TIMESINDONESIA, MALANG – Indonesia, negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sejarah yang kaya yang ditandai dengan pergolakan politik dan pencarian kebebasan dan demokrasi yang langgeng. Kisah transformasi politik bangsa ini dimulai dengan perjuangan kemerdekaannya dari penjajahan Belanda. Setelah berabad-abad penindasan kolonial, Indonesia mendeklarasikan kedaulatannya pada 17 Agustus 1945. Sukarno, pemimpin karismatik, menjadi presiden pertama, menyiapkan panggung politik yang kompleks dan beragam.
Pada tahun-tahun awal kemerdekaan, Indonesia menghadapi tantangan dalam membangun sistem politik yang stabil. Di tengah perpecahan politik dan perbedaan ideologi, kepemimpinan Sukarno berkembang menjadi rezim otoriter yang terpusat. Sementara negara mencapai persatuan, kebebasan dan demokrasi tetap sulit dipahami bagi banyak orang. Ini berubah secara dramatis pada tahun 1965 ketika kudeta yang dipimpin militer berusaha untuk merebut kekuasaan, mengakibatkan kekerasan yang meluas dan pembunuhan massal yang menargetkan orang-orang yang diduga komunis dan simpatisannya. Ricklefs (1991)
Buntut kudeta 1965 menyebabkan munculnya Jenderal Suharto, yang mendirikan rezim Orde Baru, yang berlangsung selama lebih dari tiga dekade. Sementara pemerintahan Suharto membawa stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang relatif, itu dirusak oleh pelanggaran hak asasi manusia, pembatasan kebebasan berbicara, dan penindasan politik. Partai dan aktivis oposisi menghadapi penganiayaan, yang mengarah ke iklim ketakutan dan penindasan.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Saat angin perubahan melanda dunia pada akhir abad ke-20, Indonesia pun mengalami masa kebangkitan politik. Pada akhir 1990-an, di tengah krisis ekonomi yang parah, protes yang dipimpin mahasiswa dan ketidakpuasan publik yang meluas menyebabkan jatuhnya rezim Suharto pada 1998. Hal ini menandai titik balik demokrasi Indonesia, membuka ruang bagi lanskap politik yang lebih pluralistik.
Pasca lengsernya Suharto, Indonesia memulai perjalanan reformasi demokrasi. Negara ini mengadakan pemilihan bebas dan adil pertamanya pada tahun 1999, yang memungkinkan warga untuk memilih wakil dan pemimpin mereka. Sebuah reformasi konstitusi pada tahun 2002 meningkatkan kebebasan sipil dan kebebasan pers. Partai politik Indonesia beragam, mewakili berbagai ideologi dan kelompok kepentingan.
Meskipun langkah menuju demokrasi ini, Indonesia menghadapi banyak tantangan. Korupsi, kemiskinan, dan ketidaksetaraan sosial tetap ada, menghalangi realisasi penuh kebebasan dan representasi politik yang sejati. Selain itu, disparitas wilayah dan isu separatisme di beberapa provinsi masih menjadi topik sensitif.
Era pasca-Suharto melihat Indonesia bergulat dengan isu-isu intoleransi dan ekstremisme beragama, yang mengancam kebebasan dan kerukunan beragama. Kelompok radikal muncul, berkontribusi pada perpecahan sosial dan terkadang konflik kekerasan. Pemerintah, bersama dengan masyarakat sipil, berupaya mengatasi tantangan ini dan mempromosikan dialog dan toleransi antaragama.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menyaksikan lanskap politik yang dinamis, ditandai dengan pemilu yang kompetitif dan munculnya pemimpin politik baru. Organisasi masyarakat sipil telah memainkan peran penting dalam mengadvokasi hak asasi manusia, keadilan sosial, dan perlindungan lingkungan. Kebebasan berekspresi telah meningkat, didukung oleh munculnya media digital dan platform sosial.
Namun, tantangan tetap ada saat bangsa melanjutkan pencariannya akan demokrasi dan kebebasan sejati. Memastikan stabilitas politik sambil menjaga kebebasan individu tetap merupakan tindakan penyeimbang yang rumit. Selain itu, kebangkitan populisme dan politik identitas menimbulkan risiko bagi tatanan pluralistik negara.
Dalam melangkah ke depan, Indonesia harus menghadapi tantangan tersebut secara langsung, dengan memelihara iklim politik yang menjunjung tinggi prinsip kebebasan, demokrasi, dan keadilan sosial. Perjalanan menuju Indonesia yang lebih inklusif, sejahtera, dan demokratis terus berlanjut, dengan harapan generasi mendatang akan menganut nilai-nilai kebebasan dan persatuan untuk membentuk masa depan yang lebih cerah dan berkeadilan.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*) Penulis: Adi Sudrajat, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA)
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
Editor | : Dhina Chahyanti |
Ferel Rizki, Aktivis Kampus dari Cimahi yang Harumkan Indonesia di Panggung Internasional
PLN Mobile Proliga 2025, Pertamina Enduro Raih Gelar Juara
Ini Waktu dan Cara yang Tepat Supaya Dapat Manfaat Air Mawar
Hybrid Teraman dan Bertenaga JAECOO J7 SHS Kantongi 5 Bintang Euro NCAP
Tiga Resep Kopi Kekinian ala Kafe, Yuk Bikin Sendiri
Cegah Risiko Alergi dan Asma, Bersihkan Kipas Angin Milik Anda Secara Berkala
Bukan Tumbuhan Asli Korea, Tapi Disebut Negeri Ginseng
Cha Eun Woo Daftar Wamil untuk Band Militer
From Trash Collector to the Holy Land: Bejo Purwasanto’s Journey to Hajj 2025
Wisata Kuliner Sambil Menikmati Pesona Sungai Musi di Palembang