Refleksi HPN: Menavigasi Media Arus Utama Menjelang Senjakala Medsos

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dalam seminggu terakhir, media-media luar negeri banyak menulis tentang ramalan akan berakhirnya era media sosial. Seperti The Economist, Indonesian Times, atau Daily Mail. Mereka menyajikan analisis tentang tentang bagaimana media sosial, yang semula merupakan sumber informasi utama, kini berangsur-angsur tergeser oleh maraknya social commerce, serta implikasinya terhadap masa depan pers dan jurnalisme.
Tentu ini kabar baik bagi pers arus utama di Hari Pers Nasional (HPN) 2024 yang diperingati setiap 9 Februari ini. Isu yang diangkat sejumlah media internasional mengajak kita untuk merenung dan menyelami sebuah fenomena yang telah merubah landskap komunikasi dan informasi di era digital.
Advertisement
Awal Revolusi Komunikasi
Pada awal kemunculannya, media sosial dianggap sebagai revolusi dalam cara manusia berkomunikasi. Tempat di mana setiap orang, tanpa memandang batas geografis, dapat saling terhubung, berbagi cerita, dan bertukar informasi. Namun, seiring berjalannya waktu, keajaiban ini mulai terkikis. Bisa disaksikan bagaimana platform yang sama yang digunakan untuk menyatukan orang-orang dari berbagai belahan dunia, kini juga menjadi alat untuk menyebarkan misinformasi, polarisasi, dan kebencian.
Pada saat yang sama, terjadi evolusi menarik dalam ekosistem digital. Social commerce, sebuah model bisnis yang mengintegrasikan fitur jejaring sosial untuk mendukung transaksi online, mulai menunjukkan tajinya. Pertumbuhan ini tidak hanya dipicu oleh peningkatan penggunaan internet dan smartphone, tetapi juga oleh keinginan konsumen untuk memiliki pengalaman belanja yang lebih interaktif, personal, dan sosial.
Pergeseran ini memberikan kita wawasan tentang dinamika kebutuhan dan perilaku manusia dalam mengakses informasi dan melakukan transaksi. Jika dahulu media sosial dianggap sebagai sumber informasi yang cepat dan mudah diakses, kini kepercayaan tersebut mulai erosi. Masyarakat kini lebih waspada dan kritis terhadap informasi yang mereka konsumsi, mencari kebenaran di balik tumpukan berita dan data yang mereka terima setiap hari.
Di tengah kekhawatiran akan keaslian informasi, social commerce tumbuh sebagai oase di tengah gurun. Dengan memanfaatkan kekuatan ulasan, rekomendasi dari teman, dan interaksi langsung dengan penjual, social commerce menawarkan sebuah alternatif yang lebih transparan dan personal. Ini adalah sebuah revolusi dalam cara kita berbelanja, yang tidak hanya mengubah cara kita mengonsumsi barang dan jasa, tetapi juga potensial untuk mengubah cara kita mengonsumsi informasi.
Pers, sebagai pilar demokrasi dan penjaga kebenaran, dihadapkan pada tantangan dan kesempatan dalam era pergeseran ini. Tugas mereka tidak lagi hanya menyajikan berita dan informasi, tapi juga membangun kepercayaan dan memperkuat fondasi kebenaran di tengah maraknya misinformasi. Media harus dapat menyesuaikan strategi mereka, bukan hanya dalam menghadirkan konten, tapi juga dalam cara mereka berinteraksi dengan audiens.
Integrasi dengan social commerce dapat menjadi salah satu strategi adaptasi. Pers dapat memanfaatkan platform ini untuk menjangkau audiens yang lebih luas, menyajikan konten yang tidak hanya informatif tapi juga menarik dan relevan.
Dengan mengadopsi teknologi baru dan memahami dinamika social commerce, pers dapat membuka peluang baru untuk monetisasi konten, sekaligus memperkuat posisi mereka sebagai sumber informasi yang kredibel dan terpercaya.
Namun, transformasi ini bukan tanpa tantangan. Pers harus berhati-hati untuk tidak kehilangan esensi dari jurnalisme itu sendiri. Mereka harus menjaga keseimbangan antara adaptasi terhadap tren baru dan pemeliharaan standar etika jurnalisme. Pers harus tetap menjadi mercusuar kebenaran, memastikan bahwa informasi yang mereka sajikan bukan hanya menarik, tapi juga akurat, objektif, dan bermanfaat bagi masyarakat.
Di Hari Pers Nasional ini, kita diingatkan tentang pentingnya pers dalam menjaga demokrasi dan kebebasan berpendapat. Di tengah transisi dari media sosial ke social commerce, pers memiliki peran penting dalam membentuk masa depan informasi yang lebih sehat dan transparan. Tugas ini memerlukan adaptasi yang cerdas serta komitmen untuk menjaga integritas dan kepercayaan publik.
Pers harus berinovasi, bukan hanya dalam konten dan cara penyampaian, tetapi juga dalam memelihara hubungan dengan audiensnya. Dalam dunia yang terus berubah, di mana batas antara fakta dan fiksi menjadi semakin kabur, peran pers sebagai penjaga kebenaran menjadi lebih krusial dari sebelumnya.
Pers juga harus memahami bahwa dalam senjakala media sosial sebagai sumber informasi utama, masyarakat tidak sekadar mencari alternatif untuk mendapatkan informasi, tetapi juga keaslian, kepercayaan, dan interaksi yang berarti. Social commerce, dengan semua kelebihan dan kekurangannya, menawarkan pelajaran penting tentang pentingnya elemen-elemen ini dalam setiap aspek kehidupan digital kita, termasuk dalam cara kita mengonsumsi berita dan informasi.
Peluang dan Tantangan
Pers memiliki kesempatan unik untuk menjadi bagian dari evolusi ini, bukan hanya sebagai pengamat atau penerima pasif dari perubahan, tetapi sebagai pemain aktif yang membentuk arah dan kualitas diskusi publik. Dengan memanfaatkan teknologi dan platform baru, pers dapat menciptakan model bisnis yang berkelanjutan sambil tetap mempertahankan prinsip-prinsip jurnalisme. Ini termasuk menjaga kemandirian editorial, memastikan akurasi berita, dan berkomitmen pada jurnalisme investigatif yang memperkuat demokrasi.
Integrasi dengan social commerce dapat dilakukan melalui kemitraan strategis dengan platform-platform e-commerce, mengembangkan format konten yang menarik yang menggabungkan informasi dengan elemen interaktif, dan memanfaatkan data untuk memahami lebih dalam tentang apa yang dicari dan dihargai oleh audiens. Pers dapat menggunakan wawasan ini untuk tidak hanya meningkatkan engagement tetapi juga untuk memperkuat peran mereka sebagai pusat informasi yang terpercaya dan relevan.
Di Hari Pers Nasional 2024, kita diingatkan tentang peran penting pers dalam masyarakat. Di tengah pergeseran dari media sosial ke social commerce, ada peluang bagi pers untuk memperbarui komitmennya terhadap kebenaran, transparansi, dan integritas. Dengan beradaptasi dan berinovasi, pers tidak hanya dapat bertahan dalam era digital yang terus berubah ini, tetapi juga dapat berkembang dan terus memainkan peran vital dalam menjaga kesehatan demokrasi dan kebebasan berpendapat.
Sebagai masyarakat, kita juga memiliki peran penting dalam mendukung pers yang independen dan berkualitas. Dengan menjadi konsumen informasi yang kritis dan mendukung jurnalisme yang etis, kita dapat membantu memastikan bahwa senjakala media sosial tidak akan menjadi senjakala kebenaran, tetapi justru menjadi fajar baru bagi informasi yang lebih akurat, transparan, dan dapat dipercaya. Di masa depan informasi ini, mari kita bersama-sama menavigasi, mendukung, dan menghargai peran pers dalam membentuk masyarakat yang lebih terinformasi dan demokratis. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Khoirul Anwar |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |