Wabup Bondowoso Dorong Inovasi di Situs Megalitik untuk Tarik Pengunjung

TIMESINDONESIA, BONDOWOSO – Wakil Bupati Bondowoso As'ad Yahya Syafi'i mendorong agar terus ada inovasi di situs cagar budaya seperti situs megalitik, untuk menarik pengunjung.
Bahkan Wabup sudah melakukan Monev ke Pusat Informasi Megalitikum di Desa Pekauman, Selasa (15/4/2025) kemarin.
Advertisement
Bondowoso kaya akan peninggalan sejarah, ribuan benda peninggalan zaman purba yang ditemukan dan dirawat di Bumi Ki Ronggo. Mulai dari menhir, dolmen hingga kubur batu.
Oleh karena itu, Wabup memberikan arahan kepada puluhan juru pelihara (Jupel) situs yang ada. As'ad meninjau langsung kondisi benda peninggalan yang ada di tempat itu, bersama sejumlah kepala organisasi perangkat daerah (OPD).
Menurutnya, pariwisata di Bondowoso diharapkan naik kelas, sehingga tak hanya menjadi jujukan wisatawan lokal saja. Melainkan jujukan wisatawan mancanegara.
Sebab kata dia, dengan peningkatan kunjungan juga dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). "Nanti muaranya adalah kesejahteraan masyarakat," kata dia.
Menurutnya, perkembangan pariwisata tak akan luput dari evaluasi. Sehingga pariwisata Bondowoso dapat naik kelas dalam waktu cepat.
Demikian ini kata dia, bisa dilakukan dengan kerjasama semua pihak, serta menggencarkan promosi secara konsisten.
"Fasilitas dan pelayanan kepada wisatawan juga harus terus ditambah," terang dia.
Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Bondowoso Mulyadi menyampaikan, ada 60 orang jupel situs yang tersebar hampir di seluruh kecamatan yang ada.
Status jupel tersebut beragam, mulai dari ASN serta Non ASN Pemkab Bondowoso dan Pemprov Jatim. “Mereka yang bersentuhan langsung dengan masyarakat,” kata Mulyadi.
Rerata situs megalitik yang ada di Kabupaten Bondowoso, hampir 100 persen berada di lahan milik warga. Dia berharap peran Jupel dalam berkomunikasi dengan masyarakat dianggap penting. Sehingga semua situs yang ada tetap terjaga dengan aman.
Dia mengungkapkan, ada kurang lebih 1468 benda megalitik yang masih terjaga dengan baik. “Situs itu tidak boleh berubah tempat, kemudian tak boleh berubah bentuk,” jelas dia.
Sementara soal ada oknum yang mencoba mencari dan menjual benda peninggalan zaman purba. Mulyadi mengakui fenomena tersebut sempat meresahkan di Bondowoso.
Namun pasca dilakukan edukasi terkait perlindungan benda cagar budaya, praktik tersebut mulai berkurang. “Barang yang berada di situ atau di bilik kubur. Itu adalah aset negara yang harus dilindungi, ada perhiasan, manik-manik dan semacamnya,” ungkap dia. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Sholihin Nur |