TIMESINDONESIA, JAKARTA – Rusia mulai "tidak akur" dengan pendukungnya, grup Wagner di medan perang Ukraina.
Bos Wagner Group, yang juga sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin, Yevgeny Prigozhin mengatakan, pejabat Rusia ingin menghancurkan pasukan tentara swasta yang dibentuknya itu.
Dalam sebuah audio yang diunggah di Telegram, Prigozhin menyebut Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu dan Staf Umum Valery Gerasimov yang ingin mencoba "menghancurkan" Wagner Group.
"Ini bisa disamakan dengan pengkhianatan tingkat tinggi," kata Prigozhin, seperti dilansir CNN setelah mengutip Newsweek.
Lusinan tentara bayaran Rusia itu dibantai tentara Ukraina setelah mereka kehabisan amunisi dalam pertempuran brutal di Bakhmut.
Pria yang juga dijuluki koki Putin itu menyalahkan kematian tentaranya itu kepada menteri pertahanan Sergei Shoigu dan kepala staf Jenderal Valery Gerasimov.
"Siapa yang harus disalahkan atas kematian mereka?. Mereka yang seharusnya memutuskan untuk memberi kami amunisi dalam jumlah yang cukup," katanya seperti dilansir The Sun.
"Tanda tangan terakhir harusnya dilakukan oleh Gerasimov atau Shoigu. Namun tidak satu pun dari mereka yang ingin mengambil keputusan itu," katanya lagi.
Kementerian Pertahanan Rusia langsung membalas tuduhan itu dengan mengatakan keluhannya "sama sekali tidak benar" dan mencantumkan amunisi yang diberikan kepada pasukan Grup Wagner.
Yevgeny Prigozhin menuduh menteri pertahanan telah merampas amunisi para pejuangnya.
Menurut Reuters, Prigozhin mengatakan dalam pesan suara yang diposting di saluran Telegramnya: "Ada oposisi langsung yang terjadi."
Dia melanjutkan dengan mengklaim bahwa itu adalah "upaya untuk menghancurkan Wagner".
Prigozhin kemudian membagikan foto mayat para pejuang yang tewas dalam pertempuran untuk kota Bakhmut, yang oleh tentara Ukraina disebut sebagai "neraka di bumi".
Dalam sebuah video, Prigozhin mengataka "ini adalah salah satu tempat untuk mengumpulkan orang mati". Ditambahkan "ini adalah orang-orang yang meninggal kemarin karena" kekurangan peluru.
Pria yang dijuluki 'koki Putin' itu juga mengatakan, "Jumlahnya seharusnya lima kali lebih kecil."
"Lima kali. Jadi ibu, istri dan anak-anak akan menerima tubuh mereka. Siapa yang harus disalahkan atas kematian mereka? Mereka yang seharusnya memutuskan untuk memberi kami amunisi dalam jumlah yang cukup," tandas Prigozhin.
Dia menyalahkan menteri pertahanan Sergei Shoigu dan kepala staf Jenderal Valery Gerasimov atas kematian anak buahnya.
"Tanda tangan terakhir harus dilakukan oleh Gerasimov atau Shoigu. Tak satu pun dari mereka ingin mengambil keputusan," kata Yevgeny Prigozhin. (*)
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Tottenham ke Final Liga Europa, Son Heung-min Termotivasi Harry Kane
Kala Jamu Tradisional Bersinar dalam Festival Suadesa 2025 di Borobudur Magelang
Empat Tersangka Ditetapkan dalam Kasus Dugaan Korupsi Proyek Irigasi Wae Ces di Manggarai
Studi: Penderita Tekanan Darah Tinggi Butuh Lebih Banyak 6 Vitamin Ini
Lamine Yamal Buka Resep Dominasi Barcelona Atas Real Madrid Musim Ini
Tragedi Trisakti: Analisis Relasi Kekuasaan dan Pengetahuan Michel Foucault
Sembilan Korban Ledakan Amunisi di Garut Berhasil Diidentifikasi
Eddy Soeparno Dorong Koperasi Merah Putih sebagai Pilar Ekonomi Rakyat
Warga Kampung Bantar Kota Tasikmalaya Geger, Potongan Kaki Bayi Ditemukan di Selokan
Bus Shalawat Siap Layani Jemaah Haji Indonesia 24 Jam, Ini Rute dan Titik Terminalnya