TIMESINDONESIA, MALANG – Saat memasuki era ketidakpastian global yang semakin meningkat, negara-negara sering kali dihadapkan pada dua pilihan strategis yang tampaknya bertentangan. Kebijakan industri yang aktif dan globalisasi ekonomi yang merata.
Namun, apakah kedua pendekatan ini benar-benar saling eksklusif, ataukah ada jalan tengah yang bisa dicapai untuk mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan?
Kebijakan industri, dengan campur tangan pemerintah yang kuat dalam mengarahkan sektor-sektor kunci ekonomi, sering kali dianggap sebagai jalan untuk mewujudkan visi pertumbuhan nasional. Dukungan finansial, insentif, dan pengembangan infrastruktur telah membuktikan dirinya dalam membentuk industri-industri yang berkembang pesat.
Pertanyaan yang muncul adalah apakah campur tangan pemerintah yang berlebihan dapat menghambat efisiensi dan inovasi, serta apakah pilihan sektor yang diberi prioritas bisa mengabaikan potensi sektor lain yang juga memiliki kontribusi penting.
Di sisi lain, globalisasi telah menghubungkan negara-negara dan memfasilitasi pertukaran barang, jasa, dan ide di seluruh dunia. Dalam lingkungan ekonomi global, peluang baru telah terbuka bagi perusahaan dan konsumen untuk saling berinteraksi dan berkembang.
Kritikus mengingatkan kita akan bahaya ketergantungan ekonomi yang terlalu besar pada pasar global, serta dampak sosial yang mungkin terjadi ketika perdagangan yang tidak terkendali merusak lapangan kerja lokal dan mengancam identitas budaya.
Tampaknya, solusi yang tepat adalah mencari keseimbangan yang optimal antara kedua pendekatan ini. Pemerintah dapat memainkan peran kunci dalam mengembangkan kebijakan industri yang cerdas, yang tidak hanya mendorong pertumbuhan sektor tertentu, tetapi juga merangsang inovasi lintas sektor.
Globalisasi bisa menjadi kendaraan untuk membuka peluang pasar baru, tetapi juga harus diimbangi dengan langkah-langkah perlindungan yang memastikan keberlanjutan ekonomi lokal dan pelestarian identitas budaya.
Salah satu contoh konkret negara yang berhasil memadukan kebijakan industri dan globalisasi dengan berhasil adalah Republik Korea, atau lebih dikenal dengan sebutan Korea Selatan. Negara ini telah menggabungkan elemen dari kedua pendekatan tersebut untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang mengesankan dan transformasi sosial yang signifikan.
Pada awalnya, Korea Selatan meluncurkan kebijakan industrialisasi yang ambisius pada tahun 1960-an dan 1970-an. Pemerintah berfokus pada pengembangan sektor manufaktur dan teknologi, seperti industri otomotif, elektronik, dan teknologi informasi.
Melalui dukungan pemerintah, penelitian dan pengembangan, serta pelatihan tenaga kerja yang intensif, Korea Selatan berhasil mengangkat diri dari negara berkembang menjadi kekuatan ekonomi global dalam waktu relatif singkat.
Di tengah perkembangan industri yang pesat, Korea Selatan juga berhasil memanfaatkan globalisasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi lebih lanjut. Pada tahun 1980-an dan seterusnya, negara ini membuka pintu bagi investasi asing, mendorong ekspor, dan menjalin kemitraan dengan perusahaan-perusahaan internasional.
Globalisasi membantu Korea Selatan mengintegrasikan produk-produknya ke dalam pasar internasional dan memungkinkan perusahaan-perusahaan Korea untuk bersaing secara global.
Selain itu, Korea Selatan juga mengambil langkah-langkah untuk melindungi dan mempromosikan budaya lokalnya dalam menghadapi arus globalisasi.
Pemerintahanya mendukung industri hiburan seperti K-pop dan drama Korea, yang telah menjadi fenomena global. Hal ini telah membantu mengenalkan budaya Korea ke seluruh dunia dan meningkatkan citra internasional negara ini.
Kesuksesan Korea Selatan dalam memadukan kebijakan industri dan globalisasi terletak pada kombinasi strategi yang hati-hati dan adaptasi yang cerdas. Mereka mampu mengembangkan industri dalam negeri yang kuat sambil tetap terbuka terhadap kolaborasi dan pertukaran dengan komunitas global.
Ini menunjukkan bahwa dengan visi yang kuat, kepemimpinan yang bijaksana, dan komitmen terhadap inovasi, negara dapat mencapai harmoni yang optimal antara kebijakan industri dan globalisasi.
Sementara Korea Selatan telah mengukir prestasi gemilang dalam menggabungkan kebijakan industri dan globalisasi, Indonesia perlu menghadapi realitasnya sendiri. Meskipun kedua negara berbagi beberapa persamaan, ada juga perbedaan penting yang harus diperhatikan saat mencari keseimbangan yang tepat.
Ketika Korea Selatan meluncurkan kebijakan industrialisasinya, mereka berfokus pada sektor-sektor yang memiliki potensi besar untuk tumbuh dengan cepat dan memberikan dampak besar.
Di Indonesia, peluang serupa muncul dari sektor pertanian, perikanan, manufaktur, dan teknologi. Namun, tantangan infrastruktur yang masih ada, seperti transportasi dan energi, memerlukan perhatian lebih agar kebijakan industri dapat berjalan sukses.
Globalisasi adalah tantangan yang tak dapat diabaikan. Dengan pasar global yang semakin terintegrasi, Indonesia memiliki peluang untuk meningkatkan ekspor dan menarik investasi. Namun, perlu dipertimbangkan bagaimana kita dapat melindungi sektor ekonomi lokal dan identitas budaya Indonesia.
Melalui regulasi yang bijaksana dan strategi promosi budaya yang tepat, kita dapat menghindari ancaman dari ketergantungan yang berlebihan pada pasar global.
Kita juga perlu mengakui perbedaan dalam hal sumber daya manusia dan inovasi. Indonesia memiliki populasi yang besar dan beragam, yang dapat diubah menjadi keuntungan kompetitif melalui pendidikan dan pelatihan yang tepat.
Investasi dalam riset dan pengembangan, serta kerja sama antara perguruan tinggi, pemerintah, dan sektor swasta, dapat menghasilkan talenta yang siap bersaing di tingkat global.
Korea Selatan telah menunjukkan bahwa kemajuan yang signifikan memerlukan kolaborasi dan komitmen. Di Indonesia, melibatkan masyarakat sipil, pelaku industri, dan pemerintah dalam proses pengambilan keputusan adalah langkah penting.
Bersama-sama, kita dapat merancang kebijakan yang memadukan kebijakan industri dan globalisasi dengan bijak, menciptakan iklim investasi yang menarik, serta membangun ekonomi yang berkelanjutan dan berdaya saing.
Dengan mengambil inspirasi dari Korea Selatan dan tetap memperhatikan karakteristik unik kita, Indonesia dapat melangkah maju dalam memadukan kebijakan industri dan globalisasi. Ini adalah waktu untuk berani melangkah, mengambil risiko yang terukur, dan membentuk masa depan kita sendiri yang penuh dengan potensi dan harapan.
***
*) Oleh: Hidsal Jamil, Peneliti di Pusat Kajian Ekonomi Pembangunan dan Kerakyatan (PKEPK), Universitas Brawijaya, Kota Malang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: opini@timesindonesia.co.id
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Editor | : Hainorrahman |
Polres Magetan Ungkap 3 Kasus Premanisme, Warga Diminta Tidak Takut Melapor
DPMPTSP Bontang Dukung UMKM Melalui Diseminasi dan Pendampingan Penerbitan NIB
Persewangi Banyuwangi Optimistis Amankan Tiket 8 Besar Liga 4 Nasional
Polres Pemalang Amankan Remaja Bawa Senjata Tajam
Pria di Banyuwangi Bacok Tetangga, Dipicu Serempetan Motor
DPMPTSP Kota Bontang Hadir di Munas VII APEKSI 2025, Dorong Promosi Daerah dan Perkuat Jejaring Investasi
Manajer Tersangkut Masalah Hukum, Arema FC Pastikan Tim Tetap Fokus Hadapi Liga 1
Hujan Deras Picu Banjir di Dua Kelurahan di Bondowoso
Desi Prakasiwi Komitmen Genjot Prestasi Sepak Bola Putri Banyuwangi
DPMPTSP Bontang Tekankan Pentingnya Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup untuk Legalitas dan Kelestarian