Kabar Baik, Vaksin Malaria Masuk Tahap Uji Klinik Eijikman Institute

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Eijkman Institute melalui Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman melakukan kerjasama bersama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dalam pengembangan dan uji coba vaksin Malaria. Daerah dengan kasus Malaria tertinggi di Indonesia, yakni Papua menjadi fokus utama awal dalam uji coba vaksin.
Kerjasama juga dilakukan dengan TNI Angkatan Darat (AD), karena memiliki kekebalan imun yang dianggap berbeda. Sebanyak 400 TNI Angkatan Darat yang akan bertugas di Papua pada 2022 akan mendapatkan kesempatan pertama dalam uji coba vaksi=7n Malaria ini.
Advertisement
Lembaga Eijkman yang berada pula dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo di Ibukota Jakarta, menjadikan kerjasama ini akan lebih mudah. Eijkman-Oxford Clinical Research Unit (EOCRU) dan Pusat Pembuatan Vaksin Malaria “Sanaria” di Amerika melakukan persiapan terkait dengan vaksin Malaria pertama di dunia ini.
Direktur Eijkman, Prof. Dr. dr. Amin Soebandrio telah melakukan pertemuan bersama dengan EOCRU dan Sanaria dan melakukan pembahasan terkait dengan uji klinik vaksin. Uji klinik vaksin pada TNI AD ini nantinya akan dilakukan sebelum para anggota TNI AD ini ditugaskan selama 6 hingga 9 bulan di Papua.
‘’Kami akan pantau sejak mereka mereka berangkat dan bertugas delama 6-9 bulan, hingga mereka kembali ke daerah semula yang hanya memiliki sedikit atau tidak sama sekali malaria, semua akan kami pantau. Ini membutuhkan persiapan yang luar biasa," ujar Direktur Eijkman.
Sanaria yakin kemanjuran vaksin ini mencapai 95-100%. Vaksin malaria sebelumnya yang dinamai RTS,S atau biasa disebut Mosquirix sudah dipakai selama 30 tahun di Afrika untuk memperkuat sistem kekebalan terhadap parasit malaria Plasmodium falciparum. Namun rupanya vaksin malaria harus disesuaikan dengan kondisi geografis suatu negara karena memiliki jumlah dan jenis parasit yang berbeda.
Dilansir oleh voaindonesia.com , menurut Chief Executive and Scientific Officer Sanaria, Stephen L. Hoffman. Ia menyatakan bahwa alasan memilih anggota TNI AD ialah karena merupakan salah satu yang beresiko tinggi. Banyaknya kasus TNI AD yang ketika ditugaskan, lalu pada saat pulang tidak menyadari jika terjangkit malaria.
"Kami berdiskusi dengan perwakilan TNI yang memiliki masalah besar ketika pasukan mereka berangkat dari daerah-daerah seperti Sumatera, Jawa atau Bali yang tingkat penyakit malaria-nya rendah, ke Papua di mana penyakit malaria tinggi. Personel yang dikirim ini tidak kebal," tambahnya.
Menteri Kesehatan, yakni Budi Gunadi Sadikin mendukung penuh adanya uji coba vaksin Malaria ini. Harapannya setelah sukses dalam pemvaksinan TNI AD, maka masyarakat luas terutama anak-anak dapat mendapatkan Vaksin Malaria ini juga. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Faizal R Arief |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |