56 Orang Tewas dalam Kekacauan Final Sepak Bola
TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dunia sepak bola berduka. 56 orang dilaporkan tewas akibat bentrokan antarsuporter dan kerumunan panik di stadion di Nzerekore, Guinea tenggara.
Kekacauan ini dipicu oleh keputusan kontroversial wasit yang memancing kemarahan penonton dalam pertandingan final turnamen sepakbola yang digelar untuk menghormati pemimpin militer Guinea, Mamady Doumbouya, 1 Desember 2024 lalu.
Advertisement
Pemerintah Guinea menjelaskan bahwa insiden bermula ketika lemparan batu dari suporter memicu kepanikan massal. Situasi memburuk setelah pintu keluar stadion menjadi titik penumpukan massa.
“Investigasi menyeluruh akan dilakukan untuk mengungkap penyebab dan pihak yang bertanggung jawab,” ujar pernyataan resmi pemerintah seperti dikutip dari ANTARA, Selasa (3/12/2024).
Menurut laporan saksi mata yang dilansir ESPN, konflik mulai memanas pada menit ke-82 saat wasit mengeluarkan kartu merah yang dianggap kontroversial.
“Kerusuhan diawali lemparan batu, diikuti tembakan gas air mata oleh polisi. Dalam kepanikan itu, banyak orang jatuh dan terinjak-injak, termasuk anak-anak dan perempuan,” ujar Amara Conde, salah satu penonton yang menyaksikan tragedi tersebut.
Sebuah video yang diverifikasi Reuters menunjukkan puluhan orang mencoba melarikan diri dengan memanjat tembok stadion. Situasi ini memperparah keadaan, terutama bagi mereka yang terjebak di pintu keluar.
Mantan Presiden Guinea, Alpha Conde, mengkritik buruknya pengelolaan acara tersebut di tengah situasi politik negara yang tidak stabil. “Tragedi ini menunjukkan kurangnya tanggung jawab dalam penyelenggaraan acara, terutama di tengah ketegangan politik dan pembatasan yang melanda negara,” ujarnya.
Seorang pejabat kota yang enggan disebutkan namanya menyebutkan bahwa mayoritas korban adalah anak-anak di bawah umur. Ia menggambarkan kekacauan ketika orang tua bergegas mengambil jenazah sebelum penghitungan resmi dilakukan.
Kelompok oposisi National Alliance for Change and Democracy menuding pemerintah menggunakan turnamen ini sebagai alat politik untuk meningkatkan dukungan bagi Doumbouya, yang dianggap melanggar janji transisi politik menuju pemilu. Hingga saat ini, junta militer belum memberikan tanggapan atas tuduhan tersebut. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |