Kopi TIMES

Deret Kebaikan

Jumat, 09 Mei 2025 - 08:48 | 8.45k
Ahmad Fajarisma Budi Adam, Guru SMP N 1 Banjar Seririt Bali
Ahmad Fajarisma Budi Adam, Guru SMP N 1 Banjar Seririt Bali
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BALI – Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern yang serba cepat dan individualistis, konsep kebaikan seringkali terasa seperti oase di padang pasir. Kita mungkin terbiasa dengan perhitungan untung rugi, dengan transaksi yang jelas dan terukur.

Namun, ada sebuah "deret" yang aturannya berbeda, sebuah urutan tindakan yang justru semakin berlipat ganda nilainya ketika dibagikan: deret kebaikan.

Advertisement

Bayangkan sebuah batu kecil dilemparkan ke permukaan air yang tenang. Riaknya menyebar, semakin luas dan menyentuh lebih banyak titik di sekitarnya. Begitulah analogi sederhana dari kekuatan sebuah tindakan baik. 

Sekecil apapun perbuatan itu, dampaknya mampu merambat dan menginspirasi kebaikan-kebaikan lainnya, menciptakan sebuah deret tak berujung yang memperkaya kehidupan banyak orang.

Dalam matematika, deret adalah jumlah suku-suku dalam suatu barisan. Ada deret aritmatika yang memiliki selisih tetap antar sukunya, dan ada deret geometri yang memiliki rasio tetap. Namun, deret kebaikan memiliki karakteristik uniknya sendiri. 

Ia tidak terikat pada selisih atau rasio yang konstan. Kekuatannya justru terletak pada potensi eksponensialnya, pada kemampuan satu tindakan untuk memicu reaksi berantai yang sulit diprediksi batasnya.

Sebuah senyuman tulus kepada orang asing bisa jadi permulaan hari yang lebih baik baginya. Ucapan terima kasih yang tulus dapat memotivasi seseorang untuk terus berbuat yang terbaik. Uluran tangan kecil kepada mereka yang membutuhkan bisa memberikan harapan dan meringankan beban. Tindakan-tindakan sederhana ini, yang mungkin terasa remeh bagi pelaku, bisa menjadi katalisator bagi perubahan positif yang lebih besar.

Fenomena "bayar kebaikan ke depan" (pay it forward) adalah contoh nyata dari deret kebaikan dalam praktik. Seseorang menerima kebaikan tanpa pamrih, dan alih-alih membalas langsung kepada si pemberi, ia memilih untuk meneruskan kebaikan itu kepada orang lain. Siklus ini terus berlanjut, menciptakan gelombang kebaikan yang melintasi batas-batas sosial dan personal.

Lalu, bagaimana matematika berperan dalam memahami deret kebaikan? Meskipun sulit untuk mengukur dampak emosional dan sosial secara eksak, kita bisa melihat polanya. Satu tindakan baik berpotensi menginspirasi minimal satu tindakan baik lainnya. 

Jika setiap tindakan baik menginspirasi dua tindakan baik berikutnya, maka deretnya akan tumbuh secara eksponensial: 1, 2, 4, 8, 16, dan seterusnya. Dalam waktu singkat, satu perbuatan kecil bisa melahirkan puluhan, ratusan, bahkan ribuan kebaikan lainnya.

Namun, deret kebaikan tidak selalu mengikuti pola matematika yang teratur. Kadang, satu tindakan kebaikan bisa menyentuh hati seseorang secara mendalam dan menginspirasinya untuk melakukan lebih banyak lagi. 

Kadang, dampaknya mungkin tidak terlihat secara langsung, tetapi benih kebaikan yang ditanam akan tumbuh di kemudian hari. Ketidakpastian inilah yang justru membuat deret kebaikan semakin menarik dan penuh kejutan.

Di era digital ini, potensi deret kebaikan semakin meluas. Sebuah unggahan inspiratif di media sosial bisa menjangkau ribuan orang dan memotivasi mereka untuk melakukan hal serupa. 

Sebuah kampanye online yang menggalang dana untuk tujuan mulia bisa mendapatkan dukungan dari berbagai penjuru dunia. Teknologi telah menjadi katalisator yang mempercepat penyebaran kebaikan, menghilangkan batasan geografis dan waktu.

Menjadi bagian dari deret kebaikan tidak memerlukan tindakan heroik atau pengorbanan besar. Mulailah dari hal-hal kecil di sekitar kita. Bersikap ramah kepada tetangga, membantu teman yang kesulitan, menyumbangkan waktu atau materi untuk kegiatan sosial, atau sekadar mendengarkan dengan empati kepada seseorang yang sedang membutuhkan. Setiap tindakan, sekecil apapun, adalah sebuah "suku" dalam deret kebaikan yang tak ternilai harganya.

Dalam kehidupan yang seringkali terasa penuh dengan tantangan dan persaingan, deret kebaikan adalah pengingat bahwa kita semua terhubung. Bahwa setiap tindakan kita memiliki dampak, dan memilih untuk berbuat baik adalah memilih untuk menciptakan dunia yang lebih positif dan penuh harapan. 

Mari kita teruskan deret ini, satu kebaikan pada satu waktu, dan saksikan bagaimana dampaknya meluas, melampaui segala perhitungan matematika yang pernah ada. Karena pada akhirnya, kekayaan sejati bukanlah apa yang kita kumpulkan untuk diri sendiri, melainkan jejak kebaikan yang kita tinggalkan bagi sesama. (*)

***

*) Oleh : Ahmad Fajarisma Budi Adam, Guru SMP N 1 Banjar Seririt Bali.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES