Peristiwa Nasional Pahlawan yang Terlupakan

Pangeran Diponegoro Sosok Pahlawan yang Santri

Senin, 15 Agustus 2016 - 18:55 | 507.50k
Pangeran Diponegoro (Foto: media-release.info)
Pangeran Diponegoro (Foto: media-release.info)
FOKUS

Pahlawan yang Terlupakan

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Keberdaan pesantren dan kiai di Indonesia tak bisa dilepaskan dari proses kemerdekaan Indonesia. Banyak para pejuang yang lahir dari pesantren.

Pejuang kemerdekaan yang lahir dari pesantren ternyata paling ditakuti oleh penjajah Belanda. Pejuang yang lahir dari pesantren itu diketahui  adalah santri dan penganut ilmu tahriqah yang diajarkan di dunia pesantren.

Advertisement

Dari kajian Litbang TIMESIndonesia, sosok pejuang yang berjiwa santri adalah Abdul Hamid. Ia lahir di Dusun Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta.

Diketahui, Abdul Hamid pertama kali nyantri di Tegalsari, Jetis, Ponorogo kepada KH Hasan Besari. Abdul Hamid ngaji kitab kuning kepada Kyai Taftazani Kertosuro.

Abdul Hamid pernah ngaji Tafsir Jalalain kepada KH Baidlowi Bagelen, yang dikebumikan di Glodegan, Bantul, Jogjakarta.

Tak hanya itu, Abdul Hamid pernah ngaji ilmu hikmah kepada KH Nur Muhammad Ngadiwongso, Salaman, Magelang. Abdul Hamid sangat berani dalam berperang melawan penjajah Belanda selama 5 tahun, yakni antara tahun 1825-1830 M.

Siapa Abdul Hamid itu? Dia adalah Abdul Hamid adalah putra Sultan Hamengkubuwono ke-III dari istri Pacitan, Jawa Timur. Dia pejuang yang populer disebut Pangeran Diponegoro.

Pangeran Diponegoro, wafat dan dikebumikan di Makassar, dekat Pantai Losari. Akibat perjuangannya yang gigih melawan penjajah, sosok Abdul Hamid diabadikan dalam bentuk patung dengan memakai jubah dipasang di Alun-alun kota Magelang.

Bahkan nama Pangeran Diponegoro, menjadi nama Kodam dan Universitas di Jawa Tengah. Akibat sosoknya yang pemberani, Belanda dibuat resah menghadapi perang Diponegoro.

Abdul Hamim memiliki asli adalah Kyai Haji (KH) Bendoro Raden Mas Abdul Hamid Ontowiryo Mustahar Herucokro Senopati Ing Alogo Sayyidin Pranotogomo Amirul Mu’minin Khalifatullah Tanah Jawi Pangeran Diponegoro Pahlawan Goa Selarong.

Dari penelusuran Litbang TIMESIndoensia, jika melihat sebuah kamar Diponegoro di eks-Karesidenan Kedu (Kaborwil), di Mangelang, ada tiga peningalan Pangeran Diponegoro. Yakni berupa Al Quran, Tasbih dan sebuah kita salaf bernama Fath al-Qarib (Ilmu Fiqih).

Mengapa ada Al Quran? Menurut keterangan banyak sumber, Pangeran Diponegoro adalah seorang Muslim sejatim. Kenapa tasbih? Karena Pangeran Diponegoro seorang ahli dzikir, dan bahkan penganut thariqah.

Karena itu, Habib Luthfi bin Ali bin Yahya, Pekalongan, menilai bahwa Pangeran Diponegoro seorang Mursyid Thariqah Qadiriyyah.

Ada kitab Fath al-Qarib, yaitu kitab kuning yang dipakai di hampir semua pesantren karena kitab tersebut bermadzhab Syafi'i. Jadi, Pangeran Diponegoro bermadzhab Syafi’i.

Sikap Pangeran Diponegoro yang demikian, diharapkan untuk tidak ditutup-tutupi. Sejarah harus disampaikan apa adanya.

Dari itu, tiga hal yang ditinggalkan oleh Pangeran Diponegoro itu jelas tercermin dalam pondok-pondok pesantren yang ada di Indonesia. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Yatimul Ainun
Publisher : Ahmad Sukmana

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES