Memaknai Upacara Tawur Agung Kesanga dan 10 Ogoh-Ogoh di Malang

TIMESINDONESIA, MALANG – Umat Hindu se-Malang Raya menggelar upacara Tawur Agung Kesanga dan parade ogoh-ogoh dalam rangkaian perayaan jelang Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945 (2023). Bertempat di area Alun-Alun Tugu Malang, setidaknya ada 10 ogoh-ogoh yang diarak bersama, Selasa (21/3/2023).
Upacara Tawur Agung Kesanga yang disajikan pada perayaan jelang Nyepi di Malang ini memiliki makna mendalam. Menurut konsep ajaran Tri Hita Karana, yakni menyelaraskan hubungan dengan tiga elemen, manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam semesta.
Advertisement
Tawur Agung Kesanga sendiri, bertujuan untuk membersihkan dan mewisuda bumi sebelum Nyepi, yakni dimana umat akan melaksanakan tapa brata penyepian.
"Jadi ini memiliki makna bagaimana saat munculnya penyakit kemarin (Pandemi Covid-19), itu adalah akibat ketidak harmonisan antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan sang pencipta (maka dibersihkan melalui upacara tawur agung kesanga)," ujar Ketua Parasida Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Malang, Putu Mada Arsana, Selasa (21/3/2023).
Sementara, untuk 10 ogoh-ogoh yang disuguhkan juga memiliki arti dan makna yang berbeda-beda. Ada yang bermakna membuang hal negatif hingga bermakna tentang kesucian dan pembersihan.
Berikut nama dan makna 10 ogoh-ogoh yang diarak umat Hindu Malang Raya diperayaan jelang Nyepi 2023:
1. Sang Yamadhipati atau dewa kematian, yang berarti rajanya neraka. Dia penglimanya mahkluk-makhluk Kingkara atau penjaga neraka. Nama itu berkaitan erat dengan tugas yang diemban, yaitu sebagai penunggu neraka. Sang Hyang Yamadipati dipercaya bertugas mencabut nyawa manusia yang sudah sampai pada batas waktunya.
2. Kraken atau hewan laut raksasa yang memiliki tentakel panjang dan ditakuti oleh para pelaut. Kraken sendiri merupakan penghuni lautan yang akan memusnahkan manusia bila memiliki sifat tamak atau rakus dan akan memberikan anugraha pada manusia yang senantiasa melestarikan lautan.
3. Gamang Hanamaya yang muncul sebagai peringatan atau bisa diartikan sebagai sosok sejati pelindung kehormatan perempuan. Bertangan delapan, Gamang Hanamaya bisa mencengkram seseorang sekuat ikatan rantai baja serta berkepala menyeramkan dengan lidah menyulur. Sehingga, menimbulkan ketakutan dan akan membuat orang mangurungkan niat untuk berbuat tidak sopan ataupun melecehkan perempuan.
4. Bade Mas, yakni sebagai simbol ilmu pengeleakan tingkat tinggi. Ogoh ogoh ini mengilustrasikan sosok raksasa dengan perubahan wujud menjadi Bade Mas atau Pengusung mayat di Bali yang keseluruhannya berwarna emas.
5. Nyi Rarung, mengisahkan seorang gadis cantik yang menawan dan mempuyai ibu bernama Dayu Datu, seorang Dewi Kali dan Dewi Durga yang pada akhirnya mendapat kesedihan. Namun, masyarakat menganggap kesedian yang didapatkan Sang ibu adalah Pengleakan yang membuat Nyi Rarung dikucilkan bahkan orang tak mau mendekat atau mempersuntingnya karena takut dengan ilmu yang dimiliki ibunya. Kemudian meranalah Nyi Rarung dan hidup seorang diri.
6. Ogoh oguh saksasa Paksi Ireng, memiliki berpenampilan hitam dengan gagak-gagak kecil di sekitar kakinya. Wajahnya menyeramkan dengan mata merah menyala, kepala bermahkotakan tengkorak burung, tangan kanannya menggenggam sebilah pisau pengentas dan dari punggungnya bermunculan tangan sangan madra berwama keemasan.
Paksi Ireng penggambaran alam semesta yang sarat petuah dan memberi manusia dua pilihan. Jika manusia baik, Paksi Ireng akan mengenakan tangan-tangan mudranya untuk memberikan kehidupan manusia dengan penuh kebaikan. Jika manusia jahat, Sang Garuda Hitam ini akan menggunakan pisau pengantas di tangannya untuk memutus kehidupan manusia menuju alam kematian.
7. Mahesa Sura, yakni ogoh ogoh yang penggambaran kesaktian dan ketamakan manusia. Ogoh-ogoh Mahesa Sura berwujud manusia berkepala hewan, ia berdaya sakti mandraguna namun berpikiran sempit. Seperti hewan yang hanya menuruti hawa nafsu dan melupakan kodrat sebagai manusia yang semestinya, saling asah, asih dan asuh.
8. Sang Kala Lobha yang memggambarkan sifat tamak dan rakus. Sifat butha ini digambarkan dalam wajah manusia berwajah menyeramkan, memiliki gigi dan kuku tajam. Dimanculkan dalam ogoh ogoh sebagai ilustrasi dari sifat buruk manusia yang patut dimusnahkan.
9. Hidimba yakni raksasa pemakan daging manusia dan penghuni hutan Kamyaka. Dia tergoda dengan bau tubuh Pandawa untuk memakan mereka.
10. Dewa Siwa Jagatpati yakni penguasa alam semesta. Dewa Siwa memberikan waranugrahnya, memusnahkan keburukan atau sifat sifat negatif yang selalu mengganggu keseimbangan alam semesta.
Putu sendiri menyimpulkan bahwa bagaimana parade ogoh-ogoh tersebut bermakna menyerap energi-energi negatif yang kemudian dibakar pada puncak gelarannya.
"Harapannya bisa kembali ke fitrah manusia itu sendiri. Yang kosong menjadi ada dan menyucikan kontaminan montaminan," ucapnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |