Kisah Pangeran Agung Wilis, Raja Terakhir Balambangan di Pulau Banda

TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Dalam Perang Balambangan tahun 1767-1768, pahlawan Balambangan sekaligus raja terakhirnya, Pangeran Agung Wilis, ditangkap (28 Mei 1768). Keputusan Pengadilan Militer Surabaya, sang Pangeran dan sahabatnya, Pangeran Prabujaka, akan dibuang ke Kaap de Geode Hoop atau Tanjung Harapan di Afrika Selatan.
Sementara itu, selama menunggu angin, mereka dipenjara di Pulau Endam (Pulau Damar Besar, di Kepulauan Seribu) Batavia, bersama 22 orang tahanan lainnya. Namun Pangeran Prabujaka tewas dalam perjalanan ke Batavia itu akibat infeksi luka pada kakinya.
Advertisement
Sejarawan muda Banyuwangi, Jawa Timur, M Hidayat Aji Ramawidi, M Pd atau Mas Aji Wirabhumi menuturkan, sesampainya di Batavia, entah apa yang membuat Gubernur Jenderal PA van Der Parra membatalkan rencana untuk mengasingkan Pangeran Agung Wilis ke Kaap de Geode Hoop.
“Mungkin gubernur yang terkenal kejam dan pelit itu terlalu perhitungan pada biaya perjalanan yang sangat besar untuk menempuh jarak jauh ke Afrika Selatan,” katanya, Kamis (7/9/2023).
Berdasarkan keputusan terbaru, Pangeran Agung Wilis bersama seorang puteranya, dan putera Pangeran Prabujaka, serta sahabatnya Raden Tirtanegara dikirim ke Fort Belgica di Pulau Banda, Maluku. Maka setelah mendekam di penjara Pulau Endam selama dua bulan (Juli-September 1768), mereka dikirim ke Fort Belgica.
Fort Belgica adalah benteng yang pada awalnya dibangun oleh Portugis pada abad 16 di Pulau Neira. Yang selanjutnya dibangun kembali sebuah benteng oleh VOC atas perintah Gubernur Jendral Pieter Both pada tanggal 4 September 1611.
Benteng VOC itu diberi nama Fort Belgica, sehingga pada saat itu, terdapat dua buah benteng di Pulau Neira yaitu; Fort Belgica dan Fort Nassau, yang merupakan ibukota Ke Gubernuran Banda.
Fort Nassau sendiri adalah benteng Belanda pertama yang selesai dibangun tahun 1609 di Pulau Neira dengan tujuan untuk mengontrol perdagangan pala.
Ketika VOC membentuk Ke Gubernuran Banda (Governorat Vereenigde Oostindische Compagnie), maka Fort Nassau dipilih sebagai kantornya (1609-1611).
Governorat ini terdiri dari pulau Banda Neira, Banda Besar, Pulau Ai, Run, Banda Api, dan beberapa pulau kecil.
Tahun 1611 kantor Kegubernuran dipindahkan ke Fort Belgica (1611-1798). Jadi saat Pangeran Agung Wilis ditempatkan di sana, usia benteng terkokoh di Maluku itu sudah lebih dari seabad.
“Nah, berkat kesabaran dan usaha keras mereka, setelah sepuluh tahun dalam tahanan, pada tahun 1778, Pangeran Agung Wilis berhasil kabur bersama dengan puteranya dan delapan orang lainnya ke Pulau Seram di Utara Kepulauan Banda,” ungkap pendiri Komunitas Sejarah BRAVO (Balambangan Royal Volunteer) yang akrab disapa Aji ini.
Setelah itu mereka menuju ke Buton berkat pertolongan ulama-ulama Kesultanan Buton yang berada di Seram. Saat itu Kesultanan Buton dipimpin oleh Sultan La Jampi (1763-1788).
Kembali mengenai Fort Belgica. Kira-kira tujuh belas tahun setelah Pangeran Agung Wilis berhasil kabur dari Pulau Neira. Tepatnya pada 8 maret 1796, Fort Belgica yang saat itu dipimpin oleh Francois van Boeckholtz (Gubernur Banda terakhir) mendapat serangan dari pasukan Inggris sehingga benteng berjuluk Pentagon Van Banda itu jatuh ke tangan Inggris. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Imadudin Muhammad |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |