima. Dibutuhkan kesadaran dan keinginan yang sama dari seluruh unsur masyarakat untuk menjaga stabilitas keamanan bersama termasuk tidak menyebarkan hoax melalui media sosial. Beban negara menjadi berat jika terjadi konflik sosial antar pendukung kontestan pemilu karena hoax
Kampanye atau kunjungan yang dikemas dalam silaturahmi, sebaiknya jangan di lakukan hanya ketika dibutuhkan, tetapi di jadwalkan secara berkala untuk membangun ikatan batin antara caleg dengan masyarakat. Jika ikatan batin ini sudah tercipta maka akan muncul kepercayaan yang tulus dari masyarakat itu sendiri. Ikatan batin seperti inilah yang harus dibangun antara pemimpin dengan rakyatnya.
Masyarakat tidak ingin para calon legislator dan pemimpin lainya datang hanya pada saat suara mereka dibutuhkan untuk kepentingan politik. Cara seperti ini justru membuat rakyat menjadi tidak simpati, cenderung apatis dengan kualitas para caleg dan calon pemimpin yang akan bersaing dalam pemilihan umum nanti.
Menjadi pemimpin tidak cukup hanya mengandalkan modal materi,walaupun secara fakta mobilisasi dalam rangka kunjungan membutuhkan biaya besar. Maka jadilah caleg dan calon pemimpin yang sudah selesai dengan urusan materi (mapan). Agar setelah terpilih tidak mencari cara untuk mengembalikan modal kampanye yang sudah dikeluarkan. Budaya serba instan sebaiknya dihindari termasuk keinginan untuk menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi ataupun sebagai pejabat pemerintah.
Kalau dunia industry sangat jelas bagaimana cara untuk meningkatkan keuntungan yang lebih besar. Mereka bisa membuat strategi untuk meningkatkan penjualan dan memperkecil biaya operasional dengan sistem kerja efektif dan efesien. Sedangkan cara pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi bisa dengan cara mengundang banyak investor. Diharapkan dengan banyaknya investor yang datang membuat industry berkembang sehingga mampu menyerap banyak tenaga kerja, di sisi lain pemerintah bisa mendapatkan pemasukan dari pajak sesuai dengan peraturan dan undang–undang yang berlaku.
Mengajarkan kebaikan dan kejujuran hendaknya menjadi budaya pada setiap individu, karena kebaikan harus bisa diwujudkan bukan untuk dibicarakan. Kebaikan harus tetap disebarluaskan walaupun pilihan berbeda, karena Tuhan menciptakan manusia memang berbeda agar kita saling mengenal bukan saling bermusuhan. Indonesia negara besar yang memiliki banyak suku, bahasa dan budaya serta sumberdaya alam yang melimpah. Sayang kalau semua potensi itu kita abaikan karena perbedaan partai dan pilihan, sudah saatnya kita bersatu mewujudkan rakyat Indonesia adil makmur dan sejahtera siapapun presiden yang akan terpilih.
***
*) Oleh : Sugiyarto, S.E., M.M.; Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Rochmat Shobirin |