Jumat Agung, Kasih di Balik Wafatnya Yesus

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Umat Kristiani merayakan Jumat Agung, pada hari ini, Jumat (15/10/2022). Jumat Agung merupakan bagian dari Tri Hari Suci Paskah setelah Kamis Putih dan akan diikuti dengan Paskah.
Jumat Agung merupakan hari peringatan penyaliban Yesus Kristus di Bukit Golgota. Usai dijatuhi hukuman mati oleh Pontius Pilatus, Yesus memanggul sendiri salib-Nya ke Bukit Golgota. Dia memanggul salib dalam kondisi penuh luka dan hampir hilang tenaga.
Advertisement
Menurut informasi dari laman resmi Komisi Kateketik Konferensi Waligereja Indonesia (Komkat KWI), Romo Fransiskus Emanuel da Santo, sekretaris Komkat KWI menuliskan pada zaman Romawi, salib adalah hukuman yang sangat berat. Hukuman kejahatan berat ini akan mendapatkan hukuman salib.
Namun, buat Yesus, salib justru menjadi wujud tanggung jawab akan perutusan Allah Bapa. Karena, dengan penyaliban, Yesus Kristus menunjukkan kasihnya kepada umat manusia.
"Bahkan dengan salib-Nya Ia menanggung dan menebus dosa manusia. Itulah salib yang Yesus terima dengan rela. Sebagai ungkapan cinta-Nya kepada Bapa dan kepada manusia, cinta yang tuntas, cinta yang sampai sehabis-habisnya. Cinta sampai menderita," tulis Fransiskus.
Pada Jumat Agung, umat Kristiani mengingat hari di mana Yesus rela menderita dan mati dengan penyaliban sebagai pengorbanan terakhir untuk dosa-dosa manusia.
Sebelum mengenang wafat Yesus, umat Katolik akan mengenang perjamuan terakhir Yesus bersama para murid. Perayaan ini disebut dengan Kamis Putih.
Ini jadi semacam makan malam terakhir Yesus sekaligus ucapan perpisahan dari-Nya. Namun perayaan ini tak melulu soal perpisahan, justru perjamuan terakhir jadi kesempatan Yesus mengajarkan para murid untuk saling melayani.
Perayaan Jumat Agung cukup berbeda dengan Rabu Abu, Minggu Palma, Kamis Putih maupun nanti Minggu Paskah. Karena peringatan sengsara dan wafat Yesus, suasana gereja diliputi keheningan dan nyaris tanpa riasan.
Umat Kristiani tidak akan menemukan hiasan atau dekorasi berarti, bahkan kain penutup altar saja tidak ada. Salib-salib di gereja semua ditutup kain berwarna ungu.
Kemudian di tengah perayaan, terdapat upacara penghormatan salib. Ini diawali dengan pembukaan penutup kain pada salib, kemudian dilanjutkan dengan upacara penghormatan salib yakni umat mencium salib di mana Yesus bergantung.
Sebagaimana dilansir Katolisitas, ini sesuai dengan ajaran Tuhan yang ditulis dalam Surat Rasul Paulus pada umat di Korintus (1 Kor 2: 2).
"Aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain dari Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan."
Salib di gereja Katolik menyertakan tubuh (corpus) Kristus yang disebut crucifix yang berarti, seseorang yang disalibkan. Bapa mengutus anak-Nya ke dunia untuk menyelamatkan umat-Nya. Salib merupakan puncak dari kasih Tuhan.
Sementara itu, penciuman salib jika diperhatikan adalah ungkapan ekspresi iman yang mendalam dan dari hati. Mencium salib Kristus merupakan ekspresi syukur dan kasih pada Yesus yang terlebih dahulu mengasihi umat-Nya.
Sementara itu, menurut informasi dari Britannica, (15/2/2022), Jumat Agung merupakan peringatan hari-hari awal Kekristenan sebagai hari dukacita, penebusan dosa, dan puasa, sebuah karakteristik yang diungkapkan dalam kata Jerman Karfreitag (“Jumat Kesedihan”).
Di tahun ini, Jumat Agung diperingati pada hari Jumat, 15 April 2022. Hari khusyuk ini diperingati dengan puasa dan kemudian dengan prosesi muram.
Makna Jumat Agung atau Wafat Isa Almasih dimaknai sebagai hari kesedihan, penebusan dosa, dan puasa. Peringatan Jumat Agung biasanya didahului dengan kegiatan Jalan Salib atau Stations of the Cross, di mana pengabdian 14 langkah untuk mengenang perjalan Yesus Kristus sebelum dan sesudah disalibkan.
Pada Jumat Agung, umat Kristiani diwajibkan untuk berpuasa, bahkan puasa di dalam Gereja. Secara tradisional tidak ada Misa dan tidak ada perayaan Ekaristis pada Jumat Agung.
Biasanya dalam peringatan ini, Gereja dalam keadaan hening, bahkan lonceng Gereja tidak boleh dibunyikan. Hal ini membuat suasana khusyuk tersebut dilakukan untuk meresapi peristiwa sengsara Tuhan Tesus dan dipertahankan hingga Malam Paskah.
Itulah makna dari peristiwa kematian Yesus Kristus atau Jumat Agung yang dilanjutkan dengan Hari Minggu Paskah, merayakan kebangkitanNya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |