Kopi TIMES

Jala Perdamaian Ormas Kepemudaan

Jumat, 06 September 2024 - 21:44 | 76.13k
Ahmad Rifqi Al Mubarok, Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor
Ahmad Rifqi Al Mubarok, Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Selain sebagai pemimpin agama dunia, Paus Fransiskus juga pecinta anak muda. Perhatiannya terhadap anak muda sangat besar. Beliau tidak hanya prihatin pada persoalan yang menimpa anak muda, akan tetapi juga penuh harapan terhadap anak muda. Paus Fransiskus mendorong anak muda menjadi bagian integral dalam penggalangan dunia masa depan yang lebih baik.

Hal itu tertuang dalam Christus Vivit, seruan apolistik Paus Fransiskus pada tahun 2019. Penekanan terhadap transformasi anak muda yang terbit 5 bulan setelah Sidang Umum Biasa kelima belas Sinode Para Uskup tentang Orang Muda, Iman dan Penegasan Panggilan Sukacita. 

Advertisement

Bukti lain dari kecintaannya terhadap anak muda, adalah ditandatanganinya dengan penuh kemurahan hati Deklarasi Jakarta-Vatikan. Deklarasi yang diinisiasi oleh sekelompok anak muda yang mewakili multi identitas kepemudaan dan keagamaan Indonesia. 

Deklarasi Jakarta-Vatikan berisi perasan dari Dokumen Abu Dhabi antara Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Azhar, Dr. Ahmed el-Tayeb. Deklarasi itu juga berisi komitmen kuat sekelompok anak muda untuk menyuarakan perdamaian ke belahan dunia yang masih diselimuti pekat pertikaian. 

Pertama, mengajak generasi muda Indonesia yang selalu mengamalkan nilai-nilai Pancasila sebagai energi positif peradaban dunia. Kedua, mengajak kaum muda sedunia untuk membangun masyarakat dunia yang berpegang teguh pada prinsip toleransi, solidaritas dan gotong royong. Dan ketiga, mendukung dan menyebarluaskan pandangan dan nilai-nilai yang tertuang dalam Dokumen Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Kehidupan Bersama (Dokumen Abu Dhabi) untuk mewujudkan keadilan dan perdamaian dunia. 

Jala Perdamaian

Deklarasi Jakarta-Vatikan terjadi beberapa pekan sebelum kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia. Seperti sebuah kesinambungan, kedatangan beliau membawa sejumlah harapan, antusiasme yang begitu mendalam tentang penguatan-penguatan toleransi dan perdamaian.

Pidato, sambutan atau khotbahnya mempunyai nilai kasih universal untuk sesama. Pesan-pesannya menghidupi perbedaan agar selalu bisa bergerak berdampingan. Tidak hanya memuji, tapi juga mengakui Bhinneka Tungga Ika sebagai platform yang menghubungkan perbedaan suku, ras dan agama. 

Beliau tunjukkan dengan genggaman tangan bersama Imam Masjid Istiqlal Jakarta. Satu pemandangan yang menguatkan energi positif untuk perdamaian di tengah keanekaragaman. 

Pun demikian dengan identitas kepausannya. Kendaraan operasional yang ditumpangi, jam tangan yang dikenakan, memperlihatkan keprihatinannya terhadap hiruk-pikuk dunia yang serba konsumtif. 

Catatan menarik dari khotbah Paus Fransiskus terjadi saat gelaran Misa Akbar di GBK. Paus Fransiskus membuka kalimatnya dengan ajakan mendengarkan dan menghidupi sabda. Sebagai wujud praktiknya, beliau kisahkan Yesus yang meminta muridnya Petrus untuk menebar jala di kedalaman laut yang dikira banyak orang tidak terdapat ikan di dalamnya. 

Memang benarlah kapal yang ditumpanginya hampir karam dibuat tumpahan ikan yang ditangkap. Setelah sebelumnya, harus menjauhi keramaian cibiran hanya untuk membenarkan sabda. 

Saat ini dunia dilingkupi krisis multidimensi yang tidak menentu. Politik, ekonomi, pangan, hingga lingkungan dirundung ketidakmenentuan. Egoisme menguasai satu sama lain, kerakusan eksploitatif terhadap lingkungan, hingga kapitalisasi kekayaan oleh sebagian orang telah melantik “kepengurusan” dunia yang kian menyeramkan dan timpang. 

Harus ada satu “sabda universal” yang dipedomani untuk mengikis ketidakmenentuan dunia tersebut, yakni perdamaian. Perdamaian yang berdasar pada toleransi, keadilan, gotong royong dan solidaritas. Karena dengan mendengar dan menghidupi perdamaian itulah, hidup rukun satu sama lain akan kabul. 

Sehingga tepat, jala harus ditebar ke kedalaman lautan. Ia harus menyentuh tokoh-tokoh yang mempunyai pengaruh, di luar Paus Fransiskus. Ada Imam Besar Al Azhar, ada peraih Nobel perdamaian, ada anak muda dunia yang menggandrungi perdamaian, serta perlunya tokoh-tokoh politik dunia secara kelembagaan, seperti PBB dan negara-negara dunia, menyuarakan perdamaian.

Protagonis Perubahan

Upaya tebar jala perdamaian, sejak akhir Agustus kemarin sudah diinisiasi oleh GP Ansor bersama dengan OKP lintas agama Indonesia. Setelah Deklarasi Jakarta-Vatikan mereka mempersiapkan tur perdamaian. Sejurus kemudian, langkah yang akan dibuat adalah membentuk poros perdamaian Asia Pasifik untuk anak muda.

Perjalanan Ansor sejak didirikannya, telah menunjukkan dirinya sebagai “protagonis perubahan”. Terkait orkestrasi kebhinekaan, mereka berdiri di depan-depan rumah ibadah. Hingga harus kehilangan kader saat Riyanto pada tahun 2000, memeluk bom di Mojokerto untuk menyelamatkan kemanusiaan. 

Pertautan Ansor dengan isu-isu perdamaian dunia, juga ditunjukkan dengan melakukan konsolidasi di tingkat global. Dengan melakukan konsolidasi, ia seperti mengiringi apa yang dikatakan Gus Dur untuk memecah konflik, yakni melalui jalur-jalur perundingan tanpa kekerasan. 

Pesan yang disampaikan Paus Fransiskus kepada Ansor saat di Vatikan, agar ia menjadi yang terdepan menggalang persaudaraan antar umat di Indonesia dan juga tingkat global. Dan ketika di Istiqlal, Paus mengajaknya untuk Kopdar Ansor dengan sajian wedang uwuh, bajigur, ubi celembu, jagung dan kacang rebus.

Bagi Ansor ini tidak hanya motivasi, tapi lebih dari itu. Ia adalah bingkai restu untuk Ansor agar tetap menjadi protagonis perubahan di Indonesia dan tinggal global, dengan cara-cara kebijaksanaan nilai yang sudah lebih lama eksis dan menyertai dinamika Ansor yang berakidah Islam Ahlussunah Wal Jamaah, potret Islam yang bisa akur dengan kebudayaan-kebudayaan lokal nusantara. (*)

***

*) Oleh : Ahmad Rifqi Al Mubarok, Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES