Ada Batu Bata Zaman Kerajaan Majapahit di Rumah Arsip Komunitas Tjilatjap History

TIMESINDONESIA, CILACAP – Meski terbilang baru, Rumah Arsip Komunitas Tjilatjap History yang berdiri tahun 2014 dan baru menjalankan aktivitasnya tahun 2021, sudah seperti miniatur bagi sejarah Cilacap. Di rumah arsip ini menyimpan banyak koleksi yang menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Cilacap.
Di sini ada batu bata era kerajaan Majapahit tahun 1300-1500-an yang ditemukan di Karang Suci, Kelurahan Donan, Cilacap. Selain itu, ada peta era kolonial, surat-surat, dan foto-foto Cilacap tempo doeloe. Juga benda-benda cagar budaya dari Cilacap, seperti batu bata yang didapat dari Karang Suci, Donan.
Advertisement
"Batu bata ini kita temukan di Karang Suci. Karena oleh masyarakat setempat tak diurus, kita amankan," kata Riyadh Ginanjar, Ketua Komunitas Tjilatjap History, Senin (14/3/2022) sore.
Menurutnya, komunitas ini dibentuk tahun 2014, tapi mulai kegiatan tahun 2021. "Sempat vakum karena saya bekerja di luar dan baru kembali mengumpulkan anggota tahun 2021," imbuhnya.
Tentang koleksi di rumah arsip ini, Riyadh menjelaskan bahwa koleksi didapatkan dengan cara macam-macam. Ada yang dibeli, ada yang didapat dari masyarakat dengan cara titip.
Beberapa koleksi di Rumah Arsip Komunitas Tjilatjap History. (FOTO: Estanto Prima Yuniarto/TIMES Indonesia)
"Juga kita beli dengan cara online atau ada yang menawarkan dengan datang sendiri, atau menemukan di toko loak," terangnya.
Ia menambahkan, mulai mengoleksi barang-barang bersejarah tahun 2012 karena inisiatif sendiri. Ada koleksi zaman kolonial, yakni tahun 1928, 1908. Juga ada koleksi tahun 1990-an.
Rumah arsip ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat. Barang-barang yang ada banyak diminati oleh mahasiswa untuk bahan skripsi dan meminta data. "Sebulan bisa 3-4 kali (datang ke rumah arsip)," ungkap Riyadh.
Melihat antusias masyarakat dan mahasiswa yang ingin belajar sejarah, Riyadh akhirnya membukanya untuk umum. Dan khusus bulan Maret ini karena bertepatan dengan Hari Jadi ke-166 Kabupaten Cilacap, rumah arsip ini yang biasa dibuka setiap hari Minggu, kini full hari Senin-Minggu pukul 15.00-18.00 WIB.
Mengenai berapa lama berburu koleksi untuk rumah arsip ini, Riyadh mengatakan butuh waktu lama.
"Bisa dapat karena tahu ada grup yang jualan, seperti kartu pos, benda-benda pos. Dan prosesnya yang lama," kata Riyadh.
Respons masyarakat sangat tinggi terutama pada saat pameran. Pameran sudah beberapa kali diadakan oleh rumah arsip ini dan lokasinya di RTH dan Taman Marlin di Jalan Dr Soetomo, Cilacap. Tanggapan masyarakat cukup ramai. Terlebih saat di-posting di medsos Tjilatjap History, respons juga banyak.
"Apalagi anak-anak, mereka sering foto-foto barang-barang lama, kalau bapak-bapak suka lihat foto-foto zaman dulu. Banyak juga yang meminta untuk pameran di Kroya, Majenang, Sidareja," katanya.
Beberapa koleksi di Rumah Arsip Komunitas Tjilatjap History. (FOTO: Estanto Prima Yuniarto/TIMES Indonesia)
Sedangkan dari Pemkab Cilacap, Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah yang tertarik dan bekerja sama dengan rumah arsip. Sedangkan dinas lain masih belum. Menurut Riyadh, sebenarnya pihaknya terbuka untuk semua dinas instansi. Karena masalah edukasi kan butuh support dari dinas-dinas lain.
Ia berharap masyarakat lebih peduli terhadap sejarah Cilacap, jangan silau dengan sejarah daerah di luar Cilacap. Padahal Cilacap nggak kalah menarik dengan sejarah daerah lain.
Cita-cita Riyadh adalah membuat museum sejarah Cilacap, karena di Cilacap belum ada museum khusus sejarah. "Kita dari komunitas berharap bisa bikin museum khusus sejarah Cilacap," tandas Riyadh Ginanjar.
Sementara, Sindu, warga Teluk Penyu, Kelurahan Cilacap mengatakan semoga rumah arsip ini bisa mengedukasi masyarakat Cilacap yang mencintai sejarah dan biar tahu sejarah.
"Koleksi perlu ditambah, mas. Karena saya lihat masih kurang. Kesan saya, rumah arsip ini bisa berjalan terus dan masyarakat Cilacap bisa tahu. Jangan cuma pada Hari Jadi Cilacap, di luar Hari Jadi bisa dibuka terus," ungkapnya.
Sindu menambahkan, awalnya ia suka sejarah kerajaan. Dan ketika ketemu Riyadh Ginanjar ia jadi ikut tertarik tentang sejarah Cilacap, khususnya sejarah kolonial. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Rizal Dani |