Kopi TIMES

Damai itu Indah

Jumat, 26 Januari 2024 - 12:56 | 46.13k
Sugiyarto, S.E., M.M.; Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang.
Sugiyarto, S.E., M.M.; Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PAMULANG – Pada tanggal 14 Februari 2024 pesta demokrasi lima tahunan untuk memilih presiden akan dilakukan. Sementara tahapan pemilu sudah berjalan dari beberapa bulan sebelumnya, termasuk  jadwal kampanye dari masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden. Pesta demokrasi lima tahunan ini merupakan bagian dari proses pendewasaan rakyat Indonesia dalam memilih presiden dan wakilnya. 

Walaupun pemilihan umum secara langsung sudah dilakukan sejak tahun  2004, ternyata masyarakat kita belum dewasa dalam menjalani proses  demokrasi yang berjalan setiap lima tahun ini. Di buktikan dengan banyaknya ujaran kebencian yang berseliweran di media  sosial yang bisa diakses oleh masyarakat secara bebas. 

Advertisement

Terkadang para elite politik selama  kampanye masih menggunakan narasi  yang kurang baik dan cenderung subjektif didepan umum, sehingga memicu  simpatisan mereka ikut serta menyebarkan  narasi yang tidak baik yang bisa memicu terjadinya gesekan sosial ditengah masyarakat. Bagi mereka yang memiliki tingkat pemahaman diatas rata–rata bisa   memilah mana yang baik dengan tidak baik  dengan logika dan akal sehat mereka. Bagaimana dengan masyarakat awam?

Terbukti di beberapa daerah terjadi  gesekan sosial yang menimbulkan konflik sosial antar simpatisan tertentu. Kejadian ini seharusnya bisa dihindari dengan cara melakukan kampanya yang mendidik kepada masyarakat terutama akar rumput yang menjadi basis suara mereka, sudah saatnya pemilihan umum dijalani dengan riang gembira bukan dengan permusuhan. Artinya membangun kesadaran akar rumput tidak bisa dilakukan dengan menyebarkan narasi negatif. Namun dengan cara menyapa calon pemilih  melalui diskusi positif secara  berkesinambungan.

Bagi masyarakat menengah dengan tingkat status sosial yang lebih baik dengan mudah bisa memilah dan menyaring informasi yang diterima. Dibutuhkan kesadaran dan keinginan yang sama dari seluruh unsur masyarakat untuk menjaga stabilitas keamanan bersama termasuk tidak menyebarkan hoax melalui media sosial. Beban negara menjadi berat jika terjadi konflik sosial antar pendukung kontestan pemilu karena hoax 

Kampanye atau kunjungan yang dikemas  dalam silaturahmi, sebaiknya jangan  di lakukan hanya ketika dibutuhkan, tetapi di jadwalkan secara berkala untuk  membangun ikatan batin antara caleg dengan masyarakat. Jika ikatan batin ini  sudah tercipta maka akan muncul kepercayaan yang tulus dari masyarakat itu sendiri. Ikatan batin seperti inilah yang harus dibangun antara pemimpin dengan rakyatnya. 

Masyarakat tidak ingin para calon legislator dan pemimpin lainya datang hanya pada saat suara mereka dibutuhkan untuk kepentingan politik. Cara seperti ini justru   membuat rakyat menjadi tidak simpati, cenderung apatis dengan kualitas para  caleg  dan calon pemimpin yang akan  bersaing dalam pemilihan umum nanti.

Menjadi pemimpin tidak cukup hanya  mengandalkan modal materi,walaupun secara fakta mobilisasi dalam rangka kunjungan membutuhkan biaya besar. Maka jadilah caleg dan calon pemimpin  yang sudah selesai dengan urusan materi (mapan). Agar setelah terpilih tidak mencari cara untuk mengembalikan modal kampanye yang sudah dikeluarkan. Budaya  serba instan sebaiknya dihindari termasuk keinginan untuk menjadi pemimpin dalam  sebuah organisasi ataupun sebagai pejabat pemerintah.

Kalau dunia industry sangat jelas bagaimana cara untuk meningkatkan  keuntungan yang lebih besar. Mereka bisa membuat strategi untuk meningkatkan penjualan dan memperkecil biaya operasional dengan sistem kerja efektif  dan efesien. Sedangkan cara pemerintah  untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi bisa dengan cara mengundang banyak investor. Diharapkan dengan  banyaknya investor yang datang membuat industry berkembang sehingga  mampu menyerap banyak tenaga kerja, di sisi  lain  pemerintah bisa mendapatkan pemasukan dari pajak sesuai dengan peraturan dan   undang–undang yang berlaku.

Mengajarkan kebaikan dan kejujuran hendaknya menjadi budaya pada setiap individu, karena kebaikan harus bisa diwujudkan bukan untuk dibicarakan.  Kebaikan harus tetap disebarluaskan walaupun pilihan berbeda, karena Tuhan menciptakan manusia memang berbeda  agar kita saling mengenal bukan saling bermusuhan. Indonesia negara besar yang  memiliki banyak suku, bahasa dan budaya serta sumberdaya alam yang melimpah. Sayang kalau semua potensi itu kita  abaikan karena perbedaan partai dan pilihan, sudah saatnya kita bersatu mewujudkan rakyat Indonesia adil makmur  dan sejahtera siapapun presiden yang akan terpilih. 

***

*) Oleh : Sugiyarto, S.E., M.M.; Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pamulang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES