Religi

Komunitas Jagal Mbarep, Madiun; Perhatikan Adab Penyembelihan Hewan Kurban!

Rabu, 05 Juni 2024 - 08:34 | 127.37k
KH. Muhammad Muhaimin, pendiri Komunitas Jagal Mbarep menunjukkan alat penyembelihan sapi kurban. (Foto: Bambang HI/TIMES Indonesia)
KH. Muhammad Muhaimin, pendiri Komunitas Jagal Mbarep menunjukkan alat penyembelihan sapi kurban. (Foto: Bambang HI/TIMES Indonesia)

TIMESINDONESIA, MADIUN – Momentum Hari Raya Idul Adha, diikuti peristiwa penyembelihan hewan kurban. Berbagai pernik yang terjadi dalam penyembelihan hewan penuh, menjadi perhatian penuh bagi KH. Muhammad Muhaimin, tokoh asal Dusun Druju, Desa Singgahan, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun. Hingga akhirnya, dia bersama jemaahnya, membentuk Komunitas Jagal Mbarep, sebuah kumpulan yang memiliki perhatian penuh terhadap rangkaian penyembelihan hewan kurban agar lebih berkualitas. Baik dari pemilihan hewan kurban, proses penyembelihan hingga pembaguan daging kepada masyarakat. Karena apa?

Mbah Mat Calak, begitu KH. Muhammad Muhaimin akrab disapa, menceritakan, terbentuknya Komunitas Jagal Mbarep bertolak dari keprihatinannya melihat fenomena penyembelihan hewan kurban di maayarakat. "Tepatnya tahun 2002, berangkat dari keprihatinan, bahwa seolah-olah tak ada bedanya kurban dengan penyembelihan hewan untuk mayoran, termasuk pembagiannya," katanya kepada TIMES Indonesia, Rabu (5/6/2024). 

Advertisement

Soal pembagian daging kurban misalnya, kata Mbah Mat Calak, kadang ada warga lingkungan tempat orang berkurban, malah tidak kebagian  daging. "Padahal sosial lingkungan, warga yang sehari-hari berinteraksi, seharusnya menjadi perhatian," tambah alumni Pesantren Tebuireng ini.

KH-Muhammad-Muhaimin-a.jpgBeberapa di antara para penyembelih hewan kurban dari Komunitas Jagal Mbarep, Madiun, yang sudah terlatih. (Foto: Bambang HI/TIMES Indonesia)

Ditegaskan, daging kurban yang dibagikan dan dikonsumsi masyarakat pada momentum Idul Adha, lanjut Mbah Mat Calak, pendiri Komunitas Jagal Mbarep, adalah daging berkah. Maka, proses sejak awal hingga akhir, harus mempertimbangkan berbagai aspek. 

"Melihat fenomena yang berkembang di maayarakat itulah, akhirnya dulu saya beli hewan kurban sendiri, sembelih sendiri, dibagi untuk warga sekitar, dan prosesnya mengajak lingkungan sendiri," paparnya menjelaskan latar belakang tumbuhnya Komunitas Jagal Mbarep. 

Komunitas ini, kata Mbah Mat Calak, memiliki perhatian khusus atas proses hewan kurban. Di antaranya: 

1. Pembagian Daging Kurban 

Menurut Mbah Mat Calak, ada kecerderungan terjadinya fenomena saat pembagian daging, siapa yang dekat imam masjid yang memimpin penyembelihan hewan kurban, akan lebih banyak jatahnya. 

Maka, lanjutnya, hal ini menjadi perhatian. Yakni, diratakan. Karena masyarakat memiliki punya kesetaraan, berhak menerima dagung kurban. Pemerataan pembagian daging kurban ini, bentuk kesetaraan sebgai hamba Allah SWT. 

2. Adab Menyembelih

Dijelaskan, secara syariat agar hewan kurban menjadi daging yang halal, sudah dipahami. Tetapi, menurut Komunitas Jagal Mbarep, adab penyembelihan perlu perhatian. Ini dimulai dari memeriksa kesehatan hewan. "Hewan kecenderungannya kotor, ada bakterinya, dan akan kita konsumsi, maka harus kita bersihkan dulu. Kami, tidak menerima hewan pagi hari sesaat sebelum disembelih, karena akan ada rangkaian perlakuan dulu sebelumnya," papar Mbah Mat Calak, alumni Al-Azhar Kairo. 

Di antaranya, hewan butuh waktu agar tenang, tidak stres. Lalu, hewan dimandikan sebelum disembelih, diberi makan secukupnya, karena jangan smpai dismbelih dalam kondisi perut kosong. "Hewan jangan sampai stres, jangan tersiksa saat disembelih, harus tenang dulu," katanya. 

3  Alat Penyembelihan

Diegaskan, alat untuk menyembelih hewan kurban harus tajam. Bahkan di Komunitas Jagal Mbarep,  secara khusus memiliki alat membuat alat tersebut. Besi atau baja bahan pisau berasal dari Jerman. Mbah Mat Calak meyakini, dengan alat yang sangat tajam itu, saat leher hewan kurban disembelih, tidak sempat merasakan sakit. 

4. Penyembelih dan Titik Sembelih

Orang yang menyembelih hewan kurban, harus dalam kondisi tenang, tidak boleh emosi atau terliputi amarah. Setelah itu, berdoa secara khusus. 

Pun demikian hewan kurban harus sudah tenang saat akan disembelih. Titik penyembelihan di leher hewan kurban, adalah harus dicari bagian yang paling empuk. Yakni di leher samping. Catatan lain, posisi jantung saat hewan kurban akan disembelih, berada di atas. Sapi misalnya, jantung berada di sisi kiri. Maka saat dibaringkan, perut kiri berasa di atas. Ini terkait kondisi kemampuan memompa darah agar maksimal. 

5. Memilah Daging

Ditegaskan, semua bagian dari hewan kurban, harus ditasharufkan atau dibagikan kepawa masyarakat. Diharamkan panitia atau penyelenggara penyembelihan hewan kurban menjual daging atau bagian tertentu. "Bahkan membuang pun tidak boleh. Tapi, misalnya jeroan kita buang kotorannya dulu sebelum dibagikan, niatnya membersihkan untuk meringankan yang menerima," ujar Mbah Mat Calak. 

Kulit hewan kurban, setelah dikropok atau dibuang bulunya dengan dibakar, akan diiris dan dibagikan. Daging dan lainnya, dibagikan dengan plastik yang disealer. 

Khusus jeroan, di Komunitas Jagal Mbarep, dibagikan setelah direbus. Ini berdasarkan pengalaman, pagi menembelih, lalu memotong daging dan membersihkan jeroan, lalu membagikannya, sore mulai muncul aroma busuk. "Jeroan kita rebus dulu, niatnya agar tetap masih layak saat diterima masyarakat," katanya. 

Peroses penyiapan daging yang akan dibagikan juga ketat. Misalnya, antara tempat menyembelih, dan memotong daging, jaraknya jauh. Tempat memilah daging, khusus, bersih, tidak banyak orang. Masuk lokasi harus cici tangan, cuci kaki, dan bagi perempun haid dilarang masuk. 

Diterangkan Mbah Mat Calak, sejak tahun 2016, Komunitas Jagal Mbarep memiliki  alat khusus untuk merebahkan hewan kurban. Kegiatan komunitas juga berjalan mengalir. Di antaranya memberikan pemahaman kepada masyarakat dengan berbagai metode. 

"Silakan kalau ada yang ingin belajar ke sini, dengan senang hati kami akan membantu. Sudah sering yang minta kami mengisi pelatihan," jelasnya. 

Di Komunitas Jagal Mbarep, Druju Madiun, penyembelihan dilakukan hari kedua atau sehari setelah shalat Idul Adha. Ini agar ada waktu yang cukup untuk  menyiapkan segala sesuatunya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Bambang H Irwanto
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

Togamas - togamas.com

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES