Kopi TIMES

Dampak El Nino dan Adaptasi Pertanian

Rabu, 30 Oktober 2024 - 14:30 | 27.76k
Roza Yunita, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Roza Yunita, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PADANG – Indonesia adalah negara agraris yang sangat bergantung pada sektor pertanian sebagai salah satu tulang punggung perekonomian. Namun, perubahan iklim, khususnya fenomena El Nino yang memicu musim kemarau berkepanjangan, mengancam stabilitas produksi pangan nasional. 

Kenaikan suhu dan perubahan pola hujan yang tidak menentu membuat petani kesulitan menyesuaikan jadwal tanam, sehingga mengakibatkan penurunan hasil panen beberapa komoditas penting, seperti padi, jagung, dan kelapa sawit. Situasi ini semakin mendesak karena potensi gangguan ketahanan pangan yang dapat timbul jika perubahan iklim tidak diantisipasi dengan baik.

Advertisement

Fenomena perubahan iklim ini membawa tantangan baru dalam dunia pertanian Indonesia. Perubahan pola cuaca menyebabkan kekeringan di beberapa wilayah yang biasanya subur, dan hujan lebat yang tiba-tiba bisa menyebabkan banjir di daerah pertanian lainnya. Dampaknya jelas: produksi pangan berkurang, harga naik, dan beban pada ekonomi rumah tangga meningkat. 

Misalnya, di beberapa daerah sentra produksi padi, banyak petani yang harus menunda musim tanam karena tidak adanya air yang cukup untuk mengairi sawah mereka, sementara di tempat lain justru mengalami banjir yang merusak lahan pertanian mereka.

Menghadapi tantangan ini, petani perlu memperkuat metode adaptasi dan memanfaatkan teknologi pertanian untuk meminimalkan dampak negatif perubahan iklim. Salah satu langkah yang semakin populer adalah penerapan pertanian regeneratif. 

Berbeda dengan pertanian konvensional, pertanian regeneratif bertujuan untuk memulihkan kualitas tanah dan meningkatkan kesuburan jangka panjang dengan cara-cara alami. Penggunaan pupuk organik, rotasi tanaman, serta pengelolaan air dan nutrisi tanah yang lebih bijak adalah beberapa teknik yang diterapkan dalam metode ini.

Praktik ini selain ramah lingkungan juga mampu menjaga keseimbangan ekosistem lokal, melestarikan biodiversitas, dan meningkatkan daya tahan lahan terhadap perubahan iklim. Di berbagai wilayah, petani mulai menggabungkan teknik ini dengan teknologi digital, seperti sensor kelembaban tanah dan aplikasi pemantauan cuaca, untuk menyesuaikan tindakan mereka dengan kondisi lingkungan secara real-time.

Selain praktik pertanian regeneratif, teknologi modern juga mulai memainkan peran penting dalam adaptasi terhadap perubahan iklim. Sensor berbasis Internet of Things (IoT) dan pemantauan data cuaca membantu petani mendapatkan informasi real-time tentang kondisi tanah dan iklim. 

Dengan data ini, mereka dapat mengambil langkah cepat jika terjadi perubahan suhu atau kelembaban yang ekstrem. Selain itu, aplikasi ponsel pintar memungkinkan petani memonitor kesehatan tanaman, yang sangat penting dalam menghadapi cuaca yang tidak menentu.

Para peneliti dan pengembang teknologi juga mendorong penggunaan varietas tanaman tahan iklim yang dirancang untuk bertahan di kondisi yang lebih ekstrem, baik dari segi suhu maupun kekurangan air. Pemanfaatan varietas unggul ini diharapkan dapat mendukung ketahanan pangan nasional, bahkan di tengah perubahan iklim yang ekstrem.

Upaya adaptasi ini tentu tidak bisa sepenuhnya dibebankan pada petani. Peran pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan. Program edukasi dan pendanaan untuk pelatihan adaptasi perubahan iklim bagi petani sangat dibutuhkan. 

Pemerintah juga harus memperluas infrastruktur irigasi yang berkelanjutan, serta menyediakan akses yang lebih luas terhadap teknologi dan inovasi pertanian untuk mendorong keberlanjutan.

Sebagai masyarakat, kita juga bisa berkontribusi dengan memilih produk lokal, sehingga dapat membantu mengurangi jejak karbon dari pengiriman pangan internasional. Selain itu, kampanye untuk mengurangi pemborosan makanan juga bisa menjadi langkah sederhana namun berarti dalam mendukung sektor pertanian di tengah kondisi yang semakin tidak menentu.

Perubahan iklim adalah tantangan nyata bagi masa depan pertanian Indonesia, tetapi dengan adaptasi yang tepat, tantangan ini dapat menjadi peluang untuk memperkuat ketahanan pangan dan mendorong praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan. 

Dengan dukungan teknologi, inovasi, dan kebijakan yang tepat, para petani diharapkan mampu beradaptasi dengan kondisi iklim yang dinamis dan menjadikan sektor pertanian Indonesia tetap tangguh di masa depan.

***

*) Oleh : Roza Yunita, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES