TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) mengajak seluruh pemuka agama di dunia untuk bersama-sama merumuskan nilai-nilai dasar beragama dalam rangka menciptakan perdamaian dunia. Hal tersebut disampaikan Gus Yahya dalam Forum Keagamaan G20 atau Forum Religion of Twenty (R20) pada Plenary Special Session Vision and Objectives of the G20 Religion Forum di Bali, Rabu (2/11/2022).
"Hari ini kita masih mewarisi realitas bahwa berbagai macam kelompok dari latar belakang agama dan keyakinan yang berbeda masih terlibat dalam pertentangan antoginisme, konflik, yang didasarkan pada motivasi keagamaan," kata Gus Yahya.
Sampai hari ini pula, lanjutnya, umat masih melihat realitas yang memprihatinkan di berbagai belahan dunia, seperti Afrika barat, Asia Selatan, Asia tenggara, bahwa Eropa tentang keadaan saling kunci.
"Kita seolah mewarisi suatu keadaan saling kunci karena pengalaman bermasalah masa lalu di dalam hubungan antar agama. Pengalaman yang sulit itu berlangsung begitu lamanya sehingga mengendap menjadi kemapanan dalam pola hubungan umat beragama," jelasnya.
Dalam anggapan kemapanan itu, kata Gus Yahya, konflik antagonisme merembes ke dalam persepsi umat beragama tentang ajaran agamanya masing.
Sebab itu, ia menyebutkan semua para pemimpin dari umat beragama di seluruh dunia perlu mengambil tanggung jawab mencari jalan keluar dari keadaan ini.
"Kita perlu melakukan upaya untuk mengurai keadaan saling kunci. Kondisi ini lah yang terus menerus menjadi api di dalam sekam. Menjadi dorongan munculnya pertentangan," tegasnya.
Para pemuka agama di dunia dinilai perlu bersama-sama berupaya agar potensi konflik yang ditunjukkan kepada pemahaman keagamaan ini segera berakhir.
Pertama, kata Gus Yahya, mengidentifikasi dan menyepakati nilai-nilai apa saja yang sudah saling berbagi dan saling dipegang di antara agama yang berbeda. Hal ini akan menjadi rujukan dasar semua umat dan alasan logis untuk berjuang bersama.
"Kita perlu berpikir tentang nilai-nilai apa saja yang perlu kita pegang bersama. Supaya kita bisa meneruskan hidup berdampingan damai tanpa dibayang-bayangi oleh potensi konflik," ungkapnya.
Lebih lanjut Gus Yahya menyatakan, bila perlu masing-masing komunitas agama mengupayakan suatu peninjauan ulang terhadap wawasan keagamaan di lingkungan agamanya masing-masing.
"Bila terdapat unsur yang bisa menghalau konsistensi perdamaian, kita harus memiliki keberanian memunculkan interpretasi baru agar hidup berdampingan secara damai memungkinkan bagi kita semua," ujarnya.
"Gereja Katolik sudah pernah melakukan itu di dalam Vatikan kedua dihasilkan keputusan keagamaan yg mendorong umat Katolik untuk bisa lebih menghargai umat beragama berbeda dan menerima hidup bersama tanpa bertentangan," imbuhnya.
R20 dihelat di Bali, 2-3 November 2022 dan dihadiri lebih dari 400 undangan dari dalam dan luar negeri. Mereka adalah para pemimpin agama, sekte, dan aliran kepercayaan dari berbagai negara dengan jutaan pengikut. (*)
Pewarta | : Mohammad Naufal Ardiansyah |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Rupiah Tak Laku: Cermin Retak Ekonomi Kita
Tottenham ke Final Liga Europa, Son Heung-min Termotivasi Harry Kane
Kala Jamu Tradisional Bersinar dalam Festival Suadesa 2025 di Borobudur Magelang
Empat Tersangka Ditetapkan dalam Kasus Dugaan Korupsi Proyek Irigasi Wae Ces di Manggarai
Studi: Penderita Tekanan Darah Tinggi Butuh Lebih Banyak 6 Vitamin Ini
Lamine Yamal Buka Resep Dominasi Barcelona Atas Real Madrid Musim Ini
Tragedi Trisakti: Analisis Relasi Kekuasaan dan Pengetahuan Michel Foucault
Sembilan Korban Ledakan Amunisi di Garut Berhasil Diidentifikasi
Eddy Soeparno Dorong Koperasi Merah Putih sebagai Pilar Ekonomi Rakyat
Warga Kampung Bantar Kota Tasikmalaya Geger, Potongan Kaki Bayi Ditemukan di Selokan