Gusdurian Banten peringati Haul Gusdur dengan Bedah Buku

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Gusdurian Banten mengadakan acara Bedah Buku dalam rangka memperingati Haul Gus Dur atau Abdurrahman Wahid yang ke-9. Acara yang bertempat di Padepokan Kupi Kaloran Kota Serang ini juga dimeriahkan oleh pembacaan puisi oleh Kang Uqel dan Teh Fathul Rizkoh yang merupakan pemuda Pegiat HAM dan Kemanusiaan.
Buku yang dibedah dalam acara ini adalah buku yang berjudul "Tak Seiman Tapi Sejalan" karangan Saiful Haq yang pada kesempatan tersebut hadir sebagai pembedah dalam kegiatan Bedah Buku. Sedangkan Billy Setiyadi sebagai pembanding. Keduanya merupakan penggerak Komunitas Gusdurian Malang. Kemudian, Taufik Hidayat adalah Koordinator Gusdurian Banten.
Advertisement
Acara bedah buku ini dihadiri oleh berbagai elemen masyarakat lintas agama, santri, mahasiswa, OKP dan lainnya. Terutama juga dihadiri oleh para penggerak Komunitas Gusdurian se-Banten dari Kabupaten dan Kota Serang, Kabupaten Lebak, Kota Cilegon dan Kota Tangerang.
Taufik Hidayat, Koordinator komunitas Gusdurian Banten, mengatakan dengan diselenggarakannya Haul Gus dur Ke-9 diharapkan bisa menjadi ladang mencari keberkahan bagi para pecinta, pengagum, santri, murid sekaligus penerus perjuangan nilai-nilai Gus Dur.
"Yang pasti dengan diselenggarakannya Haul Gus Dur Ke-9 yang dibingkai dengan Bedah Buku 'Tak Seniman Tapi Sejalan' ini adalah bisa menjadi ladang ngalap barokah kita sebagai pecinta, pengagum, santri, murid sekaligus penerus perjuangan nilai-nilai Gus Dur," kata Taufik di Banten, Minggu (06/01/2019).
Menurutnya, dengan adanya diskursus bedah buku tersebut adalah sebagai salah satu refleksi berpikir dan arah gerak untuk terus bergelut dalam meneruskan napak tilas perjuangan Gus Dur.
"Dengan adanya diskursus bedah buku ini sebagai salah satu refleksi berfikir kita, arah gerak kita untuk terus bergelut dalam meneruskan napak tilas perjuangan Gus Dur," tegas Taufik
Terkait dengan buku yang dibedah pada kesempatan tersebut, Saiful Haq selaku penulis sekaligus pembedah buku mengatakan bahwa secara garis besar buku yang ditulisnya berkaitan pemikiran Gus Dur terkait perbedaan yang ada bisa dirajut untuk kepentingan bersama. Menurutnya tak seiman bukan alasan untuk saling bertolak belakang, justru itu kekuatan untuk bersama-sama menemukan jalan kedamaian di dunia dan akhirat.
"Gus Dur telah memberi contoh kepada kita semua, bahwa perbedaan yang ada bisa dirajut untuk kepentingan bersama. Tak seiman bukan alasan untuk saling bertolak belakang, justru itu kekuatan untuk bersama-sama menemukan jalan kedamaian di dunia dan akhirat. Dunia banyak temannya, di akhirat banyak yang doain. Kurang asik apa lagi? Gitu aja kok repot," kata Saiful ketika memaparkan penjelasannya pada sesi Bedah Buku.
Di akhir diskusi, Billy Setiadi, selaku pembanding berpesan bahwa dialog di ruang-ruang publik harus diperbanyak, agar bisa menjadi ruang persahabatan warganegara untuk menghasilkan keadilan. Karena seperti yang di katakan Gus Dur bahwa perdamaian tanpa keadilan hanyalah ilusi.
"Menurut saya dialog di ruang-ruang publik seperti ini harus diperbanyak, agar bisa menjadi ruang persahabatan warganegara untuk menghasilkan keadilan. Karena seperti yang di katakan Gus Dur, perdamaian tanpa keadilan hanyalah ilusi," ujar Billy. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |