Religi TIMES Ramadan

Hindari Lima Perkara Selama Ramadan Agar Tidak Sia-Sia Berpuasa

Senin, 25 Maret 2024 - 14:47 | 45.38k
Dr. TGH. Najmul Akhyar, SH., MH (FOTO: dok. Pribadi)
Dr. TGH. Najmul Akhyar, SH., MH (FOTO: dok. Pribadi)
FOKUS

TIMES Ramadan

Kecil Besar

TIMESINDONESIA, LOMBOK UTARA – Bulan Suci Ramadan, bulan yang dimuliakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala pada siang hari maupun malam harinya. Bagi orang yang beriman, bulan mulia ini tidak mau disia-siakan yang diisi dengan seluruh amal kebaikan. Oleh karena itu, seluruh ummat muslim wajib mengetahui ada lima hal yang harus dihindari selama Ramadan agar puasanya tidak sia-sia. 

“Sesuai pesan Nabi Muhammad SAW dalam hadistnya, ada lima perkara (khomsatun asyiak) apabila kita lakukan pada bulan Ramadan terhapus pahala puasa kita,” ucap Pengasuh Pondok Pesantren Darul Iman NWDI, Dusun Bentek, Desa Menggala, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, Dr. TGH. Najmul Akhyar, SH., MH kepada TIMES Indonesia, Senin (25/3/2024).

Advertisement

Adapun lima perkara itu, antara lain, pertama, Kadzib (berbohong/berdusta), menyatakan sesuatu yang tidak sebenarnya kepada orang lain, kebohongan yang dilakukan itu merugikan orang lain, dan juga merugikan diri kita sendiri. Kedua, Ghibah, selalu membicarakan kejelekan orang lain, padahal belum tentu orang yang kita bicarakan itu lebih baik dari diri kita sendiri. Ghibah sungguh perbuatan yang dilarang oleh Nabi kita. Ghibah itu, apabila kita bicarakan orang lain kemudian orang itu tidak senang, itulah ukuran dari ghibah tersebut. Maka nabi kita membuat rumus, apabila kita membicarakan kejelekan orang lain, apalagi membuka aib orang lain maka satu pahala kita akan pindah ke orang yang kita bicarakan tersebut, dan satu dosa orang itu akan pindah ke kita.

“Maka yang rugi itulah adalah kita. Maka mari kita tingkatkan kualitas puasa kita dengan menghindari ghibah ini,” imbuhnya. 

Ketiga, Namimah, yakni mengadu domba, senang lihat orang berkelahi/berselisih, sehingga membuat orang benaran berkelahi. Bisa saja puasa kita tidak batal, tapi tidak mendapatkan pahala. Keempat, Yaminul Ghamus (sumpah palsu), bisa jadi disampaikan di ruang-ruang formal seperti pengadilan, tetapi mendapatkan sesuatu yang diinginkan berani melanggar sumpahnya, atau dalam kehidupan sehari-hari sering mengatakan Demi Allah, Demi Tuhan, atau mungkin berani mengucapkan sumpah sesuai dengan ilmu nahwu yaitu Wallahi, Wabillahi, Watallahi.

“Itu yang kita ucapkan yang penting orang lain yakin apa yang kita ucapkan,” jelasnya.  

Kelima, Annazor Bih Syahwat, yakni memandang sesuatu dengan pandangan sahwat, hal-hal yang bersifat seksualiti, yang bukan muhrim kita, atau kita terjemahkan dalam kehidupan sosial kita yaitu menonton film porno, misalkan membuka handphone lalu tiba-tiba muncul di beranda kemudian fokus memperhatikan hal itu sehingga menimbulkan sahwat maka hal itu menghapus pahala puasa kita.

“Maka dari itu, mudah-mudahan 10 malam kedua ini menghindari dari perbuatan yang sia-sia,” terangnya. 

Pada bulan Ramadan terdapat tiga fase, yaitu 10 hari/malam pertama Allah Subhanahu Wa Ta’ala menebarkan Rahmat-Nya, 10 hari/malam kedua Allah menebarkan Maghfirah (ampunan), dan 10 hari/malam ketiga Allah membebaskan orang yang berpuasa dari api neraka (Itqun Finnar). “Alhamdulillah, kita sudah berada pada fase 10 malam yang kedua, dimana Allah SWT menebarkan ampunannya,” terangnya. 

Karena itu, 10 malam kedua bulan Ramadan ini, hendaknya kita mengevaluasi diri kita sendiri (muhasabah diri kita), apa-apa kebaikan yang mungkin sudah pernah kita lakukan bernilai ibadah disisi Allah, dan memberikan manfaat kepada orang lain, maka hendaklah kita meneruskan semangat berbuat baik itu. Mengevaluasi diri kita, apakah banyak hal-hal yang melalaikan dalam kehidupan kita, atau kesalahan-kesalahan yang kita lakukan baik sengaja atau tidak sengaja sebelum masuk bulan suci Ramadan, maka berdasarkan evaluasi itu hendaknya kita menyempatkan diri, atau memanfaatkan 10 malam kedua ini untuk memperbanyak beristighfar dan menyesali perbuatan-perbuatan dosa kita, bermohon ampun kepada Allah, dan berjanji tidak untuk mengulangi kembali. “Karena itulah hakikat dari penyesalan itu,” tegas Ketua Umum I PBNWDI ini.  

Sebagai manusia, sering kali melakukan hal-hal sebetulnya mencederai diri kita sendiri, karena itu akan mengganggu hubungan kita dengan Allah dan hubungan kita dengan manusia. Umpama, tidak berusaha membangun hubungan baik dengan orang lain, banyak mengumpat, memfitnah orang, mengadu domba orang lain, mari kita gunakan bulan puasa ini untuk mengevaluasi.

“Mudah-mudahan mampu menyesalikan bulan Ramadan sampai akhir, sehingga kita bertemu dengan malam lailatul qadar, dapat sukses mendapatkan derajat muttaqin, dan dapat bertemu lagi dengan bulan suci Ramadan berikutnya,” imbuhnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES