TIMESINDONESIA, MALANG – Thalassemia dan Hemoglobinopati yang merupakan penyakit kelainan darah turunan, masih menjadi perhatian khusus bagi para dokter di Indonesia. Hal ini diungkapkan oleh ratusan dokter dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Malang dalam seminar yang digelar PT Prodia Widyahusada Tbk di Hotel Santika Malang, Minggu (7/5/2023).
Dr.dr. Shinta O. Wardhani, SpPD-KHOM, FINASIM yang menjadi narasumber dalam seminar tersebut mengatakan, Thalassemia merupakan kelainan darah yang kini masih menjadi masalah utama kesehatan di sejumlah daerah di dunia.
"Ini merupakan kelainan darah yang diturunkan dengan angka kejadian terbanyak, umumnya di Asia, khususnya di Asia Tenggara, Asia Selatan dan Mediterania," ujar Shinta.
Ia menjelaskan, gejala yang sering dialami oleh pembawa sifat Thalassemia tidak spesifik. Seringkali, hanya merasa pusing dan kelelahan.
"Pemeriksaan laboratorium, penting dilakukan karena penampilan sebagian besar individu pembawa sifat Thalassemia tidak dapat dibedakan dengan individu normal. Maka, pembawa sifat Thalassemia hanya dapat ditentukan dengan pemeriksaan laboratorium skrining dan bagaimana tata laksana pada pembawa sifat dan penderitanya," ungkapnya.
Perlu diketahui, pelaksana seminar yang diselenggarakan oleh Prodia ini bertemakan 'Diagnosis and Management of Thalassemia in Indonesia'. Bagaimana masalah Thalassemia di Indonesia masih menjadi perhatian khusus.
Maka, seminar ini memberikan informasi terkini mengenai penyakit Thalassemia serta memperdalam faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan D-Dimer yang perlu diperhatikan baik sebelum, sesaat dan setelah pengerjaan D-Dimer.
Sementara, Dokter Bena Zaira memaparkan, frekuensi pembawa sifat Thalassemia di Indonesia sendiri berkisar antara 6 sampai 10 persen. Artinya, dari setiap 100 orang terdapat 6 sampai 10 orang pembawa sifat.
Diketahui, Thalassemia sendiri merupakan penyakit yang tak bisa diobati. Namun, bertambahnya jumlah penderita Thalassemia dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan laboratorium skrining sedini mungkin dan menghindari pernikahan antara dua orang pembawa sifat Thalassemia.
"Pentingnya skrining Thalassemia untuk mencegah penurunan sifat dan menuju zero thalassemia mayor," tegasnya.
Adapun pemeriksaan skrining Thalassemia yang ada di Prodia, yakni hematologi lengkap, gambaran darah tepi, analisis Hb (CE), badan inklusi HbH dan Ferritin.
"Pemeriksaan skrining ini sebaiknya dilakukan sebelum menikah, bahkan saat remaja untuk mengetahui apabila seseorang mengalami kondisi thalassemia atau anemia," tandasnya.
Sebagai informasi, seminar ini diharapkan mampu memberikan informasi bahaya dan cara mencegah penyakit Thalassemia dengan melakukan deteksi dini dan beberapa hal lain.
Seminar terkait Thalassemia yang digelar bertepatan dengan momen peringatan 50 tahun Prodia ini dilaksanakan di 50 Kota di Indonesia. Di Malang sendiri, kegiatan ini diikuti oleh 100 dokter dari IDI Cabang Malang secara online maupun offline (hybrid). (*)
Pewarta | : Rizky Kurniawan Pratama |
Editor | : Deasy Mayasari |
Lima Kloter Asal Jember Masuk Asrama Haji, Dua Jemaah Haji Jalani Perawatan
Pacitan Darurat Knalpot Brong, 18 Motor Diamankan dalam Razia Gabungan
Kebijakan Militeristik untuk Siswa
PPIH Sediakan Bus Antarkota Berspesifikasi Khusus Demi Kenyamanan Jemaah Haji
Ancelotti Sebut El Clasico menjadi Momen Penentuan Juara Liga Spanyol
BMKG: Hujan Lebat Diprediksi Landa Sebagian Besar Wilayah Indonesia pada Minggu
Yogyakarta Siap Wujudkan Sekolah Rakyat untuk Anak Miskin, Taman Siswa Jadi Lokasi Prioritas
Juara Olimpiade Nasional IPS Tingkat SMP, Ada Kabupaten Probolinggo!
Renungan Minggu: Kala Taat Menjadi Titik Balik
Ferel Rizki, Aktivis Kampus dari Cimahi yang Harumkan Indonesia di Panggung Internasional