
TIMESINDONESIA, LAMPUNG – Era perkembangan teknologi digital telah mengubah cara masyarakat berkomunikasi dan mengakses berbagai informasi yang dibutuhkan. Bukan hanya itu, kemajuan teknologi telah menghasilkan dampak yang signifikan dalam sebuah kegiatan bisnis, salah satunya adalah bisnis online yang dari tahun ke tahun terus tumbuh signifikan. Banyak konsumen melakukan pembelian online untuk membeli barang-barang yang mereka butuhkan. Mereka lebih memilih belanja online dikarenakan memberikan beberapa manfaat seperti menghemat waktu, tenaga, dan uang.
Tren perdagangan elektronik atau e-commerce di Indonesia masih terus meningkat. Menurut data Bank Indonesia, volume transaksi e-commerce naik dari 3,49 miliar kali pada tahun 2022 menjadi 3,71 miliar kali pada tahun 2023. Bahkan nilai transaksi e-commerce pada tahun 2023 pun mencapai Rp453,75 triliun (Jawa Pos, 13/6/2024).
Advertisement
Sementara hasil survei The Asian Parent menunjukkan, hampir seluruh responden yang merupakan ibu di Indonesia menggunakan aplikasi belanja online. Sebanyak 80% di antaranya paling sering berbelanja di Shopee. Para responden umumnya berbelanja online sekitar tiga kali dalam sebulan.
Barang yang dibeli paling banyak berkaitan dengan anak (pakaian, peralatan mandi, dan mainan), diikuti produk personal (make up dan pakaian) serta kebutuhan rumah tangga. The Asian Parent melakukan survei ini terhadap 670 ibu di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Medan, dan beberapa kota lainnya. Mayoritas responden pun sudah memiliki 1-3 anak.
Data tersebut jelas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan volume yang luar biasa dari transaksi perdagangan online. Menariknya lagi kaum hawa (emak-emak) mendominasi penggunaan aplikasi belanja online. Selain make up, fashion juga menjadi produk yang paling diburu oleh emak-emak.
Bagi mereka fashion menjadi surga yang terus diburu. Perkembangan teknologi digital memang telah mengubah gaya hidup masyarakat, utamanya kaum hawa dalam berbelanja. Perubahan yang tidak dikelola dengan baik ini cenderung membentuk individu menjadi konsumtif, bahkan menjadi pelaku gaya hidup shopaholic.
Dampak Negatif
Satu sisi, online shop berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Di sisi lain, juga berdampak negatif bagi konsumen yang menjadikan online shop sebagai pemenuhan keinginan. Sebab, individu selalu ingin membeli barang kekinian untuk menaikkan status sosial di masyarakat. Seperti halnya yang dilakukan emak-emak yang hobinya membeli barang-barang hanya untuk gaya hidup atau gengsi semata.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), ada beberapa dampak negatif belanja online. Pertama, mengganggu manajemen keuangan. Ketika belanja online menjadi hobi kegiatan untuk mengisi waktu secara rutin dan membeli sesuatu di luar perencanaan (impulsive buying), hal itu merupakan salah satu musuh utama dalam perencanaan keuangan. Tanpa disadari ini sering menggagalkan kita untuk mencapai financial goals.
Kedua, barang tidak sesuai ekspektasi. Nilai minus lain dari belanja online adalah ketika toko hanya memajang foto atau gambar yang menarik sehingga tentu kita langsung membeli tanpa bisa memeriksa langsung apakah sesuai dengan barang aslinya.
Ketiga, cenderung konsumtif. Seringkali tanpa disadari ketika belanja online tidak hanya barang yang dibutuhkan yang dibeli, tetapi dengan berbagai kemudahan dan promo yang ditawarkan membuat seseorang menjadi impulsif dan membeli berbagai barang yang diinginkan (lapar mata). Mulai dari make up, tas, sepatu, baju hingga perabotan rumah tangga secara tidak terkontrol.
Keempat, rawan penipuan. Meskipun belanja online sudah menjadi hal lazim dan banyak juga toko online terpercaya, bukan berarti tidak ada hal seperti penipuan. Masih saja banyak oknum yang mengincar pembeli yang kurang cerdas dalam berbelanja online.
Berbagai dampak negatif belanja online perlu menjadi perhatian emak-emak terutama ketika belanja produk hanya untuk gaya hidup. Kebanyakan emak-emak lebih memikirkan keinginan daripada kebutuhan dan mengabaikan fungsi dari barang yang dikonsumsi sehingga berdampak buruk bagi keberlangsungan rumah tangga.
Belanja online yang tak terkendali bisa menyebabkan perceraian. Sudah banyak kasus seorang suami yang menceraikan istri karena tidak tahan memiliki istri yang kecanduan belanja online. Selain itu, banyak emak-emak muda yang terlilit utang akibat menggunakan paylater di salah satu e-commerce.
Keluarga seharusnya menjadi tempat untuk berlindung dan penuh cinta kasih. Keutuhan keluarga harus dijaga. Pengelolaan keuangan dengan bijak menjadi salah satu upaya menjaga keharmonisan dalam rumah tangga. Karena itu, emak-emak harus pintar mengatur keuangan. Jangan sampai tergiur dengan promo atau diskon yang ditawarkan e-commerce. Akhirnya, mari jaga keluarga kita dengan belanja online sesuai kebutuhan, bukan sesuai keinginan.
***
*) Oleh : Dr. H. Fauzi, S.E., M.Kom., Akt., C.A., CMA., Wakil Bupati Pringsewu (2017-2022) dan Rektor Institut Bakti Nusantara (IBN).
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Sholihin Nur |