Sosok

Cerita Sukses Christine Halim, Korban Tsunami Aceh Jadi Pramugari

Rabu, 29 Desember 2021 - 11:47 | 122.01k
Christine Halim, salah satu korban tsunami Aceh yang kini jadi pramugari. (Foto: Christine Halim for TIMES Indonesia)
Christine Halim, salah satu korban tsunami Aceh yang kini jadi pramugari. (Foto: Christine Halim for TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BANDA ACEH – Bencana gempa dan tsunami yang menerjang Serambi Mekkah, Aceh, pada 26 Desember 2004 masih menyisakan duka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Salah satunya adalah Christine Halim,  korban tsunami Aceh yang kini menjadi pramugari di maskapai Saudi Airlines sejak 2016 hingga sekarang.

Christine bercerita, setahun setelah papanya meninggal tahun 2003, bencana gempa dengan kekuatan 9,3 Skala Richter dan tsunami menghantam hingga meluluhlantakkan Aceh.

Advertisement

"Masih terbayang jelas, aku dan keluarga berlari menjauhi gelombang air setinggi satu atap ruko, tanpa membawa harta apapun dan puji tuhan kami semua selamat," kata Christine, Sabtu (25/12/2021).

Christine mengatakan dahsyatnya gelombang tsunami menghancurkan ruko usaha kecil yang dimiliki keluarganya, sehingga membuat mamanya memutuskan untuk pindah ke kota Medan dan memulai hidup baru.

"Hari pertama melanjutkan sekolah di kota baru ini, aku hanya memakai sandal dan seragam seadanya yang sudah lusuh karena ikut hanyut tersapu tsunami dan belum sempat membeli yang baru," ujar Christine.

Setahun setelah lulus SMA, ia membiayai sendiri kuliah diploma jurusan Accounting, dengan bekerja di salah satu bank swasta dan sempat pindah ke bank asing Singapore sebagai front liner.

"Lelah dengan jam kantor yang monoton dan jenuh selalu bekerja di depan komputer, menimbulkan niat di hati ingin menjadi seorang cabin crew,” kata Christine.

Keinginan Christine  itu memang sempat terlintas dalam perjalanan di pesawat dari Aceh setelah bencana tsunami waktu itu. Dia pun mulai melatih diri dengan mengambil kursus bahasa Inggris, menggali informasi seputar aviasi di Google, dan mencoba berlatih interview di depan cermin.

Ia menyebut perjuangan menjadi cabin crew ternyata tidak selancar air mengalir. Sempat gagal ketika apply di Garuda Indonesia, dan yang paling membuatku sedih dan menangis adalah ketika harus gagal di Korean Air tahun 2012 yang dimana sudah sampai di tahap final.

"Kegagalan menjadikan aku lebih kuat dan sudah seperti biasa menghadapi cobaan dengan berusaha tegar, selalu berjuang dan berdoa untuk lebih baik lagi," bebernya.

Setelah itu, Christine bergabung bersama maskapai Air Asia hingga menjadikan dirinya seolah ingin melangkah lagi ke maskapai internasional. Harapannya bisa traveling ke banyak negara akhirnya bisa diwujudka pada 2016 setelah sukses bergabung menjadi cabin crew di Saudi Airlines sampai sekarang.

"Tak pernah terbayangkan sebelumnya, si "anak tsunami" ini bisa menjalani training yang berat dan hidup di negara orang hingga bisa melihat banyak negara indah, bertemu dengan orang lain dari berbagai budaya yang berbeda, membuat setiap hari semakin mencintai pekerjaannya," paparnya dengan penuh senyum.

Terakhir, Christine mengajak teman-teman cabin crew yang masih berjuang untuk tetap bersemangat, jangan malu dan minder, jangan pernah takut untuk mencoba karena dengan usaha dan doa akan membuahkan hasil yang maksimal.

"Don't be afraid, be afraid not to try, salam sehat selalu," tutup pramugari Saudi Airlines salah satu korban tsunami Aceh ini. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hendarmono Al Sidarto
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES